#16 Patah

2.2K 231 16
                                    

"Gimana keadaan istriku?" Tanya Zefano pada Reza.

"Istri kamu mengalami patah tulang dikaki kanannya, setelah ini lebih baik ke dokter orthopedi saja biar tahu tindakan apa yang akan dilakukan untuk penyembuhan, dan untuk luka ditangannya biar nanti suster yang membersihkan."

Reza menjelaskan hasil dari dirinya mememeriksa Aya, yang notabenya istri dari seorang Zefano. 

"Tapi gak parah kan patah tulangnya?" tanya Zefano.

"Enggak kok Fan, aku panggilin Dr. Yuda dulu ya Fan." Reza berujar tersebut sambil berlalu, namun belum sempat ia sampai dipintu, ia kembali lagi dan membisikkan sesuatu pada Zefano. 

"Kamu hutang cerita sama aku!"

Setelah membisikkan kata kata itu, Zefano benar benar pergi meninggalkan mereka berdua. 

"Fan kapan mau diobatin? kaki aku sakit nih," tanya Aya dengan nada yang merengek. 

Zefano duduk di kursi yang memang ada dipinggir ranjang tempat Aya berbaring. 

Perlahan dengan lembut, Zefano menggenggam tangan Aya.  Dirinya berharap lewat genggamannya ia bisa memberikan rasa tenang pada Aya, meskipun tidak bisa mengurangi rasa sakitnya. 

Sebenarnya tadi Zefano sempat ragu ingin menggenggam tangan Aya, takut terjadi penolakan seperti tadi pagi.  Namun ia beranikan diri saja, eh ternyata Aya tidak menolaknya mungkin ia terlalu fokus pada rasa sakitnya. 

"Bentar lagi ada suster yang mau obatin luka dilengan kamu, terus nunggu Dr Yuda buat ngasih instruksi cara penyembuhan patah tulangmu."

"Kenapa gak kamu aja sih Fan yang ngobatin? Kan kamu dokter."

"Kan beda Ay, aku tuh spesial penyakit dalam, bukan ortophedi lagian disini udah ada bagiannya masing masing.  Makanya kamu jangan petakilan biar gak jatuh!"

Zefano menasehati Aya, namun tangannya menggenggam erat tangan milik istrinya itu. 

Sementara Aya, ia membiarkan saja tangannya digenggam oleh Zefano. Entah mengapa ia merasakan ketenangan dan keamanan lewat genggamannya. 

Bi Lala dan Pak Kardi tiba tiba masuk, dan menuju bankar yang tengah ditempati oleh majikannya itu. 

Zefano yang melihat Bi Lala dan Pak Kardi jadi ingat jika ia tadi ingin menanyakan penyebab Aya terjatuh. 

"Oh ya , sebenarnya kok bisa sih Aya sampai jatuh dan patah tulang gini?" tanya Zefano pada kedua pekerjanya itu. 

"Emmm, anu den, sebenarnya tuh bibi ngepelnya lupa gak bilang, trus ditangga bibi pel juga, pas bibi baru aja pel lantai bawah tiba tiba non Aya dari atas lari mau ke dapur, belum sempat bibi kasih tahu kalau lantainya licin eh non Ayanya sudah jatuh duluan." Bi Lala menjelaskannya dengan nada yang sedikit takut.

Zefano yang mendengar penjelasan dari pembantunya itu, lantas berdiri dan membuka genggamannya dari genggaman tangan Aya. 

"Bibi gimana sih! Harusnya bibi itu bilang kalau bibi mau ngepel! Dan Zefano udah beberapa kali ngingetin kalau ditangga mendingan pel kering aja, atau kalau bisa pel disaat gak ada orang dirumah, bibi gak lihat gara gara bibi Aya jadi patah tulang kakinya!"

Amarah Zefano kian memuncak, ia tidak mengira jika kejadian ini disebabkan karena keteledoran sang pembantu. 

Mendapat amukan dan kata kata tinggi dari sang majikan, membuat sang bibi menitikkan air mata.  Namun dalam hatinya ia juga merasa bersalah atas apa yang menimpa nonanya itu. 

Melihat situasi yang memanas dan tak tega juga Aya melihat Bi Lala yang mendapat amukan dari Zefano, akhirnya Aya menggenggam tangan Zefano secara perlahan dan mengelusnya dengan lembut seolah memberikan ketenangan dan juga agar Zefano mengurangi emosinya. 

TAKDIRजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें