#38 Dasar Penakut!

1.4K 181 30
                                    

Setelah sholat isya' Aya beralih untuk melihat TV di kamarnya. Aya menselonjorkan kakinya agar lebih rileks.

Zefano yang baru datang memilih meletakkan kepalanya dipaha sang istri seraya matanya menatap tayangan tv yang sedang ditonton sang istri.

"Sayang kok nonton gituan sih? " tanya Zefano karena Aya sedang melihat tayangan kesukaan ibu ibu, yaitu suara hati istri.

"Biarlah mas, seru juga itu. Lagian kan sekalian aku belajar gimana ciri ciri suami kalau mau selingkuh dan punya selingkuhan! " jawab Aya sarkastik.

Zefano menggarung kepalanya yang tak gatal. "Aku kan cintanya sama kamu, gak mungkin lah mendua. "

"Halah gombal buaya, di film itu juga bilang gitu, tapi apa? Tergoda juga sama wanita. "

Zefano bangkit, ia menarik tangan sang istri untuk digenggam. "Sayang, di TV itu cuman dunia fantasi dan itu dibuat semata mata buat hiburan para penonton. Jadi jangan pernah samaain dengan kehidupan nyata. Aku sayang kamu dan calon anak kita. "

"Sebesar apa sayangmu padaku by? "

"Aku gak bisa memisalkan sesuatu barang atau apapun sebagai tolak ukur rasa sayangku padamu. Karena rasa sayangku padamu sudah tidak bisa diukur seperti layaknya tan 90."

"Ish by! Kan udah tahu aku lemah di pelajaran matematika! Kenapa ngegombal pakai matematika sih! Kan aku jadi gak ngerti! " kesal Aya.

Zefano terkekeh dan beralih mengacak pelan puncak kepala sang istri. "Maksudnya rasa sayangku padamu tak hingga sayang. "

Mendengar itu Aya merasakan pipinya memanas. Entahlah setiap kali Zefano menggombalinya pasti ia akan merasakan efek yang sama. Blushing, baper, dan terasa diterbangkan keatas awan awan.

Aya memilih memeluk sang suaminya. Menelusup kan wajahnya kedada bidang sang suami. Tujuannya sih sekaligus menyembunyikan pipinya yang tengah memerah karena gombalan receh sang suami.

"Uhh gemes sekali istriku ini, " ujar Zefano seraya mengeratkan pelukannya pada sang istri.

Namun tiba tiba, pelukan kedua harus terlepas kan ketika merasakan sebuah tendangan kecil dari perut Aya.

"Aduh, anak ayah nendang ya! Gak mau bundanya dipeluk ya. " Zefano mengajak ngobrol sang buah hati seraya mengelus nya.

Sedangkan Aya hanya tersenyum, ia rasa setelah anaknya lahir keduanya akan sama sama memiliki sifat tidak mau kalah dan pasti akan  berebut dirinya. Dan Zefano pasti tidak akan mengalah.

"Dia cemburu sama kamu by, mungkin maunya dia bundanya cuman buat dedek seorang! "

"Yaudah cepet lahir yok nak, nanti rebutan bunda sama ayah, " ujar Zefano seraya terkekeh. Tangannya mengelus perut istrinya yang mulai membuncit.

"By, jalan jalan yuk mumpung malem minggu. " Aya mendongak, menyerukan ajakannya pada sang suami.

"Mau kemana Yang? Ini udah malam loh, gak baik ibu hamil keluar malam malam, nanti kamu masuk angin. "

"Aku akan pakai jaket biar gak masuk angin, jalan jalan aja keluar. Nanti kalau ada yang aku mau dipinggir jalan berhenti. Ayolah mas! Hitung hitung malam mingguan kayak abg. "

Zefano mengehela nafasnya. "Yaudah pakai jaket gih! "

Dengan antusias Aya bangkit dan berjalan menuju lemarinya untuk mengambil jaket, senyum diwajahnya tidak pernah luntur menghiasi wajahnya.

"Ayo by! " ajak Aya yang kini sudah mamakai jaket.

"Ayo tuan putri. "

Keduanya berjalan beriringan keluar kamar menuju mobil yang berada di parkiran rumahnya.

TAKDIRحيث تعيش القصص. اكتشف الآن