# 47 Britday's Aya

2.4K 191 18
                                    

Setelah sholat subuh Aya tak lantas bangkit dari sholatnya. Ia memilih menengadahkan tangannya dan memanjatkan doa pada Yang Maha Kuasa.

"Ya Allah , Ya rahman, Ya rahim, hari ini adalah hari dimana aku dilahirkan pada 22 tahun yang lalu. Dengan datangnya hari ulang tahunku berarti pula umurku telah berkurang. Aku tak ingin apa apa untuk kado ulang tahunku. Cukup kembalikan ingatan suami hamba dan keharmonisan rumah tangga hamba ya Allah. Terimakasih atas segala nikmat yang engkau berikan selama ini pada hamba. "

Air mata telah mengucur dengan deras melewati pipi Aya. Suara sesenggukan pun mulai keluar dari bibil mungilnya.

Aya mengira jika ulang tahunnya ditahun ini akan jauh lebih bahagia daripada tahun kemarin, karena mengingat ditahun sekarang ia sudah memiliki suami.

Namun ternyata dugaannya salah, justru tahun ini, ulang tahunnya dilakukan dengan penuh duka, kehilangan buah hati dan tidak diingat oleh suami tercintanya.

Aya beranjak dari sajadah menuju nakas di depannya. Tangan Aya bergetar menyentuh foto pernikahannya dengan Zefano. Perlahan tangannya mengusap wajah sangat suami dengan lembut.

"By, aku kangen. " Aya berujar seperti itu dengan nada tercekat dan tangisan kian memecah.

"Sampai kapan kamu tidak mengingatky by? Apa besarnya cinta dan kuatnya ikatan diantara kita tidak  mendorongmu mengingat istrimu ini? "

Aya kembali terisak dengan membawa bingkai foto itu kedalam dekapannya. "Aku kangen kamu by! "

Aya kembali menatap bingkai itu tetap dengan air mata yang bercucuran, "sekarang hari ulang tahunku loh, kamu gak mau gitu ngucapin selamat ulang tahun?"

Aya tidak perduli jika pembantunya atau yang datang kerumah ini melihatnya seperti ini dan menganggapnya depresi karena kondisi Zefano. Yang terpenting sekarang dirinya bisa menyalurkan emosinya dan apa yang ingin ia sampaikan pada sang suami meskipun hanya lewat foto bukan pada orangnya langsung.

Aya merasakan kepalanya sedikit pening , ia memilih merebahkan tubuhnya dan memejamkan mata. Namun ia tidak membuka mukena serta tidak meletakkan bingkai yang sedari tadi ia pegang.

Aya tahu kalau tidur setelah waktu subuh itu tidak baik dan beberapa juga tidak dianjurkan di dalam islam. Namun sekarang ia merasa sakit yang teramat sangat dikepalanya, ia mengira ini efek kelelahan dan tidak teratur nya jam tidurnya belakangan ini. Maka dari itu kini ia memilih tidur untuk menyembuhkan sakit kepalanya.

******

Matahari sudah mulai muncul dan memancarkan sinarnya. Namun hal itu tak mengusik tidur seorang perempuan yang memakai mukena dan memeluk sebuah bingkai foto. Aya, iya dia adalah Aya.

Jangankan matahari, kehadiran beberapa orang didekat ranjang tidurnya pun tak membuatnya terusik. Mungkin itu efek dari lelahnya fisik dan batinnya.

"Pulas banget ma tidurnya Aya. " ucap salah seorang diantara mereka.

"Iya pasti dia capek, coba kamu bangunkan. "

"Sayang bangun. "

Hanya sekali, namun hal itu sukses membuat Aya membuka mata dan langsung mendudukkan tubuhnya.

Aya memandang pria didepannya dengan tatapan tak percaya. Pria yang tadi memanggilnya sayang. Aya mengucek matanya berkali kali dan menampar pipinya, ini mimpi atau nyata?

"By, Mas Zefano. " Bibir Aya bergetar menyebut nama suaminya.

Zefano mengangguk, jujur ia sangat merindukan wanita didepannya ini. Sungguh beberapa hari belakangan, ia merasa tidak kuat bersandiwara amnesia didepan sang istri. Terlebih saat melihatnya menangis karena ide dirinya yang konyol ini.

TAKDIRWhere stories live. Discover now