Bagian 02 || Kasar

60.8K 4.1K 78
                                    

"Om Arsha, kenapa?" tanya Nawa menghampiri wanita yang sedang memapah suaminya itu.

"Oh, tadi saya dapat telepon, katanya pak Arsha mabuk berat. Jadi saya jemput ke club." mata Nawa membulat mendengarnya.

"Oh ya, kenalkan, saya Lisa. Sekretarisnya pak Arsha. Kalo boleh tahu, kamarnya di mana?"

Nawa menatap segan wanita yang menurutnya itu seperti ondel-ondel. Ia menarik Arsha dari papahan wanita itu dan mengusir wanita itu begitu saja.

"Tante pulang aja, biar aku yang bawa om Arsha-nya ke kamar." setelahnya ia berjalan tertatih-tatih memapah tubuh berat Arsha menuju kamar.

Wanita itu memaksakan senyumnya, setelah itu berlalu begitu saja.

'untung keponakannya pak Arsha, kalo gak udah gue ajak gelud tuh bocah. Songong amat,' batinnya, sembari membuka pintu mobil.

***

Beberapa hari sudah berlalu semenjak kejadian itu. Hari ini, hari pertama Nawa menjalankan ospek. Ya, gadis periang namun agak bar-bar itu senantiasa menampilkan senyum manisnya. Walaupun sudah di kasari atau di beri kata-kata mutiaranya Arsha, yang nyelekit itu.

"Nawa turun dulu ya om, hati-hati di jalan. Nawa mohon, jangan ke club lagi ya. Dosa, gak baik. Makasih udah nganterin Nawa." setelahnya ia turun dari mobil, tak lupa mencium tangan suaminya, walaupun semua perkataan dirinya tak di gubris sedikitpun.

Ya, satu Minggu lebih semenjak hari pernikahan mereka yang mendadak itu. Arsha selalu cuek, bodo amat, dingin, dan terkadang kasar kepadanya. Memang itulah kepribadian pria itu, tak berubah sedikitpun. Bahkan dengan istrinya sendiri, kecuali ketika kumpul keluarga.

Setelah mobil Arsha benar-benar tidak terlihat lagi, Nawa berjalan menuju lapangan kampus barunya ini, karena mendengar pengumuman dari calon katingnya bahwa para maba di suruh untuk segera berkumpul.

"Oke adik-adik, tas, dan barang-barangnya silahkan di taro di pinggir lapangan ya. Ingat jangan rusuh," ucap kakak beralmet kuning di atas podium itu.

"Nametagnya jangan lupa di kalungin," sambungnya lagi.

Akhirnya. Setelah di jemur dari jam tujuh pagi, hingga jam dua belas siang. Kini para maba, panitia, maupun kating-katingnya tengah beristirahat.

Nawa kembali ketempat ia menaruh barang-barangnya tadi, dan mengambil mukena untuk shalat zhuhur.

Brugh

"Eh,"

"Astaghfirullah,"

"Sorry-sorry, gue gak sengaja,"

"Ehh, iya gak pa-pa,"

"Lo gak pa-pa kan?"

"Eh, i-iya. Aku gak pa-pa,"

"Gue Amanda Dealova Christiani, panggil aja Dea. Kalo lo?" ucap perempuan itu sembari ngulurin tangannya, guna bersalaman.

"Aku Hanawa Ulfatunnisa Salsabila, panggil aja Nawa, salam kenal." Nawa membalas salaman itu.

"Lo mau shalat?" tanya Dea setelah melihat mukena yang di pegang Nawa.

"Iya nih. Tapi gak tahu mushollanya ada dimana,"

"Yaudah, gue bantu cariin yok,"

"Eh, gak ngerepotin nih?"

"Enggak, sans aelah." setelahnya mereka berdua berjalan beriringan mencari musholla kampus.

-

"Kamu gak ikut shalat?" tanya Nawa setelah tiba di depan musholla.

" Hehe gak. Gue Kristen,"

ARSHAWA [END]Where stories live. Discover now