Bagian 03 || Masalah Foto

47K 3.8K 37
                                    


Hanawa Ulfatunnisa Salsabila. Gadis yang telah ditinggal oleh kedua orangtuanya saat masih berusia sepuluh tahun. Kecelakaan beruntun yang terjadi, menyebabkan nyawa kedua orangtuanya tak tertolong. Ia tak memiliki satu keluarga pun, hingga akhirnya ia di adopsi, dan hidup sederhana di sebuah pedesaan.

Walaupun begitu, ia sering kekota untuk menjenguk makam kedua orang tua kandungnya. dengan ayah angkatnya yang memang berprofesi mengekspor sayur dari desa kekota.

Ia telah terdidik menjadi gadis yang mandiri, kuat, dan tidak gampang menyerah begitu saja. Hingga hari berubah menjadi bulan, dan bulan berubah menjadi tahun. Gadis yang ramah dan mudah memberi senyum itu kini telah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Beberapa hari setelah kelulusannya, ia di kejutkan dengan pernikahan yang mendadak, bagaimana mungkin? Ia saja tak mengetahui mengenai lamaran, siapa orang itu, dan latar belakangnya.

Dengan perasaan, merasa memiliki hutang Budi pada kedua orang tua angkatnya. Ia mencoba menerima kenyataan, ia menerima bahwa hari itu juga statusnya berubah. Sebagai seorang istri.

Dan sekarang, gadis itu mempunyai dua misi. Belajar mencintai pria itu, dan membuat pria itu mencintainya.
Mengenai misi pertama, mungkin ia telah terjatuh dalam pesona pria itu.
Tapi, sanggupkah ia menghadapi sikap arogan pria itu? Belum lagi pribadinya yang begitu kasar.

Tapi tak apa, ia percaya dengan kata 'everything will be fine in time.' ia hanya perlu berjuang, mengetuk pintu hati itu dengan perlahan, dan mencairkan es yang membeku di dirinya. Ia akan merubah sikap pria itu, secara perlahan.

-

Saat ini Nawa sedang berada di musholla kampusnya. Setelah shalat zhuhur, ia melanjutkan dengan muroja'ah hafalan Al-Qur'annya.
Surat An-Nahl yang di lantunkannya pun terdengar begitu merdu.

'Maa Syaa Allah, suara siapa itu?' seorang pemuda yang hendak keluar dari musholla tersebut terhenti, karena penasaran dengan siapa yang melantunkan ayat-ayat Allah itu dengan begitu merdu.

Ia terdiam beberapa saat di pembatasan antara pria dan wanita, menghayati makna dari surat tersebut. Hingga bacaan itu berakhir ia pun tersadar.

"Shadaqallahul Adzim ...." Nawa menutup Al-Qur'an itu, setelahnya ia menciumnya. Dan menyimpannya.

Musholla terlihat sudah sepi, hanya beberapa yang masih melaksanakan shalat, Nawa bergegas berjalan keluar, ia terduduk di teras musholla memakai sepatunya.

'Ternyata gadis itu, ia dari fakultas mana?' senyum tipis nampak tersungging di bibirnya.

"Astaghfirullah." pemuda itu menggelengkan kepalanya, sembari beristighfar.

"Sadar Zam, Zina hati," gumamnya, setelahnya ia melangkah keluar, menyusul temannya yang berada di kantin.

***

"Loh, Dea?" Nawa baru tersadar, ternyata teman barunya itu menunggunya di lesehan pinggir musholla. Terduduk dengan handphone ditangannya.

"Kamu nungguin, aku?"

"Hehe, gue bosen duduk sendiri di kantin. Ngerasa banget jomblonya." gadis yang agak tinggi dari Nawa itu bangkit dari duduknya, dan menyimpan benda pipih yang ada di genggamannya.

"Udah, lama?"

"Enggak kok, baru sepuluh menitan,"

Nawa menganggukkan kepalanya, "Temenin aku makan yuk, laper,"

"Kantin?"

"Enggak, di taman belakang aja. Aku bawa bekel,"

"Yodah ayok." Keduanya berjalan dengan tangan yang bertautan, udah kek bocah tk baru pulang sekolah aja. Wkwk.

ARSHAWA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang