Bagian 05 || Pulang Bersama Azzam

39.1K 3.5K 48
                                    

Tidak terasa, sudah dua bulan lebih, lamanya. pernikahan yang Nawa jalani bersama Arsha.

Hari sudah mulai sore, hujan lebat sedang melanda ibu kota. Sehabis sholat ashar, kini Nawa terduduk sendiri di halte dekat kampus menunggu bis yang akan datang. Ia terus menggosok-gosok tangannya, guna menghangatkan tubuh. Wajahnya pucat, bukan hanya kedinginan, perutnya juga sakit, sepertinya maag nya kambuh. Kepalanya juga terasa sakit dan berat.

Tampak seorang laki-laki yang mengendarai sebuah mobil pajero berwarna hitam keluar dari gerbang kampus, matanya tak sengaja menangkap gadis yang beberapa hari ini selalu mengganggu pikirannya. Rasa tak tega menghinggap melihat gadis itu duduk sendiri kedinginan.

Ia ragu, akankah memberinya tumpangan? Tapi, tak mungkin mereka hanya berdua didalam mobil. Mereka bukanlah mahram. Tapi, bagaimana dengan nasib gadis itu? Kampus sudah sepi, hujan juga semakin lebat, dan bis belum juga tiba.

Beberapa menit berdebat dengan pikirannya sendiri, akhirnya laki-laki itu memilih menghampiri gadis tersebut. Lagi pula, niatnya baik, hanya membantu. Tak lebih.

Mobil itu berhenti tepat didepan halte, laki-laki tadi keluar dari mobil, menghampiri Nawa yang terduduk sendiri itu.

Entah ia sadari atau tidak, ada perasaan khawatir yang meliputi hatinya. melihat keadaan gadis itu yang jauh dari kata baik-baik saja.

"Assalamualaikum," salamnya.

Nawa mengerjapkan mata, melihatnya. Setelahnya ia menjawab salam itu. "Waalaikumussalam,"

"Saya Azzam Algafary, ketua BEM di kampus. Maaf, saya hanya ingin memberi kamu tumpangan, apakah mau? Lagian sebentar lagi memasuki Maghrib, dan hujan belum juga reda,"

Nawa tampak menimang-nimang tawaran itu, setelah beberapa saat berpikir akhirnya ia memutuskan menerimanya. Jika di lihat-lihat, laki-laki ini juga tak ada tampang jahatnya. Ia juga terlanjur lemas. Butuh istirahat.

Nawa mengangguk, mengiyakan ajakan laki-laki itu.

-

Di mobil hanya ada keheningan, hingga laki-laki bernama Azzam tersebut memecah keterdiaman itu.

"Ekhem,"

"Nama kamu siapa?" tanyanya, masih fokus pada jalanan.

"Hanawa Ulfatunnisa Salsabila. Panggil aja Nawa," ucapnya di sertai senyum tipis di bibir pucat itu.

Azzam mengangguk menanggapi, setelahnya kembali hening.

"Kak Azzam semester berapa?" tanya Nawa memecah keheningan kembali.

"Baru semester lima,"

"Btw, rumah kamu dimana?"

"Jalan mekar sari, nomor 127 blok D," ucap gadis itu yang hanya di balas dengan anggukan kepala.

Adzan berkumandang, membuat Azzam singgah sebentar di salah satu masjid, untuk melaksanakan shalat Maghrib.

"Kamu baik-baik aja?" tanya Azzam begitu sampai di parkiran.

"I'm fine," jawab Nawa, seraya mencoba berjalan dengan benar, kepalanya berkunang-kunang. Namun ia paksaan untuk berjalan kearah tempat wudhu wanita.

Sedangkan Azzam, masih tidak percaya, dengan jawaban gadis itu. Mukanya saja pucat pasih. Namun ia tetap melanjutkan berjalan kearah tempat wudhu pria.

-

Nawa hampir saja terjatuh, jika tak di sanggah oleh Azzam. Pria itu refleks menahan tubuh Nawa yang hendak tumbang.

"Maaf, saya hanya refleks,"

ARSHAWA [END]Where stories live. Discover now