Bagian 16 || Tolong Percaya

32.5K 2.8K 36
                                    

Biar gak lupa alurnya, baca bab sebelumnya, ya Prend. Follow dulu sebelum baca. 😺

***

Brukk!

"Gladis!"

"Nawa, kamu apakan dia?!" bentak Alex. Ia segera membopong tubuh istrinya yang merintih kesakitan.

"Aa ... aku-"

"Gladis!" ucapan Nawa terpotong oleh teriakan Jessie, mama Gladis. Mendengar kericuhan di dekat tangga, semua orang dengan cepat menghampiri. Tak terkecuali Arsha.

"Aduh, mas ... perut aku sakit banget," lirih Gladis, sambil meremat perutnya.

"Oke-oke, kita kerumah sakit sekarang ya. Kamu bertahan ya, demi anak kita juga,"

"Tolong siapkan mobil sekarang!" bentak Alex. Dengan cepat, Prans, papa nya Gladis menyiapkan mobil, setelahnya mobil melaju meninggalkan pelataran rumah.

"Saya tahu, kamu sakit hati dengan ucapan Gladis tadi di meja makan, tapi bukan berarti kamu harus mendorongnya hingga membahayakan janin yang di kandungan nya, benar-benar gak punya hati ya kamu!" setelah mengatakan itu, Prima, tante nya Arsha pergi, menyusul mobil yang di Kendarai Prans.

Sedari tadi, Nawa menangis dalam diam. Dia tak sengaja, ia benar-benar kelepasan tadi. Sungguh, ia menyesal mengapa tak ia hiraukan saja tadi Gladis, mungkin sekarang tak kan seperti ini.

'YaAllah, tolong selamatkan kak Gladis dan bayinya,' batinnya.

Arsha menatap dingin perempuan yang masih berdiri di tangga itu, setelahnya ia ikut menyusul semua keluarganya yang pergi ke rumah sakit.

"O-om Arsha, tolong percaya sama Nawa ... Nawa gak sengaja, Na-" Nawa menahan Arsha yang hendak pergi itu.

"DIAM!" Nawa berjengit ketakutan mendengar bentakan itu. Mata Arsha tampak menyala-nyala, menahan amarah. 

"Memang pembawa sial, ya kamu! Puas udah ngehancurin acaranya? Hah?!"

"Mau jadi kakak kamu, itu? Jadi pembunuh? Iya?!"

"Saya memang tidak menyukai Gladis, namun bukan berarti saya tega untuk mencelakai bayi yang ada di dalam kandungannya." Arsha pergi ke garasi, mengambil mobil setelah mengatakan itu.

"Tunggu!" Nawa menghapus air mata yang mengalir, lalu berlari menyusul Arsha.

"Nawa ikut ya, om? Plis, Nawa juga pengen liat kondisinya kak Gladis,"

"Gak!" tanpa mengindahkan ucapan Arsha, Nawa sudah lebih dulu duduk di kursi samping kemudi.

"Saya bilang, turun!"

"Gak mau, Nawa mau ikut." beberapa kali Nawa menghapus air matanya yang turun, namun lagi-lagi jatuh itu.

"Terserah!" setelahnya, Arsha ikut masuk ke dalam mobil, mengemudi dengan kecepatan rata-rata, menuju rumah sakit Florise. Tempat Gladis di larikan.

***

"Mah, keadaan kak Gladis gimana?" Nawa yang baru datang, mendekati ibu mertuanya, menanyai keadaan Gladis.

Eirin tersenyum menenangkan, ia sudah dewasa, tak seharusnya, ia membenci menantu nya sebelum tahu penjelasannya. Ia tahu betul bagaimana sifat gadis didepannya ini.

"Gladis lagi di ruang operasi, mau gak mau, bayinya harus di lahir kan secara prematur." Eirin mengusap pucuk kepala Nawa yang terbaluti hijab itu. Hari sudah sangat malam, koridor rumah sakit tampak sepi. Hanya beberapa dokter dan suster yang berlalu-lalang.

ARSHAWA [END]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن