Bagian 17 || Reuni

29K 2.5K 34
                                    

Satu minggu berlalu. Masalah yang lalu, juga sudah terselesaikan. Walaupun tak menampik, Gladis tetap masih tak menyukai Nawa. Entah apalah sebabnya.
Begitupun dengan Arsha, ia terlihat seperti sudah melupakan hal itu.

Kini, Nawa tengah berada di musholla kampus. Menunaikan shalat Ashar. Setelah shalat, barulah ia melanjuti dengan membaca Al-Qur'an. Hal itu tak pernah terlupakan sekalipun.

Setelah menyelesaikan bacaannya, yaitu surah Al-Kahf. Nawa membuka mukena putih yang ia kenakan.

"Ekhem. Assalamualaikum," saat sedang memasang kaus kaki di depan teras musholla, Azzam datang mengucapkan salam. Melirik Nawa sekilas, lalu memalingkan pandangannya.

"Waalaikumussalam waruhmatullahi wabarokatuh." Nawa menoleh, melihat ke asal suara.

"Kak Azzam?" ucapnya. "Kenapa ya, kak?" lanjut nya lagi.

"Gimana jawaban kamu? Mau atau tidak, duet dengan teman saya. Untuk merayakan ulang tahun kampus yang ke dua puluh enam tahun, yang akan di adakan tiga minggu lagi," Nawa terdiam sesaat.

"Emm ... lagunya bebas gak?"

"Iya. Lagunya bebas. Terserah kalian, mau menyembahkan lagu apa,"

Dua menit Nawa diam, setelahnya ia membuka suara. "Yaudah, Nawa mau. Kalau boleh tahu, bawa berapa lagu?"

"Untuk itu, silahkan kalian berdua diskusi nanti. Dan jika kamu memang sudah setuju, besok pagi kalian bisa latihan. Kamu sendiri, besok Sabtu ada kelas?"

"Besok pagi sih, gak ada,"

"Nah, gak pa-pa kan kalau besok kamu ke kampus. Buat latihan, ini saya kasih nomornya Ridho, kalian bisa diskusi mau latihan berapa kali seminggu dan jam berapa." Azzam mengeluarkan handphonenya dari saku hoodie. Nawa pun melakukan hal yang sama, mengambil benda pipih itu di tas ransel nya. Mengetik beberapa nomor disana. Setelah menyimpan nomor Ridho, barulah ia berpamitan untuk pulang.

"Kalau gitu, Aku pulang dulu ya kak,"

"Iya, hati-hati. Makasih udah mau bantu saya. Gak tahu lagi mau nyari temen duetnya sih Ridho kemana." laki-laki itu terkekeh kecil.

Nawa tersenyum simpul menanggapi. "Iya, sama-sama. Aku duluan, assalamualaikum." Nawa membalikkan badan, berjalan meninggalkan musholla.

"Waalaikumussalam waruhmatullahi wabarokatuh." beberapa saat, Azzam juga pergi. Masih banyak hal yang harus ia urus tentang acara perayaan kampus ini.

***

"Yo wasap bro!" seorang laki-laki jangkung memasuki sebuah cafe. Ia bertos ria ala lelaki dengan kedua temannya yang sudah lebih dulu datang itu.

"Kemane aje lo? Katanya mau balik bulan lalu. Udah di tungguin juga!" celetuk Bima sedikit kesal, setelah bertos ria dengan temannya itu.

"Hehe, sorry. Jadwal gue di sana lagi padat-padatnya. Lagi banyak operasi, eh tahu-tahu gue sakit, gara-gara kecapekan. Dua minggu di rawat di RS. Makanya baru balik sekarang." setelah bertos kembali dengan Arsha, laki-laki itu duduk di salah satu kursi.

"Iye deh, yang udah jadi dokter. Sibuk mulu," ledek Bima, pada Andre.

Andrean Praditya. Ia seorang dokter  spesialis bedah di negara ginseng itu. Sudah lima tahun lebih ia tak kembali ke Indonesia, karena kesibukannya di sana. Dan kali ini, ia kembali ke tanah air, karena desakan dari ibunya, yang sudah kepalang rindu di tinggal bertahun-tahun oleh putra semata wayangnya.

Laki-laki dengan style khas Korea itu terkekeh mendengar celetukan temannya.

"Gimana kabar kalian?" tanyanya.

ARSHAWA [END]Where stories live. Discover now