Bagian 19 || Ulangtahun Kampus

27.9K 2.7K 54
                                    

Sebelum baca, istighfar dulu yok ...
Meminta ampun atas segala dosa-dosa.
Termasuk dosa klean, yang sering hujat sih Arsha.

Astaghfirullah ...
Astaghfirullah ...
Astaghfirullah ...

Just read it! 💙

Tiga Minggu berlalu. Dan hari ini, tepat hari perayaan ulang tahun kampus mereka. Kini Nawa tengah berada di belakang panggung, bersama mahasiswa dan mahasiswi yang lainnya, yang akan tampil juga.

Dirinya tampak cantik, dengan gamis panjang berwarna maroon, juga pasmina yang senada, menjuntai menutupi dadanya. Ia yang biasanya tak memakai make up, kini di polesi sedikit bedak, serta bibir ranumnya di beri sedikit lip tint, alisnya yang sudah tebal, tak memerlukan pensil alis lagi. Terlihat natural.

Acara sudah di mulai sejak tadi, salam pembuka, Kata sambutan, dan beberapa pertunjukan lainnya telah di lakukan.

Nawa duduk di salah satu kursi, dengan tangan yang meremat jari-jarinya sendiri.
Ridho tampak santai, berdiri dengan memegang gitar.

Suara MC terdengar, memanggil nama Nawa dan juga Ridho. Mereka berdua pun bangkit, hendak menaiki panggung.

Mereka berdua duduk di kursi yang telah di sediakan di panggung tersebut, di depannya juga terdapat mikrofon. Mata Nawa menangkap sosok dengan kemeja putih, juga jas yang hitam yang melekat di tubuh seorang pria.

Ia menegang, tatapan pria itu terlihat begitu dingin, dan menghunus tajam dirinya. Ternyata, dugaannya benar, setelah mendengar salam pembuka dari MC tadi. Suaminya sendiri, adalah rektor kampus nya.

"Perkenalkan, saya Ridho Anggara dan ini, Hanawa Ulfatunnisa Salsabila. Kami dari fakultas psikologi, turut berpartisipasi dalam merayakan ulangtahun kampus kita yang ke dua puluh enam tahun ini, kami memutuskan untuk mempersembahkan sebuah lagu." Ridho mulai mengetik senar gitarnya.

"Bertuturlah cinta ...
Mengucap satu nama,"  semua diam, mendengar suara lembut dari gadis itu.

Mata Nawa juga masih terpaku pada suaminya, yang terlihat tampak tampan berkali-kali lipat itu.

"Seindah goresan sabda-Mu dalam kitabku.
Cinta yang bertasbih, mengutus hati ini ..."

"Ku sandarkan hidup, dan Matiku pada-Mu ..."  Arsha memalingkan wajahnya, melihat tatapan perempuan itu.

"Bisikan do'aku dalam butiran tasbih,
ku panjatkan pinta ku pada-Mu maha cinta ..."  suara Ridho terdengar, menyambung bait lagu yang di nyanyikan Nawa.

"Sudah di ubun-ubun, cinta mengusik rasa. Tak bisa ku paksa walau, hatiku menjerit ..."

"Ketika cinta bertasbih, nadiku berdenyut merdu ..."  nyanyi keduanya, bersamaan.

"Kembang-kempis dadaku, merangkai butir cinta ...."  Nawa dan Ridho saling bertukar pandang sesaat, membuat para penonton heboh. Selain suara keduanya yang merdu, mereka juga terlihat cocok bagi beberapa orang.

"YUHUU ... CICIWIWW!" beberapa orang bersiul menggoda, melihat keduanya.

"Garis tangan tergambar, tak bisa aku menentang. Sujud syukur pada-Mu atas segala cinta ..."  tanpa mengindahkan sorakan godaan para mahasiswa dan mahasiswi yang ada, Nawa dan Ridho lanjut bernyanyi bersamaan dengan mengalihkan pandangan masing-masing.

"Bisikan do'aku dalam butiran tasbih, ku panjatkan pintaku pada-Mu maha cinta ..."  Ridho masih mengetik senar gitarnya, dengan di iringi suara merdu miliknya.

ARSHAWA [END]Where stories live. Discover now