Bagian 21 || Tempat Cerita

34.6K 3.1K 93
                                    

Sesuai janji, hari ini aku update 🖤

[N:] Arsha itu, bukan psyco yak.

•••

"Aduh, ini sih Nawa kemana sih? Eh, eh!"

"Jatoh lagi kan, huft ..."

"Pelan-pelan aja." Fatimah mengambil tiga kotak yang terjatuh di bawah, karena Dea yang tak bisa mengambilnya.

Mereka berdua tampak rusuh, dengan membawa banyak bunga, coklat, surat, beberapa kotak yang entah apa isinya, dan teddy bear dari yang ukuran besar hingga kecil. Untuk siapa? Jelas untuk Nawa.

Itu mereka dapatkan dari banyak laki-laki, baik dari fakultas psikologi hingga fakultas lain. Bahkan, Kevin sih most wanted anak fakultas kedokteran turut memberi sebuah kotak kecil yang entah apa isinya. Mungkinkah, sebuah liontin? Atau jam tangan? Entahlah.

Setelah Nawa tampil menyanyi di atas panggung kemarin, banyak laki-laki yang menanyakan tentang perempuan tersebut pada anak-anak psikologi. Terutama pada Dea dan Fatimah, ketika mengetahui bahwa keduanya teman dekat dari Nawa.

Tak banyak juga, beberapa perempuan jadi membencinya. Iri, maybe?

Dan kini, mereka menjadi tempat penitipan barang. Dengan kelimpungan mereka membawa barang yang di terima, menuju parkiran. Hendak memasukkan semuanya pada bagasi mobil Dea.

Selama berjalan menuju parkiran, tak henti-hentinya Dea berdecak kesal dan mengoceh. Di mana temannya itu? Hingga dua puluh menit lagi, dosen memasuki kelas, ia belum juga datang. Tak tahukah, bahwa mereka sudah kelelahan dengan semua ini.

"Awas aja, ntar kalo dah dateng sih Nawa, kita minta traktir. Udah capek-capek jadi tempat penitipan barang begini. Mana banyak lagi,"

"Kalo kamu ngoceh terus, yang ada buang-buang tenaga. Mending di pending dulu deh itu ngocehnya." Fatimah menyanggah satu kotak besar yang hampir jatuh, yang sedang ia bawa.

Menginap satu malam di rumah Dea, membuat mereka sedikit akrab. Padahal sebelumnya mereka hanya saling mengenal nama saja. Di kelas dan di luar kelas pun hanya berbicara yang penting-penting saja.

Tapi, setelah berbagi cerita semalam, mereka mulai dekat. Bahkan berbicara layaknya teman lama yang baru bertemu.

"Eh, itu sih Nawa, bukan?" Fatimah mengalihkan perhatian, pada pusat yang di tunjuk Dea dengan dagunya. Ia memicingkan mata, memperjelas netranya, menatap seorang perempuan dengan gamis hitam, juga khimar panjang hingga sepinggang nya.

"Kayaknya iya." Fatimah mengangguk mengiyakan.

"Samperin yuk,"

"Eh, ini barang-barangnya?"

"Oh iya. Taro ini dulu deh di mobil gue,"

"NAWA! WOY!" sebelum kembali berjalan, ke arah mobil nya yang berjarak dua puluh meter itu. Tanpa malu, Dea berteriak memanggil Nawa. Membuat ia menjadi pusat perhatian.

Beberapa orang tak menghiraukannya. Namun ada juga, orang-orang julid yang mengatainya. Sedangkan Dea, memilih bodo amat.

Gadis berpakaian syar'i dengan memakai masker berwarna putih itu mengalihkan tatapannya, ketika mendengar teriakkan yang memanggilnya. Mengetahui Dea yang meneriaki namanya, ia berjalan ke arah dua perempuan itu.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumussalam." Fatimah menjawab salam yang di berikan Nawa. Tanpa sengaja, Dea juga menjawab. serentak dengan Fatimah.

ARSHAWA [END]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें