Bagian 15 || Konflik

32.3K 2.8K 70
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 18.08 wib. Sedangkan Nawa belum mandi juga shalat Maghrib. Ia segera meninggalkan pekerjaan yang tersisa sedikit lagi itu. Lalu bergegas mandi juga shalat.

"Bi, tempe nya udah di potong. Nawa mau mandi sama shalat dulu ya. Gapapa kan kalo bibi yang lanjuti sendiri?" tanya Nawa.

"Iya nyonya, biar saya sendiri saja. Lagian ini memang tugas saya." perempuan paruh baya itu tersenyum simpul.

"Ihh, kan udah Nawa bilang, jangan panggil nyonya. Panggil Nawa aja,"

"Saya sungkan nyonya. Masak pembantu, manggil majikannya pake nama? Kan gak sopan,"

"Tapi Nawa gak suka di panggil nyonya." gadis itu mengerucutkan bibirnya.

"Em, saya panggil neng aja. Mau gak nyonya?"

"Boleh-boleh, asal jangan nyonya aja. Yaudah, kalo gitu Nawa tinggal ya." gadis itu agak terburu-buru menaiki tangga, ia harus mandi, shalat, dan berdandan. Selepas isya, acara kumpul keluarga itu akan di adakan. Padahal ada lift, namun ia masih memilih menaiki tangga menuju lantai tiga, benar-benar edan gadis satu itu.

***

Beberapa mobil mewah terparkir rapi di garasi juga halaman rumah Arsha. Jam sudah menunjukkan pukul 20.00 wib. Para sanak saudara dari keluarga Arsha sudah berkumpul semua.

Suara tawa terdengar dari dalam, juga beberapa anak kecil berlarian ke sana ke mari, bermain dengan riang.

"Eca, Ari, udah. Kita makan dulu yuk. Mainnya lanjut nanti lagi." kakek Arya memanggil dua cucunya yang sedang bermain di tepi kolam renang. Dua bocah berbeda gender itu menoleh, dengan serempak keduanya bangkit dan berlari, menggandeng kedua tangan kakek Arya, untuk pergi ke lantai utama, melakukan makan malam bersama.

"Ayo kek, Ali juga udah lapel banget." Ari, bocah laki-laki itu menarik lengan kakek nya, tampak tak sabaran. Ia berbicara dengan cadelnya, yang membuat laki-laki lansia itu gemas.

"Haha, iya-iya. Sini, Ari sama Eca mau kakek gendong gak?" ia menunduk, menatap kedua wajah cucu nya yang berseri mendengar pertanyaannya.

"Mau-mau! Eca mau di gendong kek." gadis berusia tiga tahun itu merentangkan kedua tangannya, meminta di gendong. Begitupun dengan Ari, ia juga melakukan hal yang sama.

"Ali juga mau!"

"Yaudah sini." Kakek Arya menggendong kedua cucunya. Dengan Ari di sebelah kiri dan Eca di sebelah kanan. Walaupun sudah hampir menginjak usia enam puluh, kekuatannya masih ada. Pria lansia itu tampak masih segar, karena tiap minggu ia selalu pergi ke tempat jym.

***

"Wah, masakan mantu mama emang the best lah. Enak banget, udah cantik pinter masak lagi," puji Eirin, mama nya Arsha.

Nawa tersenyum simpul mendengarnya. Syukurlah bila ibu mertua nya itu menyukai masakannya, sejujurnya ia masih agak canggung. Ini pertemuan kedua setelah akad nikah nya dulu.

"Makasih, mah,"

"Ngomong-ngomong, kamu udah ngisi belum?" pertanyaan itu keluar dari mulut Gladis. Sepupu Arsha.

Nawa terdiam mendengar pertanyaan itu. Ia melirik ke samping, di mana Arsha juga menatapnya balik.

"Emm, belum kak." ia tersenyum sembari menjawab.

Gladis berdecih, mengangkat sedikit sudut bibirnya dan menaikkan sebelah alisnya. "Udah nikah setengah tahun, tapi belum hamil. Mandul ya?"

Semua diam, mendadak suasana terasa mencekam.

"Gladis, jaga bicaramu!" Alex, suami gladis menegur istrinya itu.

"Loh, bener kan? Mereka udah lama nikah, tapi belum punya anak juga. Kalo gak mandul, terus apa? Seorang istri belum sempurna bila belum memberikan suaminya keturunan." ia menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Duduk tegak dan menatap Nawa remeh.

ARSHAWA [END]Where stories live. Discover now