Bagian 34 || Hancur Dan Tak Berbenah

47.1K 3K 167
                                    

Jaga attitude. Jangan sampai ngomong kasar. Okay? Iya tahu, kalian emosi sama part ini. Tetep aja, jgn sampai nambah dosa. Gass baca. Sebelum itu, vote dulu. Biar kgk lupa. 💘



Sinar lembut mentari, menyambangi seorang gadis yang masih terduduk bertekuk lutut di lantai itu. Perlahan, ia membuka matanya, merasa sinar itu menembus wajahnya dari celah-celah gorden yang sedikit tersibak.

Kaki dan tangannya terasa dingin, dan hampir kebas. Wajahnya terlihat sembab. Bibirnya pun pucat pasi. Ia masih berada dalam keadaan yang sama, dari semalam.

Wajar saja ia kedinginan. Semalam di luar hujan, dan ia masih tergugu pilu sendiri di lantai. Listrik yang padam hingga sampai saat ini pun, belum ia sadari. Ia tertidur jam satu malam. Lelah menangis, dan tertidur begitu saja. Tak lama gadis itu terlelap, listrik pun padam. Membuat ia tenggelam di dalam kegelapan dan kesunyian.

Ia menggaruk lengan dan beberapa bagian tubuh lainnya yang terasa gatal. Bekas gigitan nyamuk, terlihat di atas permukaan kulitnya.

Ia beralih, mendongak menatap jam dinding di atas sana. Mata bulatnya sedikit melotot, melihat jarum jam menunjukkan pukul 06.10 WIB.

"Astaghfirullah, aku belum shalat subuh." ia berdiri secara mendadak, membuat pusing menyerangnya.

Menghiraukan itu, ia segera bergegas, berlari ke kamar. Bersiap untuk shalat subuh dan membersihkan diri.

***

"NAWA ... YUHUH! WOY BUKA PINTUNYA!"

Dor dorr dorr!

"Assalamualaikum."

Tok tok tok!

"NAWA! UDAH BANGUN BELOM SIH LO?!"

Dorr dor dor!

"Ihh Dea, jangan kek gitu dong. Ntar pintunya roboh loh. Sabar, mungkin Nawanya lagi di kamar mandi,"

Dea menghentikan aksi brutalnya itu. Lalu beralih menatap wajah temannya, yang ia seret paksa untuk membolos itu.

"Gue tuh udah gemes banget sama dia tahu? Kesel banget. Serasa pen benamin wajahnya di ketek gue. Tapi kangen juga sih. Tetep aja, gue juga bakal marahin dia soal hal ini." matanya memicing, tangannya mengepal, bersiap menggedor kembali pintu warna coklat di depannya itu.

Dorr dor dorrr!

"NAWA KELUAR LO. BUKAIN PINTUNYA CEPAT!" kali ini, ia menggedor pintu itu lebih bringas lagi.

Fatimah menatap ngeri, temannya yang sudah seperti dekoleptor hendak menagih hutang itu.

"Ya Allah, sabar woy sabar. Aku tahu, ka-" ucapan gadis itu terhenti, ketika pintu yang sedari tadi di gedor dengan bringas oleh Dea, kini terbuka secara kasar.

Brakk!

"APE LU HAH? NGAPAIN GEDOR-GEDOR PINTU RUMAH GUA KEK ORANG KESETANAN. BERISIK TAHU KAGAK?! LU MAU NYOPOTIN NIH PINTU? KALO RUSAK MAU GANTI RUGI LU, HAH?!"

"ORANG LAGI SAKIT GIGI JUGA, GANGGU BANGET!"

Fatimah meneguk kasar salivanya. Ia mulai mundur secara perlahan, ketika percikan jigong itu mengenai wajahnya.

ARSHAWA [END]Where stories live. Discover now