Bagian 47 || Kembar Lima?!

41.8K 2.8K 35
                                    

Nawa hanya terdiam kaku, belum ada siapapun yang membuka suara di ruang tengah ini. Semua berkumpul disini lengkap, seluruh keluarga besar Arsha, sosok laki-laki yang pernah Nawa lihat dari sebuah flashdisk yang Arsha beri dulu, dan juga, ada Amira beserta kedua orangtuanya. Pak William, dan ibu Rosella.

"Ada apa ini sebenernya?" tanya Arsha dingin.

Kakek Arya tersenyum, "Diam dan jangan di potong penjelasan kakek. Okey?" Arsha hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Amira gak hamil. Semuanya rekayasa,"

Semua orang melotot mendengar itu. Netra mereka secara bersamaan menoleh pada perempuan yang hanya tersenyum kikuk menatap semuanya.

"Maksudnya?" tanya Gladis yang sedang menggendong anaknya, ia menatap kakeknya, seolah menyuruh dengan cepat menjelaskan semuanya.

"Setelah kejadian dirumah sakit waktu itu, Arsha memang kami usir. Dia bener-bener gak dibolehin ngeliat Nawa, apa lagi dengan perlakuan dia selama ini yang baru di ketahui waktu itu. Ditambah kabar dia yang tidur di hotel dengan seorang perempuan. Kakek sama Gevano gak tinggal diam aja,"

Terdiam sejenak mengambil nafas, kakek Arya melanjuti penjelasannya. "Setelah tahu perempuan itu, kakek langsung cari tahu semua tentang dia. Bahkan masalah yang dia hadapi waktu itu, sampai melibatkan Arsha waktu malamnya. Ya, kakek juga tahu semua masalahnya berawal juga dari Arsha. Semua, karena balas dendam, benar bukan Arsha?"

Arsha mengangguk kaku. Benar, ia memang berniat membalas pak William, karena sudah menghancurkan hidup keluarga Anara. Tapi itu dulu. Sekarang ia tahu, menyimpan dendam itu tidak baik. Ia sudah mulai berubah secara perlahan saat ini. Walaupun rasa kesal masih ada, pada pak William itu. Termasuk Amira, jika saja perempuan itu tak berbicara yang tidak-tidak, hubungannya dengan Nawa pasti tidak seburuk waktu itu.

"Nah, kakek bantu dia selesain masalahnya, kakek pun juga tidak membiarkan kamu merusak hidupnya. Kamu emang Berhasil hancurin perusahaan mereka, tapi kakek kasih investasi lagi, tidak banyak, tapi cukup untuk mereka memulai kembali dari awal. Semua itu adalah bayaran dari kakek, asalkan mereka mau mengikuti permainan yang kakek buat,"

Ya, Arsha memang menghancurkan perusahaan pak William waktu itu. Tawarannya waktu di restoran dulu, hanyalah sebuah pancingan.

Sedangkan Amira, sedikit mulai lunak. Ia kesal dengan perbuatan kedua orangtuanya, tapi bagaimanapun, mereka pula lah yang memperlakukannya sangat baik seperti anak kandung sendiri.

"J-jadi-" Arsha terdiam memikirkan semua yang telah terlalui itu.

Amira meringis, ia menatap Arsha dan Nawa dengan tatapan bersalah. "Maaf, waktu di taman itu aku cuma ikuti peran. Nawa, maafin aku ya," Amira memikirkan, seberapa jahatnya ia dulu? Aish, jika ia tahu bahwa Arsha telah mempunyai istri, mana mau ia berhubungan dekat dengan laki-laki itu. Ia pun sedikit kesal dengan perlakuan Arsha, kenapa begitu tega dengan istrinya sendiri? Hah, entah berapa kali ia sudah menyakiti hati Nawa.

"Maksud kakek, selama hubungan aku sama Nawa lagi buruk waktu itu, kakek mata-matain kami?" Nawa mengangguk pelan mendengar pertanyaan suaminya. Sepertinya niat ia yang ingin pergi menemui Arsha sore itu telah di ketahui kakek Arya, hingga waktunya benar-benar pas, ketika ia tiba di taman dan melabrak Arsha. Dengan Amira yang menjalani aktingnya yang sangat baik.

"Tentu saja. Nawa, kamu tahu? Rumah orang tua kamu yang kamu tinggali, juga sudah kakek kasih penyadap suara. Dan kamu Arsha, kamu tahu? Apartemen yang kamu tinggali juga sudah kakek beri cctv. Kamu emang gak menyadari, karena memang benda tersebut sangat-sangat kecil, hanya sebesar biji kacang hijau. Beberapa kakek letak di ruangan khusus. Seperti, ruang kerja. Mobil yang baru kamu beli, itu juga ada penyadap suaranya. Semua, gerak-gerik kalian, juga di pantau sama anak buah kakek. Ya, tentang kecelakaan kalian waktu itu, yang diluar rencana. Tapi kayaknya bukan cuma kakek yang mau ngasih kamu pelajaran. Tuhan pun berkata demikian, gimana? Enak gak, ngegabrut selama ini?"

ARSHAWA [END]Where stories live. Discover now