Bagian 50 || Tentang Lisa

29.5K 2.2K 52
                                    

Sudah satu minggu lebih. Selama itu, Lisa tidak pergi ke kantor. Tidak ada alasan apapun yang di beri, handphonenya bahkan mati selama itu.

“Sialan, kenapa lama amat sih? Sejak gagal manfaatin sih Bima, sering amat ngilang tiba-tiba. Awas aja kalo belum datang sepuluh menit lagi.” ia mengecek jam tangannya, dengan sesekali menatap langit yang masih di guyur hujan lebat. Tidak tahu harus meneduh di mana lagi, melihat masjid yang ada di dekat tempatnya berdiri, langsung saja ia mendudukkan diri disana, berteduh dari dinginnya air hujan.

Lisa termenung, menatap derasnya hujan yang berjatuhan. Beberapa hari ini perasaannya gelisah dan gundah gulana.
Lagi ia terpikirkan, rasa tenang yang dirasanya, kala mendengar lantunan ayat Al-Qur'an yang beberapa hari lalu, tak sengaja ia dengar.

Bohong, jika tak ada rasa ingin berubah. Ia hanya berpikir, dosanya saja sudah terlalu banyak. Bisakah Allah mengampuninya? Lagipula, menjadi dirinya yang seperti ini, sejujurnya bukan keinginannya. Lisa yang sekarang, sangat jauh berbeda, dengan Lisa yang penuh kelembutan pada waktu silam. Semuanya tak luput dari kata 'iri' dan 'hasutan' hingga ia bisa menjadi seperti ini.

Terbawa suasana, dengan flashback masa lalu, tak sadar setetes air matanya luruh. Risau. Hatinya risau. Yang ia sendiri tidak tahu, apa sebabnya.

“Alhamdulillaah,” Lisa tersentak, dan menatap seorang perempuan bercadar yang baru tiba, dengan hujan yang sedikit membasahi beberapa bagian abaya yang di kenakannnya.

Ia masih terdiam, ketika perempuan itu turut duduk di sampingnya. Sepertinya juga menunggu hujan reda.

Ia tersenyum kikuk, kala perempuan itu tersenyum menatapnya. Terlihat bagian matanya yang menyipit, hingga ia bisa tahu bahwa perempuan itu tengah tersenyum. Segera ia menghapus setetes air bening itu, yang baru ia sadari.

Ia mengernyitkan dahinya, kala perempuan bercadar itu mengulurkan sebuah hoodie oversize berwarna putih kepadanya.

“Pakai, pasti dingin kan? Auratnya juga gak enak di pandang, sama laki-laki yang gak berhak.” sesaat ia tertegun. Kata-kata itu terdengar lembut, namun berhasil menyentil hatinya. Mengingat pakaian yang selalu di kenakannnya selama ini, membuat ia tersenyum miris, dengan menerima uluran hoodie itu.

Lisa saat ini hanya mengenakan celana kulot jeans, dan juga atasan berupa kaos hitam pendek. Segera ia memakai hoodie yang di berikan tadi. Tak lupa menutupi kepalanya dengan kupluk hoodie itu. Wajahnya yang biasa di poleskan riasan, kini hanya natural. Ia hanya malas untuk berdandan tadi.

“Assalamualaikum, kenalin, aku Haura.” lagi, Lisa kembali menatap perempuan bercadar itu yang mengulurkan tangannya.

Dengan pelan ia membalas uluran tangan itu. “Waalaikumussalam, gue Lisa.”

Perempuan bercadar itu mengangguk, dengan senyumannya. “Maaf nih ya, tadi aku lihat kamu nangis. Ada apa? Eh, maaf, gak bermaksud buat kepo kok. Siapa tahu kamu nya perlu bantuan atau apa. Hehe.”

Lisa tersenyum tipis, menatap perempuan itu sekilas, dan kembali menatap hujan yang belum reda.

“Allah kira-kira nerima orang yang penuh dosa gak sih?” gumamnya pelan, namun masih bisa di dengar oleh Haura. Membuat senyum perempuan bercadar itu mengembang, di balik kain hitam di wajahnya itu.

“Allah itu maha pengasih, lagi maha penyayang. Allah juga maha memaafkan. Kenapa enggak? Orang yang dosanya saja sebanyak buih di lautan, masih bisa Allah maafkan. Yang terpenting itu niat. Niat sungguh-sungguh dari dalam hati, untuk meninggalkan maksiat dan berubah menjadi lebih baik lagi. Kamu mau tahu, malu yang sesungguhnya? Malu yang sesungguhnya itu, ketika dosa sebanyak butiran debu, tapi Allah masih memanggil kita dengan sebutan “Wahai hamba-Ku.” jangan takut buat hijrah. Jangan di fikirin, 'ah, dosaku udah banyak banget. Gak yakin bakal di terima taubat nya.’ Hei, itu permikiran yang salah. Allah itu maha menerima taubat hambanya. Bahkan nih ya, contoh, hari ini kamu nyesel karena dosa yang udah kamu buat, terus kamu taubat. Benar-benar tulus. Tapi esok harinya, kamu buat kesalahan yang sama, dan tetap bertaubat juga. Seperti itu terus. Kamu tahu? Allah menerima taubat kamu. Walaupun hari ini taubat, besoknya di lakuin lagi. Allah tetap menerima taubat kamu. Tapi, jangan berbuat seperti itu. Kalau misalnya nih, kamu di panggil pas lagi ngelakuin maksiat, dan belum bertaubat, penyesalan yang kamu rasain itu udah gak bisa ngerubah segalanya lagi. Udah gak ada lagi waktu buat taubat, karena kamu udah gak bernafas lagi. Jadi, selagi raga kita masih bernyawa. Taubat segera. Jangan di tunda-tunda. Istiqomah yang paling penting dalam hijrah. Belajar buat gak ngelakuin hal salah yang sama pula. Taubat itu emang mudah, istiqamah yang susah. Kalau bisa, taubat sungguh-sungguh. Gak akan ngulangin kesalahan yang sama lagi. Allah maha menerima taubat hamba-Nya, selagi nyawa belum terpisah dari raga. Semangat, jangan berputus asa dari rahmat Allah.” tangan perempuan bercadar itu terangkat, seolah memberi semangat.

ARSHAWA [END]Where stories live. Discover now