Bagian 12 || Jatuh Bersama

33.4K 2.8K 34
                                    


Nawa masih berlari tak tentu arah, yang dirinya tuju sekarang adalah, tempat sepi untuk menenangkan diri. Ia bahkan tak menghiraukan teriakan teman-temannya yang memanggilnya.

'Sesulit inikah untuk mengetuk pintu hatinya? Sesakit inikah mencintai dirinya? Salahkah aku, dengan terlalu cepat menjatuhkan hati kepadanya?'

"Nawa awas ...!"

"Aaa ..."

Brakk!

Dea membuka matanya. Bukan, itu bukan teriakan Nawa, melainkan gadis itu.

Terlihat seorang laki-laki dengan lecet di berbagai badannya. Juga seorang perempuan yang terjatuh tepat di atas tubuhnya, di pinggir jalan.

Sedangkan mobil yang hampir menabrak gadis itu, menabrak trotoar. Mobil itu bahkan tak berbentuk lagi, warga yang melihat pun, bergegas mendekati mobil, membantu mengeluarkan korban di dalam sana.

"Awsh," ringis Arsha, ia merasakan sakit di kepalanya, begitupun dengan kakinya. tangannya pun masih melilit pinggang istrinya yang hampir merenggang nyawa akibat kecerobohannya sendiri.

Nawa masih mematung, terlalu syok dengan apa yang terjadi.
Setelah tersadar, ia segera bangkit dari atas tubuh Arsha. Sungguh, dalam keadaan seperti ini, jantungnya masih saja meloncat-loncat. Memang jantung yang tak tahu kondisi!

Ia menunduk ketakutan melihat raut tak biasa di wajah suaminya. Ia meremas jarinya sendiri, tak berani mendongak.

"Udah gak sayang lagi, dengan nyawa sendiri, hah?! Mau mati?!" bentak laki-laki itu. Dirinya langsung merengkuh gadis itu kedalam pelukannya.

Nawa terdiam kaku. Antara takut, terkejut, dan senang ia rasakan. Tangannya pun masih menggantung di kedua sisi tubuh, belum membalas pelukan itu sama sekali.

Tersadar, Arsha langsung mendorong pelan gadis itu, melepaskan pelukannya.

"Jangan geer, saya cuma refleks peluk kamu!" ucapnya setelah membentang jarak.

"Lagian, kenapa harus lari-larian sambil nyebrang gitu sih? Kayak bocah tahu gak!"

Nawa langsung tersadar ketika mendengar ucapan laki-laki di depannya ini. Tadikan ia masih sakit hati, sekaligus marah. Ralat, bukan dari tadi, tapi dari tadi malam. Sekarang kenapa udah baper aja, padahal cuma pelukan gak di sengaja.

Nawa langsung memasang wajah datar, yang terlihat imut, bagi siapa saja yang melihatnya, apa lagi matanya yang menajam. Entahlah kalau menurut Arsha?

"Kenapa diem aja?" tanya Arsha, melihat gadis itu yang hanya bungkam.

Nawa berdiri, tanpa menghiraukan Arsha. Dirinya celingak-celinguk, yang membuat Arsha heran.

"Taksi!" Nawa menghentikan sebuah taksi, yang kebetulan lewat. Setelahnya kembali berjongkok, hendak membantu Arsha berdiri. Kaki laki-laki itu tampaknya tidak baik-baik saja, tadi Arsha pun tampak meringis, memegang kakinya. Sepertinya terbentur pinggir jalanan pembatasan antara pejalan kaki dan jalan raya.

"Nawa, lo gak apa-apa kan? Ada yang luka? Atau apa gitu?" tanya Dea yang baru datang bersama sih kembar, untungnya mereka bisa menyeberang dengan lalu lintas yang sangat padat itu, apa lagi kecelakaan yang membuat mereka semakin sulit menyebrang. Karena macet.

Nawa tersenyum tipis menanggapi. "Aku gak apa-apa kok, gak ada yang luka."

"Ehh, biar kita aja." sih kembar mengambil alih, memapah Arsha. Mereka memendam rasa penasaran, karena sekarang keadaan sedang genting.

"Ehh, lo mau kemana?" tanya Dea, melihat Nawa yang tak memasuki mobil.

"Mau kesana." ia menunjuk ke arah mobil yang sudah penyok itu. "Mau minta maaf, sekaligus tanggung jawab," lanjutnya lagi.

ARSHAWA [END]Where stories live. Discover now