Bagian 20 || Hukuman

35K 2.8K 78
                                    

Yang belum follow, follow dulu yuk :)
Vote nya, jangan lupa ya, gampang kan? 🥀

Happy reading ♡︎

***

Bugh!

Darah seketika mengalir deras, pusing di rasakannya, dan semuanya ... menjadi gelap.

"Nawa ..." Fatimah segera berlari kecil, memeluk temannya itu, yang tampak kaget. Ia pun sama kagetnya.

Sedangkan preman itu, sudah jatuh, kehilangan kesadarannya. Dengan darah mengalir di kepalanya. Nawa dan Fatimah, sontak mengalihkan perhatiannya pada seorang perempuan yang memegang sebuah balok kayu panjang, terdapat paku di ujung kayu tersebut.

"Jono!" bos dari laki-laki itu menghampiri anak buahnya yang sudah tepar di tanah.

"Aish, sialan! LU, BERANI-BERANINYA?!" giginya bergeletuk, rahang nya mengeras. Ia menatap seorang perempuan dengan pakaian piyama tidur dengan rambut yang di cepol asal. Dia Dea.

"APA? HAH?! KAU FIKIR KU TAKUT DENGAN MU? SINI KAU, KITA DUEL, BERANINYA KAU GANGGUIN TEMEN KU! BENCONG KALI LAH, KAU, RIBUT KOK DENGAN CEWEK!" ucap Dea tak kalah ngegas, dengan logat khasnya. 

"NANTANGIN LO?! Mau sok ikut campur? Atau mau ikut main? Body lo mayan juga,"

"Sialan!" Dea membuang asal, kayu yang di pegang nya. Lalu berjalan maju, dengan mata yang menyala ke arah preman itu.

Bugh!

Satu tendangan, ia berikan pada laki-laki kurang ajar itu.

"KAU ITU DAH TUA BANGKA! JADI TAK USAH BANYAK ULAH! MASUK NERAKA BARU TAHU RASA!" ia membabi-buta laki-laki di depannya ini. Huhu, benar-benar beringas perempuan satu ini. Bela dirinya patut di acungi jempol.

Ia memelintir tangan kekar laki-laki itu, yang hendak membalasnya dengan sebuah Bogeman. Suara retakan dari tulangnya terdengar, membuat Nawa dan Fatimah meneguk ludah di buatnya.

Setelah memelintir nya, ia menendang kembali perut laki-laki itu, hingga tersungkur ke tanah.

Tidak sampai situ, ia berjongkok didepan laki-laki itu yang meringis merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Kepalan tangan gadis cantik itu terangkat, menonjok hidung pria itu, hingga mengeluarkan darah, sangking kuatnya.

"Aa-akhh!"

Dea kembali bangkit, ia menatap sinis pria itu, lalu berdecih.

"Cuih!" ia meludahi, tepat di wajah laki-laki itu. Lalu kakinya terangkat, menginjak perut pria itu dan menekannya kuat.

"Jadi laki-laki, harus punya moral juga lah kau! Jangan suka ngerusak cewek. Emang untungnya apa, Hah? Kau punya anak perempuan tidak? Gimana perasaan kau, jika anak kau di perlakukan, seperti kau memperlakukan perempuan di luar sana? Punya otak, gak di pakai!" setelah mengatakan itu, Dea berjalan kearah dua perempuan dengan hijab syar'i itu. Dia menggandeng kedua tangannya, dan mengajak mereka masuk ke mobil miliknya. Meninggalkan kedua laki-laki yang tak bermoral itu begitu saja, tergeletak mengenaskan.

"Kalian gak pa-pa kan? Ada yang luka? Mereka tadi gak macem-macem kan?" tanya Dea, ketika telah didalam mobil.

"Kita gak pa-pa kok. Makasih ya, De ..." ucap Nawa tulus, seraya tersenyum.

"Makasih ya, Dea ..." ucap Fatimah juga.

"Oh ya, Nawa ... pipi kamu?" ucap Fatimah, yang teringat akan sudut bibir teman nya itu tadi, sedikit robek.

ARSHAWA [END]Where stories live. Discover now