Bagian 54 || Sirup Marjan

27.5K 2K 143
                                    

"SAHUR, SAHUR, SAHUR, SAHUR!"

"BAPAK-BAPAK, IBU-IBU, KAKAK-KAKAK, ADEK-ADEK, JOMBLOWAN-JOMBLOWATI YANG PUNYA AYANG, DAN YANG GAK PUNYA AYANG. BANGUN YUUUUK! SAHUUR!"

TENG-TENG

TENG-TENG

Arsha terperanjat, mendengar teriakan para anak muda di luar yang sedang membangunkan sahur. Berteriak menggunakan toa, dan memukul gerbang rumahnya menggunakan spatula.

Ia menyipitkan mata, kala televisi yang masih menyala menghunus matanya. Beralih pada Nawa yang masih terlelap diatas pangkuannya, ia berusaha memperbaiki duduknya yang setengah berbaring itu secara perlahan, agar tidak menggangu Nawa.

Ia menatap meja di depannya, yang terdapat kulit kacang, beberapa cemilan ringan, dan juga botol Yakult. Mereka ketiduran ternyata. Semalam Nawa meminta di temani untuk menonton drama Turki, Arsha yang sudah mengantuk malah ketiduran. Tak disangkanya, Nawa pun ikut ketiduran. Jadilah, mereka ketiduran bersama di ruang tengah, dengan televisi yang menyala.

Ia menunduk, menatap Nawa yang menggeliat kecil dan mulai membuka matanya.

"Em, keganggu ya sayang?" tanya Arsha serak. Ia mengusap wajahnya, masih sedikit ngantuk.

"Udah sahur, ya?" Nawa mencoba bangkit, melihat itupun Arsha membantunya.

"Iya. Kita ketiduran ternyata, kamu kalo masih ngantuk tidur lagi aja ke kamar, gak apa-apa kok. Biar aku sahur sama maid dan pak Han aja." ucap Arsha dengan memperbaiki hijab Nawa.

Nawa menggeleng, "Biar aku temenin sahur. Ayok cuci muka dulu."

"Serius? Gak ngantuk emangnya?"

"Aku pengen makan Indomie Mas,"

"Kamu lagi hamil, jangan makan gituan dulu ih,"

"Dikit doang, aku juga udah lama gak makan mie, boleh ya?"

Melihat tatapan itu, Arsha menghela nafas pelan, lantas mengangguk. "Dikit aja, dan kali ini aja."

"Siap kapten." ucap Nawa tersenyum dan berlagak hormat.

Arsha terkekeh melihat itu, "Udah, ayok cepetan. Keburu imsak nanti." ucapnya dengan berdiri, diikuti Nawa.

"Makasih, ya,"

"Untuk?" tanya Arsha bingung.

"Karena, udah di bolehin makan mie." ucapnya dengan menyengir.

Arsha menggelengkan kepalanya. Ada-ada saja. Lantas, ia mengusap hijab perempuan itu. "Iya, sama-sama Bunmut."

"Bunmut? Apa tuh?" tanya perempuan itu. Keningnya sedikit mengernyit.

Arsha menunduk, lantas membisikkan sesuatu. "Bunda imut." ucapnya dengan di akhir kecupan singkat di pipi.

Sedikit tersipu, namun tentu gengsi untuk menunjukkannya. "Mas ih, belum cuci muka, juga." ucapnya dengan memalingkan muka. Wajahnya memanas.

"Gak papa, yang penting gak ada ilernya." ucap Arsha berjalan duluan dengan tertawa. Rasanya enak membuat perempuan itu salting.

Hah, ternyata seperti itu, sahur bersama ayang. Sangat berbeda sekali dengan satu makhluk yang belum menemukan tulang rusuknya di lain tempat, saat ini.

Bima yang tengah sahur seorang diri di apartemen itu, hanya menatap nanar Indomie goreng didepannya.

Membaca niat puasa, lalu meminum seteguk air putih. Barulah setelahnya ia memakan mie goreng dengan secentong nasi. Sudah biasa, di Indonesia belum makan, kalo belum makan nasi. Dan belum afdol, jika makan mie tanpa nasi.

ARSHAWA [END]Where stories live. Discover now