Bagian 26 || Jangan Lakuin Itu ...

37.2K 2.8K 137
                                    

“Seandainya kepala seseorang di tusuk dengan jarum besi, itu lebih baik dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.”

___________________

.
.
.

"Amira kayaknya udah tahu, kalo dia bukan anaknya pak William. Dia salah paham kayaknya. Pak William juga kalang kabut, dia belum sempat jelasin cerita rincinya. So, cepat lo kesana, takutnya dia nekat lagi,"

"Lo, gak ikut?" Arsha, tampak ia sedikit khawatir. Bagaimanapun, perempuan itu memiliki aliran darah yang sama, dengan Anara. Perempuan yang dicintainya.

"Gak bisa. Nyokap gue kambuh lagi, ini juga gue mau langsung terbang ke Tokyo. Gue izin cuti beberapa mingu ya,"

Arsha mengangguk, "Lo pergi aja, biar gue sendiri ke Bogor."

"Oke, gue duluan. Lo hati-hati dijalan, ini udah dini hari soalnya." Bima menepuk sebentar, pundak temannya itu.

"Hmm."

***

"Hiks ..." terlihat, seorang perempuan dengan Isak tangisnya, ia duduk seorang diri di roftoop hotel dengan angin malam yang berhembus menerbangkan rambutnya. Keadaannya benar-benar kacau.

"K-kenapa papa jahat?"

"K-kenapa ini bisa terjadi?"

"Sebenernya aku di harapin, gak sih, di dunia ini?"

"Orang tua kandung aku siapa?"

"Kenapa mereka juga tega, ngasih anaknya gitu aja?"

Di tengah-tengah tangisnya, ia meracau. Jam yang menunjukkan hampir mengarah ke angka dua, tak ia hiraukan. Ia tak merasa takut sedikitpun, melainkan merasa tenang. Wajahnya sudah sembab, hidungnya pun sudah memerah. Rambutnya acak-acakan. Ia sendirilah, yang mengusap kasar kepalanya, melampiaskan emosi yang dirasakan.

Brakk

Pintu roftoop terbuka dengan kasar. Terlihat seorang laki-laki dengan nafas yang tak teratur. Ia berlari, menuju ke arah dimana seorang gadis duduk meringkuk dengan memeluk lututnya sendiri. Perempuan itu menatap kosong ke depan, membuat Arsha takut, perempuan itu akan terjun bebas.

Amira menoleh, terkejut melihat Arsha berada disini, menyusulnya.

"A-Arsha?"

Laki-laki itu mendekat, ikut duduk disana. Menenangkan perempuan itu, dengan usapan lembut dari tangannya, juga dekapan hangat yang ia berikan.

Ia memberikan ketenangan bagi perempuan lain, namun tak memberikan ketenangan bagi istrinya sendiri. Yang dimana, di seberang kota sana terlihat gadis dengan gelisah menunggu kepulangan dirinya.

***

"Sialan! Kenapa ada aja penghalang bagi gue?!" nafas perempuan itu memburu. Matanya menyala-nyala, memancarkan Amarah.

Seringai tipis tercetak di wajahnya, "Lihat aja, lo ... bakal bernasib sama, dengan kembaran lo itu. Gue bakal cari lo sampe ketemu. Lihat aja,"

Ia berjalan keluar dari kamar yang sudah ia obrak-abrik isinya. Mengambil hoodie miliknya di lemari, ia berjalan keluar.

Di bawah mendungnya langit malam, tak ia hiraukan. Ia terus berjalan menyusuri jalanan yang sepi. Ia sedang malas menyetir saat ini.

ARSHAWA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang