Bagian 07 || Bukan Nana?

38.5K 3K 18
                                    

Saat ini, kedua pasutri itu tengah duduk di meja makan. Hanya berdua. Entahlah, apa yang merasuki laki-laki yang tak berperasaan itu, hingga mau makan berdua di meja makan dengan gadis itu. Tadinya, Nawa ingin memasak sendiri untuk sarapan mereka pagi ini, namun pria itu melarangnya, dengan embel-embel 'Kamu belum pulih, nanti kenapa-napa lagi, dan saya juga yang repot.'

Canggung. Itulah keadaan keduanya. setelah kejadian tidak di sengajakan kemarin siang. Arsha pun baru pulang jam tiga dini hari tadi, setelah kejadian itu. Sifatnya pun bertambah dingin.

"Emm, mau makan pake apa, om?"

"Apa aja." kedua tangan dan tatapannya masih tertuju pada benda pipih yang sudah menjadi prioritas sebagian besar orang.

"Besok, Nawa boleh ngampus lagi kan?"

"Terserah," setelahnya hening, mereka fokus pada piring masing-masing.

Beberapa menit setelah menghabiskan sarapannya, pria itu bangkit, tanpa mengucapkan sepatah katapun. Nawa pun menyusul, menyalami tangan suaminya yang hendak pergi kekantor.

Setelahnya, ia pergi ke kamar. Ia teringat belum mengabari sahabatnya itu dari kemarin.

Setelah mengaktifkan data selulernya, terdapat banyak pesan juga panggilan dari Dea.

'110 panggilan suara tak terjawab.'

'73 pesan tak terbaca.'

Setelah membaca semua pesan gadis itu, yang berisi tentang di mana dirinya, mengapa tidak masuk, kenapa hilang kabar, dan beberapa umpatan juga kata-kata kekesalannya. Gadis itu terkekeh geli membacanya. Setelahnya ia memencet tombol panggilan suara.

Beberapa saat menunggu, terdengarlah suara serak khas orang bangun tidur menyapa pendengarannya.

"Yeoboseyo?"

"Kamu ngomong apaan sih, De?"

"Nuguseyo?"


"Aku gak ngerti kamu ngomong apaan, ini aku, Nawa," kesal gadis itu. "Kamu masih tidur ya? Ngeracau gak jelas!"

Beberapa saat orang di seberang telpon sana terdiam, hingga beberapa detik kemudian terdengar pekikan menggelegar.

"OMMO! Nawa? Lo kemana aja? Gue telponin nomornya gak aktif, udah gue spam juga. Lo bikin gue khawatir tahu gak?! Lo sakit? Sakit apa? Sekarang lo dimana? Hari ini lo ngampus 'kan? Cepet jawab pertanyaan gue!" Dea, gadis di seberang sana itu berbicara dengan mode nge-rap nya.

Nawa menjauhkan beberapa senti benda pipih itu dari telinganya, sahabatnya itu memang sangat heboh, sangking hebohnya, kupingnya bahkan sampai pengang gara-gara teriakannya yang membahana itu.

"

Ihh, Dea! Ngomongnya pelan-pelan, nanyanya juga satu-satu. Kuping aku sakit nih, dengar teriakan kamu!"

"Hehe, maap-maap. Jadi cepetan jelasin! Jawab juga pertanyaan gue!"


"Iya, aku kemarin sakit. Kayaknya hari ini masih gak masuk deh, mungkin besok. Suami aku gak ngizinin hari ini ngampus, padahal aku udah baikan,"

"HAH? Lo ngomong apa? Suami? Jangan bercanda deh!"

Dih, aku gak bercanda, seriusan tahu,”

"Kok bisa?" gadis di seberang sana masih tercengang tak percaya.

"Ya bisalah, aku kan manusia. Juga bisa nikah,"

ARSHAWA [END]Where stories live. Discover now