Bagian 21

39.6K 2.4K 68
                                    

Realita sangat menyakitkan
Saat kita mengharapkan
Ekspetasi yang berlebihan
~Reta

Hari ini suasana hati reta tengah baik, gadis yang biasanya pergi kesekolah menggunakan angkutan umum kini memilih mengendarai motornya sendiri yang dibelikan oleh ibunya, kalau kalian berpikir reta adalah anak orang kaya yang semua kemauannya selalu dipenuhi salah besar karena nyatanya ia hanyalah anak dari sepasang suami istri yang sederhana, ibunya bekerja menjadi tkw di hongkong dan ayahnya adalah karyawan pabrik dengn gaji UMR.

Ia bisa bersekolah di sekolahan mahal pun berkat ibunya bekerja di hongkong dengan gaji tujuh juta perbulan, namun semua itu tak sepenuhnya dikirimkan oleh ibunya karena sebagian digunakan untuk membayar kredit rumah yang sekarang ditempatinya, rumahnya tak besar namun juga tak kecil, bentuknya juga tak jelek namun juga tak megah hanya sedang saja namun karena ayahnya pandai menata dan ibunya yang suka sekali membeli perabotan dengan kualitas baik orang-orang pasti akan mengira jika ia adalah anak orang kaya meskipun sebagian perabotan rumahnya bermerk kw.

"Yah reta berangkat, nanti makan malam reta mau makan nasi padang ya jangan lupa beliin" ujar reta sebelum berangkat, memang selalu seperti itu jika ayahnya tak membelikan sesuai kemauannya reta pasti akan marah dan tak mau makan.

Sifatnya yang keras dan kedua orang tua yang selalu memanjakannya waktu kecil membuat reta tumbuh menjadi gadis yang keras kepala, kedua orang tua reta hanya memiliki anak satu dulunya reta punya kakak namun sang pencipta mungkin lebih menyanyangi kakaknya sehingga ia mengambilnya terlebih dahulu waktu umur delapan tahun, saat itu reta masih bayi berumur enam bulan kakaknya sakit kanker diusianya yang masih anak-anak.

"Iya kamu hati-hati bawa motornya tadi udah ayah cuciin motor kamu" kata ayahnya.

Begitu sampai di sekolah banyak anak yang menyapa dirinya, ia memang disegani oleh banyak orang karena keramahannya, gosip tentang dirinya yang memposting foto bersama atha cepat menyebar membuat spekulasi berbeda-beda dari semua orang.

"Gila lo udah jadian sama atha?" tanya cleo sahabatnya.

"Belum, tapi bentar lagi" jawabnya dengan senyum yang selalu menghiasi bibirnya.

"Atha udah ngasih lampu ijo?" tanya febri, ia hanya memiliki dua sahabat akrab di kelasnya sebenarnya banyak yang kenal dan mau bersahabat dengannya namun reta lebih dekat dengan febri dan cleo.

"Lihat aja nanti, kita kelapangan bentar lagi upacara"

Istirahat kedua masih banyak anak-anak yang bertanya tentang hubungannya dengan atha, ia hanya menjawab dengan senyuman.

Mengisi perutnya yang keroncongan ia memilih duduk di bangku paling pojok karena hanya bangku itu yang tersisa, sesekali ia juga bercanda dengan cleo dan febri namun perhatiannya teralihkan saat mendengar suara lelaki yang namanya sudah terpatri dalam lubuk hatinya sejak dua tahun lalu.

"Gue nggak pacaran sama reta, gue sama dia sekedar teman dan partner kerja di osis nggak lebih. Dan kalian semua gue mohon jangan ada lagi yang beranggapan gue pacaran sama reta pacar gue bakal sakit hati denger gosip murahan kayak gini" ujar atha sebelum meninggalkan kantin ia memusatkan pandangannya pada segerombolan gadis kelas dua belas mipa 6 teman sekelas reta yang duduk tak jauh dari bangkunya "Dan untuk kalian gue saranin perbanyak kalimat tanya sebelum merasa paling tahu sebenarnya"

Mendengar perkataan atha ada sebagian dirinya yang tak terima, hatinya sakit mendengar lelaki itu berbicara seolah sangat tidak suka dengan pembicaraan orang yang menganggap berpacaran dengan dirinya.

Backstreet with My KetosOù les histoires vivent. Découvrez maintenant