Bagian 55

24.9K 2.1K 270
                                    

Paling nggak bisa nyembunyiin perasaan
Apalagi pura-pura baik padahal lagi hancur-hancurnya
Teruntuk siapapun yang nanti bakal jadi teman hidupku,
ketahuilah aku hanya butuh rumah dimana seluruh rasaku mendapat perlakuan yang pantas
~zee page 55 menuju ending

Sudah hampir dua jam Atha hanya berdiam diri di dalam mobil, lelaki itu masih menenangkan emosinya yang belum stabil. Ia menyuruh Lea keluar dari dalam mobil karena takut kalau ia tidak bisa menahan emosinya apalagi Lea juga marah, pasti sangat sulit mengendalikan diri mereka masing-masing.

Atha juga tidak mengiyakan saat Lea ingin berpisah dengannya, tidak akan pernah. Lelaki itu melihat pergelangan tangan pada jamnya, sekarang sudah memasuki adzan Maghrib membuat lelaki itu segera melajukan mobil keluar dari basement mall dan mencari tempat untuk sholat agar ia bisa melepaskan semua beban di kepala dalam sujudnya.

Selesai sholat lelaki itu tidak pergi, ia masih diam ditempatnya sholat sambil menatap kiblat. Tidak ada yang ia lakukan, seolah Atha telah kehilangan dunianya.

"Mas" bapak-bapak yang sejak tadi memperhatikannya menegur Atha membuat lelaki itu mendongakkan kepalanya yang semula menunduk.

"Iya pak?"

"Saya kirain ketiduran" kata bapak itu lalu ikut duduk di dekatnya "Lagi ada masalah ya mas?" Tanya bapak itu lagi yang dijawab Atha dengan sedikit senyuman, rasanya untuk berbicara saja Atha masih kesulitan.

"Semua ini ujian mas, jodoh, maut, rezeki itu udah ada yang ngatur tinggal bagaimana usaha kita saja sebagai manusia mengubah takdir"

"Tapi ingat kalau urusan jodoh, maut itu sudah tidak dapat diubah. Kalau kita memaksakan pasti ujung-ujungnya akan gagal, karena Allah tahu mana yang lebih baik buat diri kita. Mas masih muda, saya yakin suatu saat kalau kita ketemu pasti sudah punya anak, entah dengan siapapun itu tapi besar kemungkinan dengan orang yang membuat mas sampai melamakan sujud"

Atha mendengarkan apa yang bapak itu ucapkan meskipun kepalanya tertunduk, tak lama ia merasakan tepukan di bahunya.

"Nggak usah terlalu mengkhawatirkan apa yang sudah ditakdirkan untuk kita, kalau jodoh juga nggak akan kemana" bapak itu langsung berdiri lalu pergi meninggalkan Atha yang mencerna ucapan pria paruh baya itu.

Mesti sedikit bingung karena beliau tau kalau Atha sedang ada masalah percintaan tapi hatinya sedikit jauh lebih tenang dari sebelumnya, lelaki itu berdiri dengan cepat keluar dari masjid mencari bapak tadi.

Ia menoleh ke segala arah namun orang yang dicarinya sudah tidak ada, Atha memutuskan kembali ke mobilnya dan pulang ke rumah. Sebelum meninggalkan area masjid sekali lagi ia memastikan sekitarnya hanya untuk memastikan keberadaan bapak tadi yang sudah tidak ada dan hasilnya tetap tidak ada lelaki paruh baya yang ia cari.

"Bagaimana bisa tutur katanya begitu melembutkan hati?" Batin Atha masih heran.

Mobilnya melaju membelah keramaian kota Jakarta timur di malam hari. Kepalanya sedikit pusing membuat ia ingin segera sampai dirumahnya.

.

.

.

Pagi ini Lea dan Sukma memilih masuk sekolah, hari ini juga Lea akan ada foto album bersama anak osis jadi mau tidak mau ia harus tetap berangkat sekolah. Ia tidak menangis semalaman seperti yang kalian fikir, sampai di rumah gadis itu bahkan dengan santainya langsung tidur.

"Pake motor?" Tanya Sukma pada Lea yang saat ini masih mengoleskan handbody ke tangannya.

"Motor siapa?"

Backstreet with My KetosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang