Bagian 53

24.2K 1.9K 64
                                    

Semakin dewasa semakin sadar
Tidak semua tangan bisa kugenggam
Terutama tangan yang tidak mau digenggam
Tangan yang semakin digenggam semakin menyakiti
Ataupun tangan-tangan yang tak pantas untuk di genggam
~Sukma

Seminggu sudah berlalu sejak Lea dan anak OSIS pergi ke Bogor, hari ini mereka kembali fokus untuk menghadapi soal-soal ujian nasional. Sudah banyak persiapan yang dipersiapkan untuk menghadapi ujian nasional, kini saatnya mereka benar-benar berperang menghadapi peperangan yang sebenarnya.

"Bunda Lea minta do'anya ya, supaya Lea bisa ngerjain semua soalnya dan nilainya bagus" Katanya sebelum pamit dengan sang Bunda yang membantu asisten rumah tangga membereskan piring dan gelas kotor habis sarapan.

"Iya sayang, Anak bunda kan pinter. Semoga nilainya bagus, ngerjain soalnya juga lancar" Bundanya mencium puncak kepalanya sambil mendo'akann anak gadisnya itu.

"Sama ayah nggak minta do'a nih?" Ayahnya yang tadi masuk ke kamar setelah sarapan karena mengambil jam tangan sudah kembali turun lagi.

"Iya dong, Ayah Lea minta do'anya ya biar Lea bisa lancar ngerjain soalnya" Lea mendekat pada sang Ayah lalu mengambil tangan Ayahnya untuk di letakkan di atas kepalanya.

"Iya sayang, ya Allah semoga anakku yang paling cantik ini diberi kelancaran dalam mengerjakan soal, lancarkanlah dia dalam mengerjakan, lapangkanlah pikirannya, jauhkan lah Lea dari kesulitan"

"Aamiin" ujar Lea dan Bundanya bebarengan, lalu Ayah Lea juga mencium puncak kepala anak semata wayangnya yang sudah tumbuh hampir menjadi anak dewasa. Bayi kecil yang sekarang menjadi anak remaja cantik membuatnya sedikit khawatir sebagai sosok ayah.

Sebagai sosok ayah yang memiliki anak perempuan tentu bukanlah perkara mudah bagi Nuga, apalagi semakin beranjak dewasa semakin terlihat juga gimana anak gadisnya tumbuh menjelma menjadi sosok yang cantik dan pastinya banyak orang diluaran sana yang menginginkan anaknya. Yang ia takutkan hanyalah orang-orang yang berniat tidak baik pada anak gadisnya.

Apalagi Nuga sebagai kepala keluarga yang sering disibukkan dengan kerjaannya membuat ia tidak bisa selalu memantau anaknya, makanya ia sudah menaruh kepercayaan besar pada Atha yang kelak bisa menjaga Lea sepenuhnya. Sebagai sosok Ayah tentu ia bisa menilai mana lelaki yang baik untuk anaknya, semua yang dilakukan Atha membuat dirinya yakin bahwa lelaki remaja itu memang benar-benar menjaga Lea dengan baik.

Kalau kalian pikir Atha langsung mendapat restu darinya, itu salah besar. Karena pada kenyataannya setahun waktu Atha dan Lea pacaran, Nuga selalu bersikap sengit pada lelaki itu. Bahkan Nuga selalu membuat Atha kesulitan mendapat perintah darinya, namun yang ia kagumi dari anak remaja itu adalah kesungguhan dalam mendapat restu.

Jarang anak seusianya yang berani langsung ngomong ke orang tua pacarnya, yang pada saat itu usia Atha masih lima belas tahun. Jujur saja Nuga kaget saat ada anak remaja yang mendatanginya saat ia sedang makan siang bersama dengan rekan kerjanya.

Nuga makan di salah satu restoran yang tak jauh dari kantornya, ia sengaja makan di luar untuk bertemu beberapa rekannya yang kebetulan tempat kerjanya tak jauh dari kantornya.

"Anak Lo udah gedhe ya ga?" Tanya Bram, salah satu teman semasa perkuliahan yang sampai sekarang masih menjalin hubungan baik dengannya.

"Iya, dia cantik banget kayak bundanya waktu remaja" jawab Nuga sambil tersenyum membayangkan wajah anaknya.

"Iya percaya, produk lo sama Mala nggak akan gagal" sahut Setyo, ia adalah teman sejak masa SMA yang sampai sekarang selalu mengajaknya untuk ngumpul walau hanya sekedar ngobrol bertukar pikiran sebagai sesama kepala keluarga.

Backstreet with My KetosWhere stories live. Discover now