Chapter 1 : Last target

9.5K 630 27
                                    

Paris, Prancis.

Dengan kecepatan dibatas maksimum Jisoo membelah jalanan kota cinta, Paris

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dengan kecepatan dibatas maksimum Jisoo membelah jalanan kota cinta, Paris. Motor triumph yang dikendarainya meleok dengan sempurna menembus dinginnya malam, hingga sampailah dia di sebuah gedung tua yang terbengkalai.

Gedung tua itu markasnya bersama ketiga sahabatnya. Meskipun sudah tua dan tampak usang, mereka berempat justru merasa nyaman dengan tempat itu.

Jauh dari keramaian hiruk pikuk perkotaan, karena letaknya yang di pinggir kota.

Setelah memarkirkan motornya, Jisoo berjalan cepat menaiki tangga demi tangga. Tibalah ia di lantai tertinggi, sorakan riuh menyambut kedatangannya yang terlambat.

"Ah, sampai juga penembak jitu kita."

Jisoo tersenyum miring, sambil melepaskan sarung tangannya ia berjalan mendekati ketiga sahabatnya yang tengah duduk santai.

"Bahkan aku sudah menghabiskan satu botol wine karena lelah menunggu mu Jisoo." sahut salah satu temannya.

"Oh, begitukah? Aku masih memiliki 2 botol lagi di jok motor, haruskah ku ambilkan untukmu Lisa? Karena jika ku lihat kau belum mabuk."

"Sialan. Aku hanya bercanda, jangankan satu botol. Satu kali teguk saja sepertinya aku akan mati jika meminum itu."

"Dasar bodoh! Minuman itu bukan racun, kecuali kau membeli wine kw yang diobral murah."

Suara tawa penuh cibiran pun mulai menggaungi ruangan usang yang kotor itu.

"Jennie." panggil Jisoo memandang lekat wanita yang duduk diseberangnya dengan tatapan penuh intimidasi. "Aku akan berhenti bekerja dengan si tua bangka itu."

Semuanya terdiam. Hanya keheningan dan bunyi jangkrik yang terdengar sekarang. Seolah menunggu Jisoo untuk melanjutkan pembicaraannya.

"Minggu depan aku akan disibukan dengan jadwal praktik di rumah sakit. Well, ku pikir memang sudah saatnya aku berhenti menjadi pembunuh bayaran."

"Ya Tuhan! Apa kau baru saja kecelakaan? Apa ini roh Jisoo? Katakan dimana Jisoo kecelakaan tadi? Girls, kupikir ini bukan Jisoo. Dia pasti telah tertabrak entah dimana saat menuju ke sini."

Spontan, Jisoo pun menendang asal tulang kering Lisa. Membuat gadis itu meringis kesakitan.

"Berhentilah bercanda. Aku serius, dan ini sudah menjadi keputusan akhir ku."

Jisoo bangkit dari kursinya, dengan kedua tangan yang dimasukan ke dalam saku celana jeansnya. Ia memandang gelapnya malam dan indahnya kota Paris dari ketinggian.

Jennie menghela nafasnya berat, ia kemudian berjalan mendekati Jisoo.

"Aku tau. Aku menghormati keputusanmu, tapi tua bangka yang kau maksud itu ayahku. Keparat!"

Jennie menendang kuat betis belakang Jisoo. Sampai keseimbangan gadis itu goyang dan terjatuh di lantai.

Ia menyengir tidak tau malu. "Maaf, tapi tidak ada yang lebih buruk dari anak durhaka sepertimu Jennie." ucapnya.

CRIME IN PARISWhere stories live. Discover now