Chapter 14 : Surprise

2.5K 337 27
                                    

"Bagaimana perkembangan pasien atas nama Andreas hari ini?" tanya Jisoo kepada salah seorang dokter jaga ruangan intensif, seraya mengadahkan tangannya ke bawah pancuran spray handsanitizer.

"Masih belum ada perkembangan yang signifikan dok, bahkan pasien masih belum mau membuka suara kepada kami."

Jisoo terkekeh kecil, seketika pikiran konyolnya datang. Apa Seokjin salah operasi bagian kepala pasien tersebut? Cih, sedikit aneh memang. Bahkan tidak masuk akal. Secara—Seokjin adalah dokter bedah terbaik di rumah sakit ini, jadi kesalahan fatal seperti pikiran Jisoo itu pasti mustahil terjadi.

"Apa mendadak dia bisu?" sarkas Jisoo. Ia mulai berjalan, diikuti salah seorang perawat dan dokter tadi yang lebih muda darinya, bernama Mina.

"Menurut hasil observasi kami, pasien hanya membuka suara hanya kepada wali yang membawa pasien ke rumah sakit."

Jisoo menghentikan langkahnya, ia kemudian berbalik menatap sang perawat.

"Andreas terakhir, kita kunjungi pasien yang lain terlebih dahulu." sang perawat hanya mengangguk mengikuti perintah Jisoo, begitu juga dengan Mina.

Mereka melangkah setelah memutar arah tujuan mereka berjalan. Jisoo tersenyum ramah selama menjalankan tugasnya, memasuki kamar pasien rawat inap satu persatu sesuai yang ia tuju.

Sampai saat ia hampir memasuki kamar pasien terakhir sebelum Andreas, ponsel dalam saku jasnya berdering. Jisoo sedikit menjauh demi mengangkat panggilan tersebut.

"Bonjour! Nona Jisoo, bagaimana kejutan semalam? Sungguh menakjubkan bukan? Setelah temanmu yang tertembak, kau dan target mu juga ikut terluka. Jangan lupakan misimu, kau masih memiliki beberapa hari sebelum batas waktu yang ku berikan."

Jisoo mengumpat dalam diam, dirinya harus meredam emosi karena Mina yang memperhatikan gerak-geriknya dari jauh.

"Aku membatalkan misi itu, lupakan semuanya aku tidak akan meminta sepeser uang pun darimu." desis Jisoo tajam.

"Terlambat, sekar—"

"Sekarang apa? Kau mau membunuhku? Jangan terus mendesak ku, aku sibuk tidak punya banyak waktu untuk berbincang omong kosong denganmu, keparat!"

Jisoo memutus panggilan secara sepihak, setelah memasukan kembali ponselnya ke dalam saku. Ia berjalan mendekati Mina.

"Apa ada masalah, dok?"

"Bukan urusanmu."

Mina menunduk seraya membungkukan sedikit tubuhnya. "Maaf, dok."

Mereka kembali melanjutkan tujuannya, memeriksa pasien terakhir sebelum Andreas.

Setelah beberapa menit berada di dalam ruangan pasien tersebut. Jisoo langsung keluar dengan penuh semangat. Ah—dia sungguh tidak sabar untuk melihat kondisi terkini pasien yang bernama Andreas itu secara langsung.

"Untuk pasien yang tadi, atas nama Bernad. Siapkan berkas untuk kepulangannya besok." ucap Jisoo kepada sang perawat.

"Nanti aku akan berikan resep obatnya padamu." tangan Jisoo melayang menunjuk Mina, dengan cepat gadis muda itu mengangguk merespon ucapan Jisoo.

Hingga tibalah mereka di ruangan Andreas, tapi Jisoo justru tidak lekas masuk. Dia mematung seraya menatap kaca pembatas ruangan Andreas untuk melihat terlebih dahulu wajah sendu pemuda tersebut.

Segurat ekspresi sedih terpancarkan pada wajah tampan Andreas, tatapannya kosong mengarah kepada Jisoo. Dan Jisoo tau itu, seolah beban berat baru saja jatuh menimpa pria bernama Andreas.

"Dokter, kita masuk sekarang?" panggil Mina menyadarkan.

Jisoo mengangguk lirih, bersama Mina dan sang perawat yang mengikutinya di belakang, ia melangkahkan kakinya memasuki ruangan Andreas.

CRIME IN PARISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang