Chapter 25 : Not afraid

2.3K 275 83
                                    

"Kau mengikutiku lagi?!" Pekik Jisoo kala Taehyung mengekorinya di belakang bersama Jungkook yang turut menemani sang tuannya sendiri.

"Harus! Selama bajingan itu belum terbunuh, keselamatan kita berdua masih penuh ancaman. Saat kita bersama mereka tidak akan mungkin bisa menyakiti kita."

Menghentikan langkahnya sejenak, Jisoo menarik Taehyung untuk sedikit menepi. Tak lama wanita itu memberikan kecupan singkat pada bibir Taehyung, membuat sang empu terkesiap bahagia.

Mulut Taehyung bahkan menganga lebar, sembari memberikan tatapan penuh binar ketidakpercayaan.

"Tidak perlu mengikuti terus, aku baik-baik saja. Setelah ini aku akan merencanakan pembunuhan itu, dan sekarang akan lebih baik kau kembali beraktivitas seperti biasanya."

"Jisoo, inilah aktivitasku akhir-akhir ini. Mengikutimu untuk memastikan kau tetap aman." Jawab Taehyung dengan serius.

"Sialan Taehyung, pergilah bekerja atau lakukanlah hal lain yang kau suka. Aku mohon berilah aku waktu sendiri untuk merencakan strategi pembunuhan itu."

Menghela nafas berat, Taehyung menangkup kedua pipi Jisoo. Mengelusnya dengan lembut sebelum pada akhirnya menyerah menyetujui keinginan sang wanita.

Sesaat setelah Taehyung telah pergi, dengan cepat Jisoo berjalan menghampiri Nayeon. Ck, wanita itu benar-benar aneh!

Bagaimana tidak aneh, setelah mendapat surat cinta skorsing selama 3 bulan, dia justru terlihat sangat santai dengan duduk di kafetaria rumah sakit sambil menyeruput kopi—menunggu Jisoo datang.

"Sialan Nayeon, baru saja aku ingin meminta maaf padamu karena sudah melibatkanmu dalam operasi tersebut hingga menyebabkan kau di skors. Tapi sepertinya kau tidak keberatan dengan skorsing tiga bulan itu."

"Tentu saja keberatan bodoh, hanya saja setelah kupikir-pikir kembali sepertinya skorsing itu tidak terlalu buruk." Menyengir kecil, Nayeon kembali menyeruput ice americano. "Aku akan memanfaatkan skorsing ini untuk pulang sebentar ke Korea."

Menyandarkan punggung pada sandaran kursi, Jisoo menghela nafas gusar. "Korea, sudah lama sekali aku tidak menginjakkan kaki ku di sana."

"Pergilah bersamaku besok, kebetulan aku belum memesan tiket pesawat. Aku baru akan memesannya setelah ini."

Tersenyum kecut, Jisoo menjawab. "Tidak, masih ada pekerjaan lain yang harus ku selesaikan di sini. Mungkin lain kali aku akan pulang ke sana. Atau juga tidak akan kembali lagi ke sana." Terusnya dalam hati.

Mengangguk kecil, tak lama Nayeon memberikan sebuah amplop putih panjang kepada Jisoo. "Ini surat cinta milikmu, aku pergi sekarang. Sampai bertemu tiga bulan lagi."

Nayeon pergi setelah menepuk pelan pundak Jisoo, berjalan cepat keluar kafetaria. Meninggalkan Jisoo seorang diri di meja kafe.

Rasanya sekarang begitu kosong dan hampa. Ia tidak akan bekerja selama tiga bulan? Benarkah itu? Kendati menyesal, Jisoo sama sekali tidak merasa keputusannya mengoperasi Andreas kemarin adalah sebuah kesalahan.

Dia justru merasa bangga dengan dirinya sendiri, karena telah berhasil menyelamatkan nyawa pasiennya yang hampir di ujung tanduk.

Berbicara tentang Andreas, ah mendadak Jisoo menjadi ingin melihat kondisi terkininya sekarang. Berjalan santai menuju lift untuk ke ruang intensif, tanpa sengaja ia bertemu Averyl yang sedang berada di atas kursi roda bersama seorang perawat.

CRIME IN PARISWhere stories live. Discover now