Chapter 41 : Saved

1.5K 220 88
                                    

Kim Dongwook keparat! Jisoo benar-benar tidak menyesal telah melenyapkan bajingan tidak berakal sepertinya, meskipun dia ayah kandungnya sekalipun.

"Kemarilah Rowoon, jangan biarkan wanita cantik ini menganggur." Ucap Suho.

Laki-laki itu perlahan mulai menanggalkan kemejanya. Mencengkeram kuat rahang Jisoo, untuk menatap tajam nan bengis sorot mata Jisoo yang mengkilap sempurna.

"Kau tau, karena kekasih berandalmu itu tulang rahangku kini bergeser. Aku kesulitan menelan makanan, bahkan untuk berbicara rasanya sangat sakit."

Jisoo terkekeh, berusaha menyentak kepalanya agar terlepas dari cengkeraman Suho.

"BAJINGAN GILA, BRENGSEK, KEPARAT, SIALAN, SINTING, TIDAK WAR—"

Jisoo terdiam. Mulutnya kini tidak bisa bergerak untuk mengumpat karena mendadak Suho menciumnya ganas. Menggigit keras bibirnya, hingga mengeluarkan setetes darah yang dapat Jisoo rasakan melalui saliva Suho.

Meronta menarik tubuhnya ke belakang. Namun kala Jisoo hampir menabrak dinding, Rowoon menahan tubuhnya dari belakang.

"Sir, apa sungguh aku boleh mencobanya?" Tanya Rowoon.

Suho menjawab dengan kepalanya yang terangguk singkat. Kini bibirnya masih setia melumat dalam nan kasar bibir Jisoo.

Wanita itu masih berusaha meronta. Selang beberapa detik, Jisoo dibuat terkesiap sempurna membuka kedua netranya lebar-lebar kala Rowoon mulai meremas kedua payudaranya dengan sangat kencang.

Sialan. Dia sedang dilecehkan sekarang?!

Jantung Jisoo kini berpacu dengan sangat cepat. Dia sungguh takut setengah mati.

Hatinya terus memanggil nama Taehyung. Memejamkan matanya sejenak, Suho mulai melepaskan pagutan tersebut setelah memastikan bibir Jisoo bengkak dan penuh darah.

Masih mencengkeram rahang Jisoo dengan kuat, salah satu tangannya bergerak menyelinap masuk ke dalam celana jeans sang wanita.

Terkejut, Jisoo berucap parau. "T-tunggu."

"K-kalian sungguh ingin melalukan i-itu denganku?"

Ucapan Jisoo yang bergetar membuat Suho meledakan tawanya. Kembali meraup kasar bibir wanita itu hingga meringis kesakitan, tangan Suho bergerak cepat membuka celana jeans Jisoo.

Oh God—Jisoo benar-benar sudah tidak tahan, kakinya kini menapaki lantai bak seperti jelly. Ia lemas setengah mati.

Kendati menyerah, Jisoo memiliki taktik cerdik untuk mengelabui. Kala pagutan terputus, suaranya yang bergetar ia paksa untuk berbicara tetap tegas.

"A-aku akan m-memuaskan kalian. T-tapi dengan s-satu syarat." Kata Jisoo.

Menaikan sebelah alisnya, Suho menatap Jisoo penuh sorot mata intimidasi. Salah satu tangan Suho mengelus lembut pipi Jisoo yang mulus.

"Katakan." Desis Rowoon sembari mengecup basah pundak Jisoo.

Laki-laki itu benar-benar menghabisi leher Jisoo. Meninggalkan jejak corak kepemilikannya yang banyak di sepanjang bahu dan juga leher.

"B-buka borgolku. A-aku tidak bisa bergerak memuaskan kalian jika kalian membatasi pergerakan ku."

"Apa ucapanmu bisa ku percaya?"

"Aku ke sini sesuai keinginanmu, datang tanpa polisi. Cih, seharusnya dari situ kau bisa menilai seseorang dengan sangat mudah apa dia bisa dipercaya atau tidak."

Suho terdiam. Mengalihkan pandangannya sejenak, sebelum kepalanya bergerak sedikit memberi isyarat pada Rowoon untuk membukakan kedua borgol yang mengikat Jisoo pada tiang-tiang meja.

CRIME IN PARISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang