Chapter 2 : Savior

3.9K 556 33
                                    

Jisoo mengernyitkan dahinya tidak percaya kala ia melihat wajah pria yang baru saja mau dioperasinya. Ia bahkan termangu cukup lama untuk mengamati benar-benar bahwa pria itu adalah target yang dia tembak tadi.

"Sebaiknya dokter residen tidak harus banyak melamun. Karena kau akan tertinggal banyak ilmu di sini, jika hanya memandang pasien."

Sindiran itu membuat Jisoo menelan ludahnya susah payah. Ia kemudian kembali fokus untuk membantu berjalannya operasi tersebut.

Baru beberapa saat ia ingin melenyapkan pria ini, tapi takdir seolah berkata lain. Ia kembali di pertemukan dengan maksud yang berbeda.

Jika tadi malam ia ingin melenyapkan dengan senapan di tangannya, berbeda situasi dengan sekarang. Jisoo justru berjalan dengan tegap tanpa berdosa menuju ranjang pesakitan pria tersebut.

"Selamat pagi Tuan Taehyung, bagaimana hari ini? Apa ada keluhan?", tanya Jisoo dengan ramah.

Ia bahkan tersenyum lebar seolah semalam tidak terjadi apa-apa. Layaknya orang tidak saling kenal. Oh memang seharusnya seperti itu. Saat ia mendapatkan misi pembunuhan, baik klien maupun target tidak seharusnya ia ketahui.

Baik wajah, maupun identitasnya. Tapi terkadang, ia mau tidak mau mengetahui wajah si target. Jika ingin membidik dengan sempurna pada bagian kepalanya.

Tapi semalam. Ah-sialan sepertinya dewi fortuna sedang tidak berpihak padanya. Karena ia salah sasaran dan justru meleset pada bahu pria tersebut.

"Apa kau dapat mendengarku? Jika kau dapat mendengarnya, tolong beri kami kode, seperti... hmm, kedipkan dua kali matamu."

Taehyung memejamkan matanya perlahan. Wajahnya datar dan dingin, membuat Jisoo mendengus kesal. Pria itu sejak awal tidak menjawab apapun yang Jisoo ucapkan.

"Aku baik-baik saja. Kau terlihat bodoh memandang ku seperti itu. Aku tidak selemah yang kau kira." ucap Taehyung kemudian bangkit dari tidurnya. Mengambil posisi duduk sempurna.

Sialan! Siapa pria ini sebenarnya? Jika tau seperti ini. Jisoo tidak akan membantu operasinya semalam. Dan lebih baik mengulur waktu agar dia tidak selamat.

"Selamat beristirahat kembali." Jisoo membalikan tubuhnya dan melangkah untuk keluar ruangan. Sebelum ucapan Taehyung yang mematikan nan menggelegar menghentikan langkahnya.

"Seperti itukah seorang dokter bersikap? Tidak ada kata maaf setelah mengusik ketenanganku?"

Jisoo berbalik dengan senyum yang dipaksanya.

"Aku tidak salah, karena aku ke sini bukan untuk mengusik ketenanganmu. Melainkan untuk memeriksa kondisi terkinimu. Jadi ku pikir tidak perlu ada kata maaf bukan?"

Jisoo kembali melangkah pergi dari ruangan Taehyung. Meninggalkan Taehyung yang tersenyum miring melihat kepergiannya.

"Kau salah memilih target sayang." desis Taehyung.

Sesampainya di ruangannya, Jisoo menekan pelipisnya yang nyeri. Astaga-pria itu keterlaluan. Masih untung dia Jisoo selamatkan, benar-benar tidak tau terima kasih.

Tak lama dering ponselnya berbunyi, menampilkan nama Jennie yang tertera pada layar. Dengan cepat Jisoo pun mengangkatnya.

"Dimana kau sekarang? Kau baik-baik saja?" suara Jennie terdengar panik, membuat Jisoo menyunggingkan senyumannya.

"Aku baik-baik saja. Sekarang aku ada di rumah sakit, setelah aku menembaknya dan berusaha melarikan diri. Rumah sakit tempatku bekerja justru menelponku, ia memintaku untuk membantu jalannya operasi darurat."

"Syukurlah kalau kau tidak apa-apa, aku khawatir dengan kondisimu karena ponselmu sulit sekali dihubungi sejak semalam"

"Sialan, semalaman aku ada operasi dan baru selesai dini hari Jen. Dan lebih sialnya lagi, apa kau tahu siapa yang ku operasi?" Jennie diam menunggu jawaban dari Jisoo.

CRIME IN PARISWhere stories live. Discover now