Chapter 20 : He's the client

2.1K 301 44
                                    

Jisoo duduk di kursi taman samping rumah sakit, dengan kedua tangan bersedekap dan kaki yang menyilang sempurna.

Sialan, berulang kali ia menghubungi nomor orang yang kemarin mengancamnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sialan, berulang kali ia menghubungi nomor orang yang kemarin mengancamnya. Tapi lagi-lagi operator tidak aktif, tidak dapat ditemukan dan bla bla bla bla bla.

Jadi dia pakai nomor sekali pakai? Cih, licik sekali klien itu. Mengganti posisi duduknya dengan berdiri, Jisoo berjalan bolak-balik tidak beraturan.

Sampai pada akhirnya dia kembali berpikir seribu kali lipat untuk mengambil keputusan menghubungi sang ayah.

Haruskah sekarang ia kembali menghubungi keparat sialan itu? Setelah hampir sepuluh tahun lamanya Jisoo lost contact dengan pria tersebut.

Memejamkan matanya perlahan, Jisoo memijit pelan pelipisnya yang sedikit berkedut.

Tapi apa benar klien itu ayahnya sendiri? Tapi untuk apa sang ayah melakukan itu? Apa karena persaingan bisnis? Tapi tidak mungkin—dari segi latar belakang saja bisnis mereka jauh berbeda. Selain itu, bisnis sang ayah adalah bisnis gelap yang tak diketahui banyak orang—bahkan hanya segelintir orang saja yang mengetahui dan memahami pekerjaan ayahnya itu.

Memang pada dasarnya niat dari otak licik seorang mafia memang sulit kita ketahui. Terlebih lagi sang ayah Kim Dongwook yang nyaris seperti psikopat gila.

Sial, kepala Jisoo benar-benar sakit sekarang.

Wanita itu memandang nanar layar ponselnya yang menampilkan nomor sang ayah. Dia begitu ragu, tapi Jisoo juga ingin segera bertemu bajingan gila itu.

Tak lama ponsel Jisoo berdering, nomor asing tidak diketahui kembali memanggilnya. Dan lagi-lagi dengan nomor yang berbeda. Sambil berdecak kesal, Jisoo mengangkat.

"Tidak perlu basa-basi. Aku sudah menunggumu sejak tadi, sialan."

Tidak ada balasan, Jisoo lantas melihat sekilas layar ponselnya sebelum kembali ia letakan di telinga.

"Halo?"

"Kim Jisoo kau sedang dimana? Kau menunggu siapa?" suara bariton yang sangat Jisoo kenal membuat wanita itu menghembuskan nafas berat.

"Bukan urusanmu."

"Jisoo kau ada dimana sekarang?"

"Masih berada di kota yang sama denganmu." jawab Jisoo asal, seraya kembali mengambil posisi duduk.

Satu tangannya ia gunakan untuk menopang kepalanya yang tertunduk, memejamkan sejenak matanya. Menikmati segala macam pertanyaan yang Taehyung keluarkan untuknya.

"Taehyung berhentilah mencemaskanku, aku baik-baik sa—"

Suara tembakan berhasil memekakan telinga Jisoo, kepalanya langsung mendongak dengan pandangannya yang turut awas menatap sekeliling. Bersamaan dengan itu suara rintihan jeritan ketakutan mulai menggema dalam halaman rumah sakit.

CRIME IN PARISWhere stories live. Discover now