Chapter 43 : Sanction

1.7K 233 160
                                    

"Cepat lakukan jika itu bisa merendam emosimu."

Taehyung menggertakan giginya kecil, kemudian mengambil dasi panjang yang Jisoo letakan di atas nakas dengan sarkas.

"Bangun dan berdiri di sana." Titah Taehyung, menunjuk sebuah meja di sudut kamar Jisoo.

Bangkit dengan langkah berat, Jisoo mengikuti yang Taehyung inginkan.

"Pasien yang kau bawa, itu pasien yang sama dengan yang waktu kau suapi di rumah sakit?"

"I-iya, namanya Andre-—"

"Aku tidak butuh namanya, cukup jawab pertanyaanku sayang." Potong Taehyung.

Laki-laki itu mulai membuka kancing kemejanya satu per satu dengan gerakan lambat. Seolah sengaja agar Jisoo menunggu lama.

Sialan, tidak taukah dia betapa lelahnya Jisoo hari ini?

Taehyung berjalan santai dengan membawa sebuah dasi dan ikat pinggang. Menghampiri Jisoo, ia meminta wanita itu berbalik untuk memungginya.

Meletakan ikat pinggangnya di atas meja, dasi yang kini berada di tangannya Taehyung lilitkan di kepala Jisoo untuk menutupi mulut wanita tersebut.

Sampai hampir simpul ikatan dasinya mengencang, Jisoo menggoyangkan pelan tangan Taehyung.

Taehyung mengendurkan ikatan dasi, memajukan kepalanya tepat di sebelah telinga Jisoo.

"Ada yang ingin disampaikan?" Taehyung bertanya dengan desisan kecil.

"T-taehyung, kenapa kau menutup mulutku?"

"Agar tidak mengganggu tidur nyenyak pasienmu itu." Jawab Taehyung, diakhiri seulas senyum simpul.

"Terima konsekuensinya. Lagipula ini semua atas permintaanmu, aku tidak memaksa untuk melakukannya."

Jisoo terhenyak. Menelan salivanya susah payah setelah mendengar ucapan Taehyung yang tajam tersebut.

"T-taehyung, bisakah kali ini hukumannya dilakukan secara perlahan? S-setidaknya lakukan pemanasan terlebih dahulu."

"Tidak ada tawar menawar, sayang. Jika kau mencemaskan bayi kita, seharusnya kau juga berpikir hal yang sama saat memutuskan pilihan untuk keluar rumah tadi."

"T-taehyung, itu berbeda. Awalnya Suho menghubungiku dan menanya—"

"Aku butuh bukti, dimana ponselmu sekarang?"

Jisoo terdiam. Terakhir ponselnya ia gunakan untuk menyalakan flash di gedung motel itu. Dan sesaat kala Suho menariknya, ponselnya—

Terjatuh.

"Tidak ada?"

"A-aku tidak sengaja menjatuhkannya, Suho menarik ku tiba-tiba. Saat itu ponselku—"

"Sudah cukup bicaranya, ucapanmu sangat menjengahkan. Kenapa kau terus menyudutkan Suho? Pertama tentang klien, kau mengatakan dia klien yang menyuruhmu melenyapkanku."

Taehyung kembali mengikat kencang simpul dasi yang tadi ia longgarkan untuk menutup mulut Jisoo.

Merobek sebuah kertas pada buku di atas meja. Ia mewarnainya penuh dengan spidol hitam.

"Angkat kertas ini jika kau sudah tidak kuat lagi menahan rasa sakit."

Jisoo mengangguk lirih. Kepalanya kini terasa sangat berat kala mengingat betapa kerasnya Taehyung melakukan seks saat sedang emosi.

Itu sangat menyakitkan. Tapi setelahnya akan sangat menyenangkan karena Taehyung tidak akan emosi lagi pada dirinya.

Setidaknya Jisoo melakukan ini semua sungguh untuk merendam emosi Taehyung. Meski dirinya harus terluka. Karena seperti inilah cara Jisoo mengungkapkan rasa cintanya pada Taehyung.

CRIME IN PARISWhere stories live. Discover now