Gea's Choice 3

4.1K 274 4
                                    

Seperti dugaanku, bahwa Sena dan Aldric yang masih saling mencintai. Lihat saja tingkah kedua pasangan itu. Aldric yang terang-terangan cemburu sembari menggunakan putranya untuk mendapat perhatian Sena. Pasti tidak lama lagi dua orang itu rujuk.

Drt..drt..drt..

Melihat siapa yang menelfonku aku langsung menghela napas. Ayah. Aku berjalan keluar karena didalam sangat ramai dan menjawab panggilannya. 

"Assalammualaikum, kenapa Yah?"

"Waalaikumsalam. Kamu kapan pulang?"

"Ada apa emang?" tanyaku.

"Ayah mau jodohin kamu sama anak temen ayah. Umur kamu kan udah-"

"Yah," potongku cepat. "Jangan kayak gini dong. Gea sibuk nggak bisa pulang!" kataku yang langsung mematikan telponku.

Bukannya membuat mood-ku bagus telpon tadi membuat mood-ku semakin buruk. Aku langsung naik ke atas lantai 3 di kapal. Dasar, memangnya aku ini apaan?? Aku juga mau menikmati hidup tau. Setelah bekerja keras selama itu untuk membiayai sekolah adik-adik sekarang malah maksa buat nikah. Dasar seenaknya sendiri aja.

Aku mendesah dan mengacak rambutku frustasi. Dipikir aku nggak lelah apa selama ini? Kenapa sih orang tuanya bisa seenaknya begitu?

Aku langsung duduk di bar dan minta dibuatkan minum.

"Gea?"

Aku menoleh mendengar orang yang memanggilku.

"Brahms?" kagetku.

"Kenapa? Kelihatannya suntuk banget?"

"Gapapa." jawabku.

Dia langsung berdiri dan kini lebih memilih duduk didekatku.

"Minum juga?" tanyanya.

Aku menganguk.

"Kamu berubah ya," kata Brahms sembari tersenyum misterius.

"Seiringnya waktu setiap orang kan emang akan berubah." jawabku.

Brahms hanya tersenyum mendengarnya. Aku merasa asing. Dulu Brahms bukan seperti ini.

"Kamu juga berubah." kataku padanya.

Dia tersenyum. "Iya." jawabnya.

"Kenapa berubah?" tanyaku padanya.

"Kan harusnya kamu udah tau alasannya." jawabnya.

Aku tau itu. Dulu sebelum aku putus dengannya, mamanya Brahms menemuiku dengan membawa segepok uang. Aku yang waktu itu merasa bahwa hubungan kami tidak realitis pun memutuskan menerima uang itu. Brahms yang mengetahuinya sangat kecewa. Terlebih waktu itu aku juga ada masalah dengan Caca yang mengetahui perasaanku. Dan lagi-lagi Brahms tau bahwa aku masih sering berhubungan dengan Reza. Dia merasa kecewa dan disaat itu rahasia yang disembunyikan Ruby tunangan Brahms mulai terungkap. Brahms yang waktu itu merasa kasihan dengan Ruby memberikannya perhatian. Lalu Aku memanfaatkannya dan mengajaknya mengakhiri hubungan kita. Brahms awalnya menolak tapi aku memaksanya dan meninggalkannya tanpa perasaan.

Aku jadi merasa bersalah.

"Dulu, kenapa kamu terima amplop dari mamaku?" tanyanya pelan.

"Aku butuh uangnya." jawabku. Hal ini dikarenakan waktu itu adikku akan masuk kuliah. Aku tidak punya pilihan lain.

"Dulu, sekali aja apa aku pernah cinta sama aku Ya?" tanya Brahms pelan.

Seperti yang kubilang kalau Brahms itu bodoh dan konyol. Dia terlalu baik dan polos hingga gampang di manfaatkan.

"Pernah." jawabku jujur.

Brahms menatapku. Aku balas menatapnya. "Tapi perasaan itu udah hilang sekarang." lanjutku.

"Kenapa?"

"Karena hubungan kita nggak mungkin Brahms. Kita tuh ibarat langit sama bumi. Air dan minyak." jelasku padanya.

Brahms diam.

Tak lama minumanku datang. Aku langsung meminumnya.

"Come on, jangan bahas ini lagi."

Brahms menganguk. Ia hanya ikut meminum minumannya. Kami pun melanjutkan perbincangan kami. Aku bertanya tentang keadaannya. Apa ia baik-baik saja saat ini dan bagaimana kesibukannya sekarang. Brahms menjawabnya, aku mendengar sampai dia ganti bertanya padaku. Aku menjawab apa adanya.

"Kamu punya pacar?"

"Nggak ada." jawabku.

Aku sangat sibuk beberapa tahun terakhir ini. Jangankan pacaran sekedar jalan-jalan di mall saja aku tak sanggup. Aku harus menghemat agar bisa transfer buat orang-orang dirumah. Sejujurnya aku sangat lelah. Tapi mau bagaima lagi, hidup masih harus terus berjalan.

Kadang pun aku berfikir ingin menjadi seperti teman-temanku. Sudahi sedihmu cukup nikahi anak tunggal kaya raya. Lah ini, ngomongnya sih enak. Prateknya yang susah. Kadang pun anaknya udah cinta, orang tuanya yang nggak setuju.

****❤****

Aku membuka mataku perlahan. Sialan, kepalaku pusing sekali. Aku memijitnya perlahan. Sebelum bangun.

"Udah bangun?"

Aku kaget mendengar suara itu.

Ada Brahms yang hanya memakai handuk.

"Morning." sapanya yang kemudian mencium keningku.

Alih-alih membalasnya, aku memeriksa bajuku. Dress yang aku gunakan masih menempel sempurna.

Dia tertawa kecil. Aku menatapnya cemberut.

"Aman." katanya. "Kamu ketiduran di Bar, aku nggak tega bangunin yaudah aku bawa kamu kesini." lanjutnya.

"Iya makasih." jawabku.

"Makasih doang?"

"Terus kamu minta apa?"

"Dinner?" tawarnya.

"Kenapa nggak breakfast?" tanyaku yang kemudian bangun.

"Aku sibuk. Ada rapat hari ini."

"Oh gitu, semangat ya." ujarku dengan mencium pipinya.

Brahms menatapku terkejut. Tapi dia tersenyum dan menganguk. Aku langsung bangun dan berjalan pergi keluar kamarnya.

Jika kalian bertanya kenapa aku menciumnya? Aku juga tidak tau. Tapi rasanya menyenangkan bermain seperti ini. Dia tidak lagi membosankan seperti dulu.

Aneh ya? Aku juga tidak tau. Aku lebih cenderung suka laki-laki yang terlihat brengsek daripada laki-laki yang baik yang nggak neko-neko. Menurutku orang seperti itu (baik) membosankan. Aku pernah mencoba dua kali berpacaran dengan orang seperti itu, hasilnya nihil. Perasaanku tidak berkembang. Yang ada aku malah bosan. Lalu bagaimana dengan Brahms? Laki-laki itu sebelumnya sangat brengsek sebelum akhirnya berubah jinak seperti itu. Sama seperti sebelumnya, perasaanku tidak berkembang. Tapi ketika dia memperjuangkanku sedemikian rupa di depan orang tunya. Perasaanku tersentuh, aku berfikir apa pernah ada orang yang mencintaiku seperti itu? Tanpa aku sadari aku membalas perasaanya.

Lalu bagaimana dengan mantan-mantanku yang lain? Aku pernah pacaran sebanyak 5 kali. 2-nya orang baik, tapi aku tidak menyukainya. Lalu ada Brahms yang tidak rasional maupun realistis. Lalu 2 orangnya lagi brengsek. Sayangnya aku pernah menyukai kedua orang tersebut. Yang pertama Lois, aku hanya dibuat bahan taruhan yang kedua Marchel, aku diselingkuhi berkali-kali. Bagaimana reaksiku ketika aku mengetahui bahwa mereka hanya main-main denganku? Tentu saja, aku menangis dan galau beberapa hari. Tapi setelah itu, ya sudah. what has passed, let it pass.

"Gea, lo abis darimana?" tanya Sena.

Oh ya, aku lupa. Aku sekamar dengan Sena di kapal.

"Ketiduran." jawabku. 

Gea's Choice (TAMAT)Where stories live. Discover now