Gea's Choice 20

3K 189 2
                                    

Gea tidak tau entah ia harus senang sekarang atau malah harus tidak menyukainya. Ia senang karena orang tua Melvin memberikannya perhatian. Tapi kalau perhatiannya sudah seperti ini, ia juga terganggu.

Ia dilarang melakukan apapun dan dibatasi jika ia ingin memakan sesuatu. Jika ia tetap melakukannya, mama mertuanya itu akan mengomelinya dengan menyangkut pautkan perihal pendarahan yang pernah menimpanya. Dan jika sudah seperti itu ia akan terbawa perasaan dan kesal sendiri.

Gea berusaha mengadu ke Melvin bahwa ia tidak suka mamanya ada disini dan meminta agar Melvin memecat seluruh Art yang dikirim mamanya. Art itu selalu mengadukan apapun yang Gea lakukan jika mamanya Mevin tidak ada. Dan Gea tidak nyaman berada di rumah nya sendiri.

"Itu artinya mama kan perhatian sama kamu." kata Melvin yang mencoba memberikan pengertian ke Gea.

"Melvin aku nggak suka diginiin!" teriak Gea marah.

"Aku nggak enak sayang harus mecat Art itu, nanti bisa ribet urusannya sama mama," jelas Melvin.

"Terus aku? Aku harus diam aja gitu, sabar ngadepin mama kamu?"

"Kok kamu ngomongnya gitu sih?"

"Mama kamu ngomelin aku terus,"

"Gea, mama perhatian sama kamu,"

"Kalau dia perhatian dia nggak akan bawa-bawa pendarahan yang pernah aku alamin perkara aku kerja!" nafas Gea naik turun menahan emosi.

Pada akhirnya ia harus menangis karena Melvin tidak mau menuruti kemauannya.

"Aku mau pulang,"

"Ya?"

"Aku mau pulang ke rumahku! Aku nggak mau tinggal disini kalau kamu nggak dengerin aku!"

"Gea, jangan gini dong... Ini kan bisa di bicarain baik-baik." mohon Melvin.

Gea tidak mendengarnya. Ia langsung pergi begitu saja ke kamarnya dan membereskan baju-bajunya. Melvin mencegah dengan mengeluarkan baju Gea lagi.

"Sayang, please... Aku mohon jangan gini," mohon Melvin. "Nanti aku bicara sama mama."

"Beneran?"

"Iya. Mangkanya jangan pergi ya. Disini aja sama aku,"

Gea menganguk.

"Kamu mau jalan-jalan nggak?" tawar Melvin.

"Mau." jawab Gea cepat.

Melvin langsung memeluknya dan mencium keningnya sayang.

Esoknya Melvin mencoba membicarakannya baik-baik bahwa ia ingin mengembalikan art yang dibawa oleh mamanya. Ia sedikit terganggu oleh para ART itu.

"Kamu atau Gea yang minta mereka di pecat?" tanya mamanya tajam.

"Aku Ma."

"Istri kamu itu emang nggak bisa bersyukur Vin dapetin mertua kayak mama! Kalau tau dia anaknya kayak gini dulu, mama nggak akan restuin kalian nikah!"

"Ma..,"

"Apa? Emang bener kan? Dia tuh nggak suka sama mama. Dan kamu malah belain dia bukan mama."

"Gea suka sama Mama."

"Enggak. Kamu pikir mama bodoh ya? Udah sana kamu pulang aja. Mama nggak denger ini lagi,"

Keputusan Melvin yang membicarakan hal ini dengan mamanya membuat mamanya melabrak Gea esok harinya. Ia berkata bahwa Gea adalah menantu kurang ajar yang berani mengadukan hal yang tidak-tidak ke Melvin padahal ia sangat memberikan perhatian ke Gea. Gea hanya bisa diam saja. Ia tidak berniat membantah ucapan Seira atau malah ia akan semakin ribut dengan Seira.

Malamnya ketika Melvin pulang, Gea melampiaskan rasa kesalnya ke Melvin dengan mendiaminya. Melvin berusaha mengajak Gea bicara namun Gea mengabaikannya.

"Kenapa lagi sih Gea?"

Gea hanya diam. Ia muak harus berbicara dengan Melvin. Tiba-tiba saja ia menyesal telah menikah dengan Melvin sekarang.

Diamnya Gea membuat Melvin bingung dan tak paham. Namun ia mencoba mengerti karena istrinya itu sedang hamil. Namun ketika diamnya berlangsung selama beberapa hari, Melvin dibuat jengkel sendiri.

"Sayang, coba bilang sama aku, kamu kenapa?" tanya Melvin mencoba sabar.

"Aku mau pulang ke rumah orangtua aku!"

Lagi, Gea mengatakan hal itu lagi.

"Kan rumah kamu jauh. Kata Dokter kan kamu nggak boleh capek. Pikirin anak kita ya," bujuk Melvin dengan mengusap perut Gea.

Gea yang mendengar hal tersebut kesal. Seluruh orang lebih mendahulukan calon anaknya daripada ia sendiri. Padahal ia stress dan tak nyaman tinggal dirumah ini lagi.

"Aku mau pulang Melvin!"

"Iya. Oke. Kamu bisa kok pulang. Tapi jangan sekarang, aku sibuk dan nggak bisa nganterin kamu!"

"Aku bisa pulang sendiri!"

"Akunya yang khawatir sama kamu nanti,"

"Aku gapapa Melvin. Aku bukan anak kecil. Dan aku juga ngerasa sehat banget! Aku mau pulang ke rumah ibu aku!"

"Iya, tapi nunggu aku nggak sibuk nanti aku anterin."

"Kamu lama! Aku nggak mau!"

"Nggak lama sayang,"

"Aku suruh adek aku kesini aja jemput aku pulang. Udah kan? Nggak ada masalah lagi?"

Melvin menghela nafas. Lebih baik ia menerima kemauan Gea. Melvin pun menganguk.

"Tapi janji ya, kamu selalu angkat telfon aku dalam pesan pesan aku?"

"Iya." jawab Gea senang.

"Kamu jangan capek-capek disana nanti,"

"Berangkat aja belum,"

Melvin memeluk Gea erat. "Aku pasti kangen banget sama kamu,"

"Aku juga."

"Masa? Padahal kamu kelihatan seneng banget pergi dari aku?" tanya Melvin tak percaya.

"Kan mau ketemu ibu,"

Melvin mengusap rambut Gea sayang. Ia lalu menelpon Fakhri adik Gea memintanya datang kesini untuk menjemput kakaknya. Gea ingin pulang karena ia tak bisa mengantarnya sekarang.

Sebenarnya Melvin ingin tak mengizinkan Gea untuk pulang ke rumah orangtuanya namun, Gea yang terkadang menyentuh perutnya kesakitan karena banyak pikiran membuatnya mau tak mau harus membiarkannya.

Tak butuh waktu lama, esoknya Fakhri datang. Kedatangan Fakhri membuat Gea senang. Sayangnya, Melvin tak senang karena Gea yang akan segera pergi meninggalkannya.

Dan ketika Melvin mengantarkan Gea ke Bandara laki-laki itu memeluk Gea erat sebelum membiarkannya pergi. Ia pasti akan sangat merindukan istrinya itu.

Gea's Choice (TAMAT)Where stories live. Discover now