31

3.4K 335 6
                                    


Keesokkan harinya, jaemin menggeliat tak nyaman, perlahan matanya terbuka dan langsung tertuju ke arah samping.

"ren?" jaemin berucap lirih, pandangannya tak melihat renjun di sampingnnya

Jaemin langsung bangun dan melihat seluruh pojok kamar untuk mencari keberadaan renjun.

"renjun!" panggil jaemin namun hasilnya sunyi, tak ada jawaban dari empu yang di panggil

Jaemin gusar, ia merasa takut renjun pergi. Ia segera beranjak dari ranjang tanpa perduli dengan tubuhnya yang masih lemas. 

Saat jaemin membuka pintu, ia merasa lega. Renjun berada di depannya dengan semangkuk bubur juga gelas yang ada di tangan renjun. 

"hyung?" ucap renjun

"darimana saja?" tanya jaemin

"aku baru membeli bubur untuk mu"

Renjun berucap sambil berjalan masuk,  jaemin hanya mengikuti renjun.

"hyung duduk saja di ranjang, aku akan menyuapi hyung" perintah renjun pada jaemin

Jaemin menurut dan langsung menuju ranjang. Tapi, jaemin menarik renjun pelan untuk duduk di pangkuannya, renjun menolak namun jaemin seperti biasa, memaksanya untuk tetap duduk di pangkuannya. 

"hyung, kaki mu akan sakit" peringat renjun

Jaemin tidak menjawab, namun ia malah memeluk renjun dan mengusakkan rambutnya pada dagu renjun.

"saya mau memeluk kamu setiap waktu" ujarnya

Renjun menggeleng pelan melihat tingkah jaemin yang sangat sangat manja saat ini. 

"yasudah hyung lebih baik makan" ucap renjun sembari menyuapi jaemin.

Setelah menerima suapan, jaemin menenggelamkan wajahnya pada leher renjun dengan mulut yang berisi bubur.

Suapan demi suapan jaemin terima, sampai bubur yang renjun beli habis kali ini. 

"sudah" ucap jaemin

Renjun mengangguk dan meletakkan mangkuk di nakas.

"sebentar" ucap renjun

Jaemin hanya menatap sembari menunggu apa yang akan renjun lakukan, namun tangan renjun pada dahinya yang jaemin rasakan.

"demam hyung sudah turun, tapi hyung harus tetap banyak beristirahat" ucap renjun

Jaemin mengangguk tanda ia mengerti, lagipula saat ini ia bahkan tak perduli pada demamnya, ia hanya mau renjun.

"aku akan mandi, hyung tunggu sebentar"

"jangan, nanti saja. Saya masih mau memeluk kamu" pinta jaemin yang sangat enggan melepas pelukannya

"hanya sebentar" renjun masih mencoba untuk membujuk jaemin, namun jaemin masih tetap memeluknya erat

"tidak mau, saya mohon"

Jaemin menatap mata renjun, dapat renjun lihat dengan jelas jika jaemin memang enggan melepaskan pelukannya.

"hah... Yasudah aku akan mandi nanti" final renjun

Jaemin tersenyum menang, ia berhasil membujuk renjun. Jaemin mencium kedua pipi renjun lalu mempererat pelukannya.

"saya sangat mencintai mu, renjun" ujar jaemin

Renjun tersenyum dan mengusap rambut jaemin dengan lembut "aku tahu dan aku mencintai mu" balas renjun







—————






Siang harinya, renjun sudah mandi walau butuh perjuangan, dan jaemin juga sudah mandi dengan air hangat yang renjun siapkan. 

Dan kini mereka tengah berada di ruang tv dengan renjun yang duduk di sofa dan jangan lupakan jaemin yang tidur menggunakan paha renjun sebagai bantalan. 

"hyung mengantuk?" tanya renjun mengusap rambut jaemin

Jaemin menggeleng pelan dan kembali memeluk pinggang renjun.

"jika saya mengantuk, saya akan tidur seperti ini" ucap jaemin dengan menyembunyikan wajahnya pada perut renjun.



Ding... Dong...



"hyung, aku akan membukakan pintu" ucap renjun

"biar saya saja"

Renjun menggeleng cepat  "jangan, aku saja" ucapnya

Kali ini jaemin mengalah dan membiarkan renjun pergi dengan mudah tanpa protesan darinya. 





Renjun mulai meraih knop pintu dan membuka pintu. Pemandangan yang ia lihat malah membuat mood renjun langsung hilang.

"hai, kita bertemu lagi, renjun"

"bagaimana ibu tau alamat apart saya?" tanya renjun pada heejin yang kini ada di hadapannya

"ahh itu saya tau dari jeno, saya dengar pak jaemin sakit jadi saya berniat untuk memberikan bingkisan ini" ucap heejin dengan memperlihatkan bingkisan buah pada renjun

"sudah itu saja?" tanya renjun datar

"jika boleh saya ingin melihat pak jaemin"

"pak jaemin sedang tidur, dia tak bisa di ganggu"

"ah baiklah, jika begitu ini dari ku"

Heejin memberikan bingkisan yang ia bawa, dengan mendekat pada renjun, dirinya berucap lirih "seharusnya saya yang merawat pak jaemin" ucapnya

Renjun menatap sengit wanita yang menjadi guru di sekolahnya "jangan harap ibu bisa merawat bahkan menyentuh pak jaemin" ketus renjun

"pasti pak jaemin sangat manja ya? Dia memang seperti itu" ucap heejin yang memang sengaja ingin membuat renjun kesal

"ibu bisa pergi sekarang"

Tanpa pikir panjang renjun langsung masuk dan menutup pintu apart, ia muak melihat wajah heejin. 

Setelahnya renjun lebih dulu pergi ke dapur untuk meletakkan bingkisan dari heejin, ia tak akan membuangnya walau ada kemungkinan renjun akan membuangnya. 

Renjun kembali menghampiri jaemin yang kini tengah menonton tv dengan bersandar pada sofa. 

"siapa?" tanya jaemin

"bu heejin" datar renjun

"hmm?"

"apa benar pak jeno memberitahu alamat apart hyung pada bu heejin?" tanya renjun

"saya tidak tau, kamu bisa tanyakan pada jeno langsung"

"heejin sialan" gumam renjun lirih

"apa yang bu heejin lakukan?"

"dia memberikan bingkisan buah untuk hyung" ucap renjun ketus, dia hanya sudah kehilangan mood karena heejin

"oh, buang saja"

Renjun menatap jaemin kaget sekaligus tidak percaya dengan ucapan jaemin. 

"hyung?"

"saya tau kamu tidak suka jadi buang saja, lagipula banyak buah di dapur" ucap jaemin membalas tatapan renjun

Renjun tersenyum lalu mengecup pelan bibir jaemin "tak apa aku buang?" ucap renjun

"buang saja kalau kamu tidak suka, yang saya butuhkan cuma kamu"

Jaemin kembali menidurkan kepalanya pada paha renjun dan mendusel pada perut renjun. 

"jangan biarkan tunangan mu ini di sentuh wanita lain, sayang" ujar jaemin

"tak perlu di suruh pun aku akan melakukannya"














—————


Maaf kalo ada typo

A Good Wife Is Tsundere - ENDWhere stories live. Discover now