Dilema (2)

1.1K 77 7
                                    


Hello, good afternoon

Hope you all are healthy and in good condition

Please enjoy this story

Happy reading

😉😉😉


















🌹🌹🌹🌹🌹

















Daaniyaal hanya menatap kepergian Ai dari hadapannya. Ada perasaan yang tidak bisa ia ungkapkan untuk Ai, istrinya. Dia hanya merasa bersyukur, bahwa anak - anaknya terurus semua. Diberikan kasih sayang terutama si kecil Dion yang dari lahir sudah ditinggal oleh perempuan yang melahirkannya. Beruntung Dion disayangi oleh Ai dan kedua kakaknya.

Daaniyaal beranjak dari meja makan dan berjalan menaiki tangga menuju lantai dua, dimana kamarnya berada. Dai mengambil tas kerjanya yang berisi berkas - berkas penting. Dia berjalan menuju keluar rumah dan terlihat Ai yang sedang menggendong Dion.

"Dion biar aku urus. Kamu sarapan dulu dan bersihin kamar Dion saja. Tolong juga bersihkan perlengkapan Dion ya!“ terdengar Ai memberi tugas kepada baby sitter Dion

"iya Nyonya," jawab baby sitter itu dan berjalan melewati Daaniyaal setelah dia membungkukkan badannya

"Dion, itu papa datang," kata Ai ketika Daaniyaal berjalan mendekati mereka

"papa…. papa…." ucap Dion sambil bergerak - gerak meraih Daaniyaal untuk minta gendong

Daaniyaal pun segera mengambil Dino dari gendongan Ai. Dia langsung memeluknya dan menepuk - nepuk punggung Dion yang sedang memeluk lehernya. Ai mengambil tas yang dibawa Daaniyaal agar tidak kesulitan ketika menggendong Dion.

"anak papa yang ganteng. Sudah mandi ternyata, baunya wangi sekali," kata Daaniyaal menciumi pipi Dion dan Dion tertawa kencang karena kegelian

"Ion dah ndi, nda ndiin Ion. Ake ir nget. Ion dah angi," lapor Dion dengan kosa kata yang dia miliki (Dion sudah mandi, bunda mandiin Dion. Pake air hangat. Dion sudah wangi)

"anak ayah hebat," katanya lagi sambil menciumi wajah Dion dan Ai tersenyum melihat interaksi anak dan ayah di depannya.

"ya ong, Ion. Papa eja?" balas Dion (iya dong, Dion. Papa kerja?)

"iya, papa kerja dulu ya. Dion main sama bunda ya. Jangan nakal, okay! Nanti kalo papa sudah pulang, kita main ya," kata Daaniyaal menciumi Dion

"iap papa. Ion unggu papa lang," jawab Dion dan Daaniyaal menyerahkan Dion ke Ai (siap papa. Dion tunggu papa pulang)

"aku berangkat dulu ya," pamit Daaniyaal kemudian mencium kening Ai dengan lembut dan penuh perasaan sayang

"iya, mas. Hati - hati dijalan mas," jawab Ai sambil mencium tangan Daaniyaal

"cium tangan papa dulu, ganteng," kata Ai menjulurkan tangan Dion untuk salim kepada Daaniyaal

"papa kerja dulu, assalamualaikum…" pamit Daaniyaal

"alaikum alam…." terdengar suara Dion menjawab salam (wa'alaikumsalam)

"wa'alaikumsalam….." jawab Ai sambil membawa tangan Dion untuk melambaikan tangannya

Setelah Daaniyaal pergi. Ai duduk di kursi teras dengan Dion yang masih berada di gendongannya. Menikmati sinar matahari dan udara segar karena masih pagi.

"papa sangat sayang dengan kalian ya. Kak Nino, kak Nina dan juga Dion kecil ini," kata Ai sambil mengesekkan hidungnya ke hidung Dion

"papa pasti juga sayang banget sama mama kamu, Dion. Papa cuman butuh bunda untuk gantiin mama kalian," Ai membelai kepala Dion dengan lembut dan sayang

"papa mu ngga mau kasih kamu adik, Dion. Itu tandanya papa ngga mau punya anak dari bunda," curhat Ai sambil menepuk - nepuk pantat Dion

Ai terdiam. Pandangannya kosong menatap ke depan. Dia mengingat perkataan Daaniyaal dulu dengan jelas tentang penolakan Daaniyaal.




Flashdisk on

"mas, kapan aku mempunyai anak selucu Dion?" tanya Ai kepada Daaniyaal, suaminya

"kamu sudah punya anak 3, jadi tidak perlu memiliki anak lagi," jawab suaminya, Daaniyaal
 
"tapi aku ingin hamil dan memiliki anak sendiri yag lahir dari rahimku," jawab Ai

"kamu tidak perlu hamil, karena tugasmu adalah menjadi ibu untuk ketiga anakku," jawab Daaniyaal

"maksudnya?" tanya Ai tidak mengerti

"aku menikahimu karena aku ingin kamu menjadi ibu bagi mereka bertiga. Jadi tugasmu hanyalah menjadi ibu bagi mereka, bukan melahirkan anak," jawan Daaniyaal

Flashback off




"sepertinya, papa masih mencintai mama mu, Dion. Mama mu juga masih mencintai papa. Kalo papa kembali dengan mama, Dion senangkah? Kalo bunda ngga gendong Dion lagi, Dion sedihkah?“ tanya Ai kepada bayi kecil yang digendongannya dan bayi kecil itu hanya mengeluarkan suara tertawa khas bayi

'sedih rasanya meninggalkanmu, Dion kecil. Sedih harus melepas papamu yang ternyata bunda mu ini sudah mencintainya. Sedih rasanya meninggalkan kak Nino dan kak Nina,' batin Ai

'tapi bunda bisa apa? Kedua kakakmu juga tersenyum senang dan bahagia melihat mama mu kembali. Papamu terlihat bahagia waktu liat kedatangan mama mu. Tatapan papa mu terlihat jelas ketika melihat mama mu,' lanjut Ai sambil memandang Dion dengan tatapan sedih

'bunda bisa apa? Jika ternyata disini bukan tempat bunda. Dari awal memang mama mu yang harusnya disini, bukan bunda,' kata Ai dalam hati dan hampir menangis

'tapi bagaimana dengan orang tua bunda? Bunda juga tidak mau mereka sedih melihat anaknya yang berpisah dengan suaminya. Bunda harus gimana, Dion?' tanya Ai dalam hati

"nda apa? Ok angis? Nda acit? Ion ndak akal nda. Ion ndak akal gi," kata Dion yang melihat bunda nya menangis tanpa disadari Ai (bunda kenapa? Kok nangis? Bunda sakit? Dion nggak nakal bunda. Dion ngga nakal lagi)

"bunda ngga nangis, sayang. Mata bunda ada debunya. Dion ngga nakal. Dion kan anak baik?" jawab Ai tersenyum sambil menghapus air mata di pipinya dengan tangan kanannya

"agan angis, nda! Ion ayang, nda," kata Dion sambil memeluk Ai (jangan nangis bunda! Dion sayang, bunda) 

"bunda juga sayang Dion," balas Ai dan memeluk serta menciumi Dion





















🌹🌹🌹🌹🌹





















Enough for today

Tunggu lanjutannya di sabtu depan ya 😊😊😊

Don't forget vote and comment

Follow this account fanyawomenly

Thank you have waited this story

Thank you have read this story

Thank you have voted and commented

Have a nice day

Jadilah Ibu Untuk Anak-anak KuWhere stories live. Discover now