Where Are You, My Wife? (2)

1.4K 105 4
                                    

Assalamualaikum...

Alhamdulillah udah dapet puasa 10 hari, walaupun aku baru dapet 3 hari wkwkwk...

Semangat puasanya ya. Semoga diberi kesabaran dan keikhlasan dalam menjalankan ibadah puasa
Aamiin Aamiin Aamiin 🤲🤲🤲

Hope you all are healthy and in good condition

Please enjoy this story

Happy reading

😉😉😉



🌹🌹🌹🌹🌹



Di lantai dua, barulah terdengar suara yang sangat berisik, yaitu suara tangisan bayi yang menggelegar. Laki-laki tersebut langsung berjalan menuju sumber suara tangisan tersebut. Suara itu berasal dari kamar besar yang ada di lantai 2, yaitu kamar tidur papa dan bundanya.

"tumben sekali Dion nangisnya sampe kayak gitu," gumam Nino, anak pertama Daaniyaal

Nino mengetuk pintu kamar tersebut, kemudian membukanya. Suasana kamar terlihat ramai dengan banyaknya orang dan suara tangis bayi. Dion menangis sambil duduk di kasur besar. Nina dan Mba Kia, baby sitter Dion mencoba menenangkan Dion yang menangis. Papanya terlihat sedang menghubungi seseorang.

Nino pun segera masuk dan berjalan menuju kasur dimana Dion sedang menangis sesenggukan. Nino langsung mengambil Dion dan menggendongnya. Dia mengelus punggung adik kecilnya itu.

"hiks…. Nda… Nda….." Dion menangis dipelukan Nino sambil memanggil bundanya

"iya Dion, bunda masih di kamar mandi. Dion berhenti nangis ya. Cup… Cup… Cup…" kata Nino berusaha menenangkan adik kecilnya itu

Tak berapa lama, Dion pun tidak menangis lahi. Hanay terdengar suara sesenggukan kecil. Dion tertidur dalam pelukan sang kakak. Karena lelah menangis, jadi Dion kecil langsung tertidur. Apalagi punggungnya dielus-elsu sang kakak dengan lembut.

"kak, Dion udah tidur tuh," Nina memberitahu
Nino mencoba melihat wajah Dion, memastikan apakah adiknya itu beneran tidur atau tidak. Ternyata memang adiknya itu tertidur. Nino langsung meletakkan sang adik di kasur untuk menidurkannya. Nino menyelimuti sang adik dengan selimut yang ada di kasur itu. Dia menata bantal agar Dion tidurnya nyenyak.

"bunda mana dek?" tanya Nino

"bunda ga ada kak," Nina memberitahu, "dari aku pulang sekolah, aku ga liat bunda. Terus Dion nangis terus dari tadi."

Mendengar penjelasan Nina, Nino pun langsung bertanya kepada sang papa, "bunda dimana, pah?"
Daaniyaal menatap putranya itu dengan pandangan yang sulit diartikan. Daaniyaal bingung harus menjawab apa. Karena dia juga tidak tahu dimana dan mengapa istrinya pergi. Daaniyaal tidak berani mengatakan sejujurnya, bahwa bunda mereka tidak ada di rumah.

"pah…" panggil Nino dengan nada mendesak

"maaf…" Daaniyaal menghela napas, "papa juga tidak tahu bunda ada dimana. Tadi setelah papa mengantar Nina sekolah, nunda kalian sudah tidak ada di rumah. Kata pak Daiman, bunda tadi pergi sambil bawa tas."

Mendengar jawaban dari sang papa, kedua anak Daaniyaal itu pun terkejut. Padahal tadi pagi mereka sarapan bersama. Melakukan aktivitas seperti biasa. Bagaimana bisa bundanya pergi begitu saja. Bundanya juga tidak pernah mengatakan akan pergi ke suatu tempat.

Sudah hampir seminggu Ai tidak pulang ke rumah. Karena hal tersebut membuat suasana rumah besar tersebut menjadi berisik dan tidak kondusif, yang mana disebabkan oleh suara tangisan bayi kecil yang selalu mencari sang bunda ketika bayi tersebut teringat oleh sang bunda. Sudah berbagai cara yang dilakukan untuk mengalihkan si bayi agar tidak mencari sang bunda. Tapi karena sang bayi yang sulit untuk dialihkan, jadi akan terus menangis saat tidak melihat sang bunda.

Sang papa, Daaniyaal merasakan kewalahan menghadapi si bayi kecil. Bayi kecil, Dion sangat rewel dibanding dengan saat bayi tersebut ditinggal oleh mama kandungannya sendiri. Daaniyaal juga bingung terhadap sikap Nino dan Nina. Mereka berdua bersikap acuh seperti biasa. Tapi untungnya kedua anaknya tersebut peduli dengan adik kecil mereka. Ketika Dion menangis, Nino dan Nina berusaha menghibur atau mengajak si adik bermain agar tidak menangis.

Sekarang adalah hari sabtu, dimana Nino dan Nina tidak masuk sekolah karena waktu belajar mereka hanya senin sampai jumat saja, jadi libur sekolah pada hari sabtu dan minggu. Nino dan Nina sedang berada di ruang tengah atau ruang keluarga, dimana tempat tersebut pernah digunakan untuk merayakan ulang tahun adik kecil mereka, Dion yang pertama.

"Nino, Papa pergi dulu, karena ada urusan kantor," pamit Daaniyaal kepada sang putra pertamanya

"iya, pah," jawab Nino dengan nada datar

Daaniyaal menghela nafasnya karena mendengar jawaban Nino. Dia sadar bahwa putranya itu pasti menyalahkannya karena kepergian Ai, sang bunda.

"jaga adik-adikmu ya," lanjut Daaniyaal

"hm.." kata Nino

"Nina, papa pergi dulu. Adek jangan dibuat nangis ya," Daaniyaal memperingatkan Nina aga4 tidak menjahili Dion, sang adik

"iya, pah. Siap!" kata Nina dengan penuh semangat
Daaniyaal mencium Dion yang berada di gendongannya, "papa pergi dulu ya, sayang. Dion main sama kakak Nina dan Kakak Nino, ya."

Daaniyaal menyerahkan Dion kepada Nino, kemudian dia pergi keluar rumah, "Assalamu'alaikum…"

"wa'alaikumsalam…" jajawab Nino dan Nina bebarengan

Setelah kepergian papa mereka, Nino dan Nina duduk di sofa panjang. Nino dan Nina hanya diam memperhatikan sang adik bayi yang sedang sibuk dengan mainannya.

"kak…" Nina memanggil sang kakak

"hm…" jajawab Nino sambil terus memperhatikan sang adik kecil yang sedang asyik bermain sendiri

"bunda dimana ya?" tanya Nina dengan nada suara sedih dan Nino pun hanya mengedikkan bahu tanda dia juga tidak tahu.

"kapan bunda pulang yang, kak?" lanjut Nina

Walaupun Nino terkesan cuek dan acuh, sebenarnya dia juga bertanya-tanya, dimana bundanya pergi? Mengapa bundanya pergi? Kapan bundanya kembali ke rumah ini?

"kak…." Nina berkata lagi, "aku kangen banget sama bunda, kak."

"hiks… HiHiks…. Nda…. HiHiks… nda… " tiba-tiba menangis saat sedang bermain, seakan tahu apa yang sedang diucapkan oleh kedua kakaknya itu.

Nino pun langsung membawa Dion kepelukannya dan kembali duduk di sofa samping Nina. Nina mengelus punggung Dion yang sedang menangis dipelukan Nino.

"adek yang sabar ya. Bentar lagi bunda datang," kata Nina berusaha menenangkan Dion yang menangis

"nda… Hiks… NdNda…" Nina mencium kepala Bagian belakang Dion dengan sayang

Nino yang menepuk-nepuk pantat Dion dengan pelan, berharap Dion berhenti menangis dan tertidur. Nino merasa sedih karena Dion yang selalu mencari bundanya begitu juga sirinya dan Nina.

'bunda, Nino kangen bunda. Bunda cepat pulang. Adek nangis terus cariin bunda,' harap Nino dalam hati.





🌹🌹🌹🌹🌹



Enough for today

Don't forget vote and comment

Follow this account fanyawomenly

Thank you have waited this story

Thank you have read this story

Thank you have voted and commented

Have a nice day

Selamat berpuasa
Jangan lupa baca Al Qur'an ya

Ketemu lagi sabtu depan ya

Jadilah Ibu Untuk Anak-anak KuDove le storie prendono vita. Scoprilo ora