1 • Awal

1.1K 235 51
                                    

Salah satu nikmat yang Allah swt berikan adalah kamu, seorang sahabat. Aku harus bersyukur bukan?





Jam sudah menunjukkan pukul 14.10 WIB, bel pulang sekolah sudah berbunyi 10 menit yang lalu. Tetapi masih ada siswa maupun siswi yang masih berada di lingkungan sekolah, sepertinya mereka memiliki kepentingan di sekolah ini hingga sore nanti.

Mungkin mereka mengikuti kegiatan ekstrakurikuler atau apalah itu aku tidak tahu pasti, bisa jadi mereka mengerjakan tugas kelompok ataupun piket kelas untuk besok. Seperti yang aku lakukan saat ini bersama sahabat ku.

Tidak, maksudnya hanya aku yang piket kelas Dina hanya menemani ku saja. Aku asyik menyapu lantai, sedangkan Dina duduk sambil memakan siomaynya di atas meja depan, dimana itu adalah meja Rasya yang merupakan bendahara kelas.

Ia hanya melihat ku saja tanpa mau membantu sedikit pun, padahal kan jika ia membantu piket ini cepat selesai. Menyebalkan sekali, ia hanya cengengesan dan tersenyum konyol.

"Na, santai dong itu muka. Cemberut ae lo, ntar cepat tua loh Na," ujar Dina sambil mengunyah siomaynya dan senyum-senyum tidak jelas.

"Ya kamu sih nyebelin banget, ini bukannya dibantuin biar cepat selesai malah enak-enakan gitu. Kita kan udah buat perjanjian waktu itu, masa kamu lupa sih," ucap ku sambil menggerutu kesal, sangat menyebalkan sekali.

"Hahahaha..... iya-iya gue inget kok. Jangan cemberut gitu deh, soalnya mirip kingkong noh," ucap Dina sambil tertawa.

"Iiisssssshh," aku tambah menggerutu kesal.

"Ini bentar, gue abisin siomay dulu tinggal dikit nih nanggung banget. Gue laper banget soalnya gak sempet ke kantin tadi gara-gara Ms Ica ngambil jam istirahat. Gak adil banget jadi guru, mentang-mentang jamnya mapel terakhir diembat semua," gerutu Dina sambil memakan siomay terakhirnya.

Aku hanya mendengarkan gerutuan Dina sambil beristighfar dalam hati tanpa menimpali, karena jika aku ikut menanggapi maka ceritanya akan panjang. Dan piket ini akan lama selesainya karena dibumbui gosip dari Dina.

Kami memiliki perjanjian yaitu, aku piket setiap hari Selasa maka Dina akan membantu ku agar piketnya cepat selesai. Dan sebaliknya, Dina piket setiap hari Kamis maka aku akan membantunya agar cepat selesai. Karena ruangan kelas 12 IPA 1 ini begitu luas, jika piket sendirian akan lama sekali selesainya. Sebenarnya bisa saja aku piket pagi untuk hari piket, tapi karena sering berangkat telat jadi aku memutuskan untuk piket setelah pulang sekolah agar lebih efektif.

Mager gue berangkat sekolah pagi-pagi banget untuk piket, udah kayak tukang sapu jalan aja. Enakan berangkat sekolah agak siangan gak buru-buru banget jadinya. Palingan ya kejebak macet dikit.
Kalau alasan Dina sih gitu, dia malas berangkat pagi ke sekolah.

Aku dan Dina bersekolah di SMA negeri 1 Kota, sekolah ini sama seperti sekolah negeri pada umumnya, tidak ada yang spesial di dalamnya. Saat ini kami menempuh pendidikan terakhir dibangku SMA, yakni kelas 12 IPA 1.

Dimana kelas ini merupakan kelas unggulan, aku bisa menjadi bagian dari kelas ini karena nilai akademik ku yang lumayan bagus, dan aku juga memiliki beberapa prestasi selama bersekolah di sini.

Sedangkan aku dan Dina mulai bersahabat sejak SMP, kami dekat saat kelas 8 SMP. Sebenarnya kami awal mengenal sejak SD tapi hanya sekedar tahu nama saja, dan mulai dekat saat duduk dibangku kelas 8 SMP dikarenakan satu kelas.

Dan Allah swt menakdirkan kami untuk saling mengenal dan bersahabat hingga saat ini, aku selalu bersyukur memiliki sahabat seperti dirinya, karena ia sudah seperti keluarga kedua bagi ku. Aku memilikinya, seorang sahabat yang insyaallah akan bersama-sama di dalam Jannah-Mu, aamiin.
Terima kasih ya Rabb........


















Sebelumnya mohon maaf, part awal gak sengaja ke pencet delete 🙏🏻 😭. Jadi ini ngulang lagi huffft......😖🙂

Luka Tersembunyi [END]Where stories live. Discover now