27 • Sesak

124 38 3
                                    

Apa yang harus aku lakukan agar perasaan ini hilang, tidak dihargai tak mengapa. Tapi bisakah sedikit saja kamu menganggap keberadaan ku?














"Enggak wajib Na, cuma ya kalau lo sempat dateng." sela Abi menatap Irwan tak bersahabat.

"Gak usah dengerin kata si babi, dia emang gitu, penyebar fitnah."

"Anjing lo," umpat Irwan.

"Lah, ngaca bro. Lo temennya anjing berarti," ejek Abi. Kemudia tertawa melihat muka Irwan yang menahan kesal.

"Terserah lo lah, capek gue berdebat dari tadi sama titisan setan macam lo."

"Hilih..., bilang aja ngambek lo. Mirip cewe," ucap Abi dengan sisa tawanya.

"Dari pada gue dengerin lo gak jelas gitu, lebih baik gue gangguin anak dugong." seringai Irwan.

"Ha? Anak dugong saha?" tanya Abi bingung.

"Noh." Tunjuk Abi yang mengarah kepada Dina yang masih asyik tertidur, sepertinya dia tidak terganggu sama sekali mendengar perdebatan antara Abi dan Irwan.

"Jangan macam-macam lo Wan, itu gak sekiyowo dugong. Lebih tepatnya singa betina, dia bangun habis lo." ucap Abi bergidik ngeri.

"Halah gak bakalan, paling ngomel doang."

"Terserah lo deh, gue gak ikutan ya anjirr. Awas aja lo bawa-bawa gue ntar." ancam Abi.

"Amanlah, kagak bakalan. Kalau ke pepet baru," kekeh Irwan.

"Anjirrr lo."

Saat Irwan akan mengusili Dina, aku sebagai sahabat tidak terima. Melihat Dina sebelumnya dengan mata merah menahan kantuk, diganggu begitu saja aku tidak akan tinggal diam.

"Eh jangan!" cegah ku menahan Irwan.

"Dia keliatannya kurang tidur semalam, jangan diganggu." ucap ku memperingati Irwan.

"Nih anak udah tidur dari tadi kan? Gapapa Na lo tenang aja, sekali-kali ini. Lagian lima menit lagi pulang." jawab Irwan, yang kemudian meluncurkan aksinya.

Aku hanya bisa pasrah melihat kejahilan Irwan, benar juga lima menit lagi bel akan berbunyi. Jadi ku biarkan Irwan yang membangunkan Dina dengan caranya tersendiri.

Irwan bergerak mendekati telinga Dina, sambil menyalakan suara speaker di handphonenya, dia sudah terkikik geli melihat rencana tersebut.

"Mau lo apain?"

Irwan tidak menjawab pertanyaan Abi, dia fokus pada rencana selanjutnya. Setelah memastikan rencana itu sesuai dengan alur yang telah dia buat, kemudian dia dengan segera memencet tombol yang ada di handphonenya.

Arrrrrrrrrrrggggggggghhhhhhh

Terdengar suara geraman singa yang diputar dengan volume tinggi dari handphone tersebut, sontak saja semua terkejut mendengar suara itu.

Bahkan Dina terbangun dengan posisi telah terjatuh dari kusinya, akibat kaget mendengar suara tersebut. Kata-kata kasar terus terucap dari bibirnya.

"BANGSAT!"

"ANJING!"

"SIAPA YANG NGELAKUIN INI?" teriak Dina dengan suara khas bangun tidurnya, bahkan matanya lebih tampak merah dari sebelumnya.

Setelah menormalkan detak jantungnya, dia menatap seisi kelas dengan tatapan nyalang. Mencoba mencari tahu siapa yang telah melakukan hal itu kepadanya.
Semua siswa yang ada di dalam menahan napas melihat kemarahan Dina, hingga aku juga sampai mengeluarkan keringat dingin, mewanti-wanti apa yang akan terjadi selanjutnya.

Luka Tersembunyi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang