19 • Sedih

143 70 10
                                    

Jika memang tidak menyukainya tidak apa-apa, setidaknya hargailah pemberiannya. Kamu tidak tahu bagaimana proses perjuangannya untuk melakukan itu semua.

















Semuanya makan dengan keadaan yang hening, namun suara decitan kursi yang bergeser membuat kami menoleh kepada yang bersangkutan.

"Woii mau ke mana lo?" tanya Irwan,

"Mau nambah gue, laper banget," jawab Jio dan mulai berjalan menuju ibu kantin penjual mie ayam.

"Maruk banget tuh anak," ucap Tio.

"Kelaperan kali, mungkin nyokapnya belum masak di rumah."

"Dari kemarin emang gitu, gak heran gue," lanjut Abi.

Setelahnya mereka sibuk membahas pertandingan futsal yang akan diadakan dua minggu lagi, dalam rangka ulang tahun sekolah.

Hingga sekembalinya Jio membawa nampan kecil yang berisikan makanan pesanannya,

"Beli apa aja lo?" tanya Abi heran,

"Mie ayam sama siomay."

"Gila lo, gak ada kenyangnya."

"Suka-suka gue lah, sibuk banget lo."

"Iri bilang aja, atau nyokap lo batasin lo jajan?"

"Kagaklah anjir, nyokap gue royal."

"Ya terus ngapain lo komen aja dari kemarin, udah mirip netijen aja lo julid mulu."

"Anjirr lo ya, enak a.....," sebelum Abi menyelesaikan kalimatnya, perkataan itu telah dipotong oleh seseorang yang sedari tadi diam memperhatikan keduanya.

"Diem lo berdua, kita bukan mau dengerin lo berdua adu bacot," ucap Farel dengan datar.

"Sorry Rel," ujar Abi dan Jio bersama.

Kemudian mereka kembali membahas pertandingan futsal yang sebelumnya tertunda karena perdebatan Abi dan juga Jio.

"Woii Din, diem aja lo dari tadi."

"Cosplay jadi bisu lo," ujar Irwan menjahili Dina.

"Bacot lo, gue masih kesel ya sama lo."

"Ya elah lagi PMS lo? Marah-marah mulu dari tadi."

"Diem deh lo, gue eneg denger suara lo."

"Anjiir lo."

Dibagian kiri Dina dan Irwan sibuk berdebat, sementara dibagian kanan saling menjahili satu sama lain.

"Gue titip mie ayam gue dulu ya, mau beli minum," ucap Jio, kemudian dia berlalu ke kantin penjual es buah.

"Temen lo tuh, gak ada kenyangnya," ujar Tio kepada Abi dan juga Farel.

"Sebenarnya gue males nganggep dia temen, tapi gimana lagi ya," jawab Abi berpura-pura sedih.

"Anjiiirr komuk lo," tawa Tio terbahak-bahak.

Meong ngeong meonggg

"Anjing apaan tuh," kaget Abi, mukannya terlihat tertekan sekali melihat hewan berbulu menggemaskan tersebut.

"Itu kucing bego, gitu aja takut lo."

"Laki bukan? Sama kucing aja takut."

"Gue bukan takut ya, tapi gue geli sat."

"Pinggirin nih kucing, atau gue tendang."

"Gila lo, gak ada jiwa perhewanannya sama sekali. Dosa lo begitu."

Luka Tersembunyi [END]Where stories live. Discover now