7 • Maaf

236 157 11
                                    

Tatapan mata mu dapat mematikan sejenak syaraf tubuh ku, sedahsyat itu pengaruhnya pada ku.





"Maafkan saya, saya benar-benar tidak sengaja," cicit ku sambil menunduk.

"Lah, mbaknya pikir ini baju teman saya kain lap? Modal maaf doang, gantiin sulit. Upss," ucap seorang teman laki-laki itu dengan tatapan remehnya.

"Lain kali mata sama kaki digunain kali. Udah gini gimana jadinya nih mana masih pagi lagi," ujar seorang laki-laki yang tertawa sebelumnya.

Aku sungguh menyalahkan diri ku kali ini karena kecerobohan yang ku perbuat semuanya jadi kacau sekarang.

"BODOH!" ucap laki-laki yang bajunya terkena tumpahan kuah bakso tersebut dengan emosi yang meluap-luap.

"Dahlah Ar, percuma juga lo marah-marah mulu dari tadi. Nih cewe cuman bisa minta maaf doang dari tadi. Mau gantiin seragam lo juga gak mungkin deh, liat aja penampilannya," ucap teman laki-laki itu yang sedari tadi diam, tapi dari tatapannya seakan ia merendahkan diri ku.

Sontak saja karena perkataannya barusan, ketiga laki-laki itu langsung menoleh ke arah ku. Mereka memperhatikan ku dari atas hingga ke bawah, dengan pandangan yang berbeda-beda. Dari tatapan mereka aku dapat melihat bahwa mereka menganggap ku seperti kotoran yang harus dijauhi.
Aku risih dengan tatapan yang mereka tujukan pada ku, karena aku tidak terbiasa dengan tatapan tersebut.

"Liatkan, apa gue bilang nih cewe orang susah Ar mending biarin ajalah. Cabut kuy ke kelas dulu, ntar baru tuh pikirin balasan apa yang sesuai buat nih cewe," lanjutnya sambil menepuk pundak temannya yang dia panggil dari tadi dengan sebutan 'Ar'.

"Cabut!" ujar laki-laki yang bajunya terkena noda kuah bakso tersebut. Tapi sebelum melangkah ia sempat melakukan eye contac dengan ku masih dengan tatapan tajam dan letupan emosi di bola matanya.

Lalu keempat laki-laki itu melangkah menjauh meninggalkan diri ku sendiri di koridor menuju kelasnya. Aku masih bergeming di tempat memperhatikan mereka, aku melihat mereka memasuki kelas 12 IPS 1. Jadi mereka anak IPS? tanya ku dalam hati.

Ah ya aku baru ingat aku harus ke kelas untuk mengikuti kuis, dengan berlari dengan sekuat tenaga aku menuju ke kelas. Ya Allah semoga saja aku masih bisa mengikuti kuis itu, ucap ku dalam hati, sembari berlari dengan keringat yang bercucuran menetes membasahi hijab ku.

Aku tiba di depan kelas dengan nafas yang tersengal-sengal dan melihat pintu kelas telah tertutup rapat, aku deg-degan sekali untuk masuk ke dalam. Ku beranikan diri untuk melangkah ke dalam kelas, dengan pelan ku ketuk pintu kelas sambil mengucapkan salam dan mendorong pintu tersebut untuk terbuka.

Ketika aku melangkahkan kaki ku ke dalam kelas, seketika suasana kelas langsung senyap setelah mengetahui kedatangan ku.

"Anjir kaget gue Na, gue kira bu Sinta yang datang," ucap Rasya yang merupakan bendahara kelas ini. Aku menatapnya, sepertinya ia tadi sedang asyik membuat konten tiktok makanya kaget begitu.

"Lo buat jantungan anjirrr, mana gue lagi mabar ini. Sialan emang lo Na," kesal Irwan yang merupakan ketua kelas, sepertinya ia tengah kesal saat ini.

"Maaf ya semuanya," ucap ku meminta maaf kepada mereka dan tersenyum canggung.

Setelah itu mereka melanjutkan kegiatan mereka yang sebelumnya tertunda karena kedatangan ku, aku berjalan menuju kursi dan melihat Dina telah duduk di sana dengan anteng sambil bermain ponselnya.

Luka Tersembunyi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang