29 • Hancur

124 36 14
                                    

Sejuta maaf sekalipun yang terucap dari bibir ini tidak bisa merubah kembali keadaan sebelumnya. Tapi hanya itu yang dapat aku lakukan, maaf.





















Dengan emosi yang menggebu-gebu Arga melampiaskan seluruh emosinya, tidak ada yang berniat menghentikannya.

Sementara diri ku masih tersungkur di lantai bersama pecahan kaca dan remahan makanan, untuk berdiri saja aku tidak mampu lagi.

Rasanya seluruh persendian ku lemas dan tak bertenaga untuk menopang tubuh ini, dengan terisak aku menatapnya.

Urat-urat di tubuhnya tercetak jelas, emosinya kali ini lebih parah dari pada sebelumnya.

Pakaian yang ku kenakan saat ini sudah tidak layak digunakan, bagian belakang gamis ku robek akibat tarikan kencang yang dilakukan Arga tadi. Dan basah, terkena tumpahan noda kuah serta minuman dari meja prasmanan.

Ya Allah bagaimana sekarang, aku takut. Di saksikan oleh ribuan orang, tanpa ada yang mau membantu ku sedikit saja.

Aku mencari sosok Dina di kerumunan itu untuk membantu ku, namun nihil. Aku tidak dapat menemukannya, ke mana dia pergi disaat aku sedang membutuhkan pertolongannya.

Air mata semakin deras berjatuhan dari tempatnya, ditatap oleh berbagai pasang mata. Malu, takut, resah, dan gelisah menjadi satu di pikiran ku.

Mereka menatap ku dengan hina, karena aku telah menyebabkan hancurnya pesta besar ini. Belum sempat aku menghalau air mata yang tumpah selanjutnya, tiba-tiba saja Arga telah menarik hijab navy yang ku kenakan.

Sreekk

"Gue heran, anak semacam lo selalu buat kesalahan yang sama. Seandainya gue yang jadi ortu lo, udah gue musnahin lo dari di dunia ini!" desis Arga tajam.

"Seharusnya lo tadi gak usah datang ke acara bokap gue!"

"Dengan apa lo bayar semua ini hah? Baju gue yang dulu aja lo gak bisa gantinya. Sekarang kerugian ratusan juta ini lo bayar pake apa?"

"Dengan lo jual diri seumur hidup juga gak bakalan mampu nebus semua ini, bitch!!" hina Arga di depan semua orang.

Aku menangis tergugu mendapat perlakuan ini, Tuhan rasanya sakit sekali. Ini semua bukan kesalahan ku, ada seseorang yang sengaja menjegal kaki ku sehingga berakibat seperti ini. Aku merasakannya, tapi aku tidak sempat untuk melihat siapa pelakunya.

Hiks hiks hiks, dengan isak tangis yang semakin menjadi aku mulai berdiri untuk pergi dari pesta ini.

Hati ku sudah tidak kuat menerima semua perlakuan tersebut, mungkin dengan meminta maaf dan segera pergi dari sini dapat mengakhiri semuanya.

Setelah berdiri dengan tumpuan kaki yang masih melemas, aku meminta maaf kepada Arga dengan sungguh-sungguh. Namun, reaksinya berbanding terbalik dengan terkaan ku. Dia semakin mengamuk mendengar hal itu, membanting semua sisa-sisa makanan dan menatap tajam diri ku.

"Lo pikir dengan minta maaf bisa selesai?"

"YOURE STUPID!" bentaknya.

Dia mendorong ku kembali untuk melampiaskan emosinya, untungnya aku segera mencapai pilar kokoh disamping sebagai pertahanan.

Di depan sana aku melihat Dina bersama kedua orang tuanya yang sedang menatap ku datar. Dia sedari tadi di sana? Hanya melihat ku? Tidak ada niat membantu? batin ku bertanya.

Abi berlari menghampiri ku dengan cemas, dia memberikan bogeman mentah di pipi Arga.

"Shit!" umpat Arga sambil menyeka darah di ujung bibir bawahnya.

Luka Tersembunyi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang