25 • Kenapa?

110 42 4
                                    

Tuhan itu adil, dia tidak akan membedakan perlakuan untuk setiap ciptaan-Nya.
Itu semua tergantung iman dan amalan yang kamu kerjakan.













Pagi ini suasana hati ku membaik, sepertinya bukan diri ku saja, tapi itu juga berimbas kepada kedua orang tua dan kedua adik ku.

Maka dari itu aku berusaha untuk melakukan yang terbaik agar tidak mengecewakan mereka.

Dimulai dari bangun tidur hingga berangkat sekolah, semuanya berjalan dengan lancar. Ketenangan dan kenyamanan itulah yang aku cari, dan aku dapat merasakannya hari ini.

Dengan perasaan bahagia yang membuncah di dada, aku melewati gerbang sekolah sambil bersenandung kecil.

Semoga saja hari-hari yang akan ku lewati di depan sana akan jauh lebih baik lagi. Perlahan ku langkahkan kaki untuk menuju ke kelas 12 IPS 1, sepertinya ini akan menjadi rutinitas yang akan ku lakukan setiap pagi.

Dengan berlenggak-lenggok seperti maling aku memasuki kelas tersebut, aku meletakkan makanan yang ku masak pagi tadi di kolong meja.

Dan segera keluar setelah memastikan semuanya aman terkendali, semoga saja dia menyukai masakan ku.

Hari ini aku membawakannya perkedal spesial yang merupakan resep almarhumah nenek. Hanya dengan itu aku menebus kesalahan yang telah ku perbuat.

Setelah selesai aku kembali menuju ruangan kelas ku, 12 IPA 1. Di sana aku melihat para murid yang sudah mulai berdatangan satu per satu.

Untungnya aku telah menyelesaikan misi ku tersebut, jika terlambat sedikit saja, sudahlah aku akan menjadi objek bulyyan di sekolah ini.

Mengingat dia memiliki pengagum yang begitu banyak di sini, lebih baik cari aman bukan?

Saat memasuki kelas aku melihat Rasya yang baru sampai, dia meletakkan tasnya di kursi. Aku langsung menghampirinya untuk membayar uang iuran tersebut, jika ditunda-tunda takut uang pinjaman dari Kak Cila tersebut hilang.

"Rasya..." panggil ku, dia menoleh dan menatap ku.

"Apa?"

"Aku mau bayar uang iuran praktek, maaf ya telat. Soalnya baru ada uang," cengir ku menatapnya intens.

"Gapapa kali Na, santai aja."

"Yang belum bayar tinggal aku ya?"

"Iya, makanya gue ingetin terus dari minggu lalu. Soalnya wali kelas nagih terus, sorry gue jadi gak enak sama lo."

"Udah kayak rentenir aja gue, tapi gimana lagi lo tau kan gimana tabiat Bu Diana, rempong abis." kekeh Rasya.

"Syutt, ga boleh ngomong gitu. Iya gapapa kok, aku malah seneng kamu ingatin terus biar gak lupa."

"Aneh lo, orang mah risih lo malah kebalikannya." tawa Rasya pelan.

"Hehehehe............"

"Wihhh, ada gossip apa nih? Udah ngumpul aja pagi-pagi." timpal Irwan memasuki kelas.

"Gosip pala lo, orang bukan lagi ngegosip anjir." jawab Rasya malas.

"Lah? Terus lo berdua ngapain kalau bukan ngegosip. Yasinan?"

"Iya, bacain yasin biar setan dalam tubuh lo minggat."

"Anjiirrr lo Sya."

"Lo pikir gue kesurupan? Gue masih normal ya anjirr."

"Siapa tau ye kan, pengikut-pengikut ilmu hitam lo pada pergi."

"Woiiii, gue kagak pakai begituan ya. Ya kali gue ada ilmu hitam, gue ori Islam ga pakai gituan." sangkal Irwan kesal.

Luka Tersembunyi [END]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum