20 • Tekad

140 63 2
                                    

Walau hasilnya terasa pahit dan menyakitkan tapi aku tidak akan berhenti begitu saja, karena niat yang sangat kuat aku masih bertahan hingga detik ini.














Apakah karena hasil yang jauh dari ekspetasi dan akhirnya menyerah begitu saja? Tidak, aku bukanlah gadis lemah yang berputus asa dengan mudah.

Jika hari ini belum membuahkan hasil, cobalah terus hingga hasilnya sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Dengan mengorbankan waktu, finansial, dan perasaan semuanya akan terbayar pada waktunya.

Intinya jangan menyerah begitu saja, bukankah Allah swt sangat tidak menyukai manusia yang menyerah akan ujian hidup yang diberikan-Nya?

Selagi kita masih memiliki Dia dalam hidup ini maka tenanglah, kehidupan akan dipermudah oleh-Nya.

Saat ini aku telah menyelesaikan pekerjaan ku di restaurant, karena malam ini diguyur hujan lebat sedikit sekali pengunjung yang mampir ke sini.

Alhasil aku pulang cepat hari ini, alhamdulillah setidaknya jam pulang ku tidak akan memicu kemarahan ayah lagi kali ini.

"Pulang naik apa dek?" tanya Bang Lian menatap ku.

"Seperti biasa Bang jalan kaki," jawab ku tersenyum.

"Mending naik kendaraan aja deh, di jalan sepi karena hujan tadi."

"Itu aja masih gerimis," saran Bang Lian sembari melihat ke pintu keluar menatap tetesan air hujan yang masih turun ke bumi.

"Gapapa bang, nanti juga ada orang yang lewat kok."

"Abang gak usah khawatir, Anna gak sendirian loh. Ada Allah swt, dua malaikat pencatat amal, sama malaikat izrail," ucap ku meyakinkan Bang Lian sambil terkekeh pelan.

Mendengar jawaban ku Bang Lian menepuk keningnya seraya berujar, "Gak gitu juga konsepnya Na."

"Hahaha..., iya-iya Bang. Anna paham maksud abang, tapi beneran Anna gapapa kok pulang sendiri udah terbiasa."

"Lewat gang tembusan itu?"

"Iya Bang biasanya Anna lewat situ, soalnya jaraknya lebih dekat dari rumah."

"Aduh, mending lewat jalan besar deh, soalnya udah malam ini ditambah baru selesai hujan pasti sepi banget jalan di gang itu."

"Kalau kamu gak dengerin saran Abang yang satu ini, bakal abang pesenin gojek atau Abang bilangin Tante Ami biar sekalian dianterin nanti," ancam Bang Lian.

"Eh jangan Bang, Abang dikit-dikit ngancemnya ngadu ke Tante Ami gak asik banget," ucap ku menahan kesal.

"Oke Anna dengerin saran Abang kali ini, Anna bakalan pulang lewat jalan besar."

"Nah gitu kek dari kemarin-kemarin, harus banget diancem dulu heran."

Akhirnya aku mengalah untuk mengikuti saran Bang Lian, toh sepertinya saran Bang Lian kali ini benar. Pasti jalanan akan sepi nantinya, karena orang-orang telah mendekam di rumahnya masing-masing.

"Ya udah Anna pulang duluan ya Bang Lian, asslamu'alaikum."

"Wa'alaikumsallam."

Kemudian aku mulai berjalan menyusuri keheningan malam, menikmati udara malam yang begitu menenangkan hati.

Dan benar saja apa yang dikatakan Bang Lian sebelumnya, jalanan sangat sepi malam ini. Setidaknya aku tidak menyesal mengikuti saran tersebut, walaupun harus menempuh waktu perjalanan yang lebih lama dari biasanya.

Luka Tersembunyi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang