43. Dosen bar-bar?

203 20 0
                                    

Tandai typo...

Satu vote kalian sangat berarti bagi author 😘

Happy reading!!

••°••

Pagi ini semua keluarga Jevosca dan keluarga Fernando masih berada di kediaman keluarga Garcia. Bahkan Casi dan Kenzio juga menginap di sana. Untuk melepas rindu, Kenzio sebenarnya ingin tidur berdua dengan adeknya, namun kalian tahulah gimana para sepupu Kenzio itu, dan berakhir mereka tidur berenam dalam satu kamar. Apa lagi Aril, ia selalu saja mengintili kemanapun Zhea pergi, terlebih saat tidur, ia yang berada disamping Zhea dengan terus memeluknya.

Setelah acara sarapan pagi tadi, kini mereka berkumpul di ruangan lantai dua. Mereka asik bercanda ria, sampai bunda Cahya mengajak Casi untuk berbicara dengannya empat mata.

"Perasaan dari tadi Aril sama Zio nempel terus sama Zhea" celetuk William membuat Aril semakin menempel pada tunangannya itu.

"Ril, kamu tuh jangan terlalu manja sama Zhea, nanti kalau Zhea ilfeel sama kamu gimana?" sahut Mama Wanda membuat yang lain terkekeh.

"Dulu juga Papa gitu, yah sekarang terserah Aril lah kalau mau manjaan sama Zhea, iya gak babe?" ujar Aril dengan meminta pendapat Zhea diakhir kalimatnya.

"Iya" jawab Zhea membuat senyum Aril semakin mengembang.

"Kalian sudah bertunangan bukan berarti kalian bisa melakukan hal hal yang bisa dilakukan seperti sepasang suami istri. Ingat! Kalian hanya sudah bertunangan agar kalian tidak terlalu over protective pada pasangan kalian, bukan membuat kalian melakukan seenaknya" tutur ayah Pram membuat Zhea dan Aril mengangguk.

"Kalian dekat boleh, tapi ingat batasannya" sambung ayah Pram, yang merasa keadaan tegang setelah ia mengingatkan keduanya.

"Haha jangan dibuat tegang, santai aja" ujar Sofia membuat mereka sedikit lega.

Sementara dilain tempat dengan waktu yang sama, Cahya dan Casi sedang berada di kamar bunda Cahya.

"Apa aku boleh minta tolong sama kamu?" ujar Cahya membuat Casi mengangguk singkat.

"Kamu pasti udah tahukan, kalau Zhea mengidap penyakit yang mengarah pada paru-parunya?" tanya Cahya pada Casi.

"Iya mbak tahu"

"Kata orang tua dulu, penyakit kayak gitu yang menurun dari orang tua bisa disembuhkan tanpa bantuan medis" ucap Cahya membuat Casi mengangguk ragu.

"Apa kamu mau membantu menyembuhkan penyakit Zhea? Mungkin kelihatannya dia baik-baik aja, tapi kalau malam aku sering banget dengar Zhea batuk-batuk tengah malam, sampai paginya dia kelihatan lelah gitu. Walaupun aku bukan yang melahirkannya, tapi aku merasakan bagaimana sakitnya dia, terlebih waktu dulu dia tinggal sama Daulan, dia sering dapat perlakuan kasar dari Maria. Dan dengan bodohnya, Daulan gak pernah mencoba membela Zhea" ucap Cahya dengan air mata yang lolos begitu saja dari pelupuk matanya.

Zhea memang tak pernah cerita dengannya, namun ia punya mata-mata yang selalu mengawasi Zhea kemanapun dan di manapun itu. Dan orang itulah yang menceritakan betapa tersiksanya Zhea selama ini.

"Mungkin mbak gak tahu, setiap Maria habis nyakitin Zhea baik batin maupun fisik, Daulan selalu menangis sambil meminta maaf sama aku" jelas Casi membuat Cahya terkejut.

"Sesering itu kalian telfonan, dan Daulan bilang sama aku katanya jarang berhubungan dengan kamu" kekeh Cahya.

"Emang apa yang bisa aku bantu buat nyembuhin penyakit Zhea?" tanya Casi mengalihkan topik pembicaraan mereka yang tadi.

LOVE IS DESTROYED [COMPLETED]Where stories live. Discover now