marah

3.7K 166 1
                                    

Sedangkan diteras rumah, berdiri lah seorang lelaki dengan perawakan tinggi yang memandangi kedua manusia itu, sebenarnya ia hanya kepo kenapa ada motor yang berhenti didepan rumah nya, tadinya hendak mengabaikannya, tapi lama-lama ia kepo juga.

Tiba saat ia sampai diteras, ia dikejutkan dengan penuturan lelaki yang ternyata tengah mengantar istrinya itu. Memantaskan diri ya? Batin Hasban tekekeh sinis lalu kembali masuk kedalam rumah, ia menyesal mengecek keluar yang hanya membuat nya uring-uringan seperti ini.

Hasna berjalan kedalam rumah, dibukanya pintu utama rumah nya sembari mengucap salam. Hasna melangkah kan kakinya masuk.

Hawa aneh langsung terasa kala Hasban menatap nya tajam dari ruang keluarga. Hasna meneguk saliva nya susah payah, jujur saja ia sedikit takut dengan Hasban jika lelaki itu sudah seperti ini.

"Ingat rumah?" Tanya Hasban yang membuat tubuh Hasna menegang.

"Maaf, tad-" Ucapan Hasna terpotong karena ucapan Hasban.

"Bagus ya, pergi malam-malam sama laki-laki?"

"Ingat, dia bukan mahram kamu, Hasna!" Sentak Hasban yang lagi-lagi membuat nya terkejut.

"Denger dulu, Hasna engga begitu." Ucap Hasna hendak menjelaskan kesalahan pahaman disini.

"Mau mengelak?" Tegas Hasban.

"Dengar penjelasan Hasna dulu, Pak Hasban nya jangan marah-marah." Ucap Hasna menahan Hasban agar mau mendengarkan penjelasan nya.

"Hasna perginya sama Keysa, tapi pas mau pulang Keysa disuruh bunda nya cepet-cepet nyusul kerumah sakit, kakak nya sakit. Ya mau ngga mau Hasna pulang nya sama Rivan." Jelas nya.

"Kenapa ngga telfon saya?" Tanya Hasban.

"Hp Hasna mati, lupa cas Hp." Jawab nya.

"Kenapa nangis?" Tanya Hasban masih dengan nada tegas. Memandangi Hasna yang kini menangis karena ulah nya.

Hasna menggelengkan kepalanya, masih dengan menunduk, gadis itu bergerak meraih lengan Hasban yang kembali disentakkan oleh lelaki itu.

"Hasna minta maaf," Lirih gadis itu.

"Hasna janji ngga akan ulang lagi." Lanjutnya.

Hasban menatap gadis itu sekilas, lalu memilih meninggalkan Hasna yang semakin terisak pilu. Hasna benar-benar menyesal.

Gadis itu terduduk dilantai dengan air mata yang terus mengalir, gadis itu tidak menyusul Hasban karena takut dengan Hasban yang masih marah.

"Ummi, Hasna harus bagaimana hiks,...Hasna ndak ada pilihan lain, makanya ikut pulang sama Rivan, terus, Pak Hasban nya marah-marah." Lirih nya seolah mengadu pada sang Ummi tercinta.

Sudah hampir lima belas menit Hasna terdiam sembari berfikir. Ia takut jika menghampiri Hasban dan nantinya akan dimarahi oleh lelaki itu, tapi jika tidak menemui Hasban mungkin masalah ini tidak akan selesai.

Setelah menimang-nimang lagi, kini Hasna memutuskan untuk menemui Hasban. berjalan menghampiri Hasban dikamar, membuka pintu kamar itu perlahan lalu berjalan mendekati Hasban yang tengah berbaring di atas ranjang.

"Hasna minta maaf, Hasna janji tidak akan ulangi lagi." Ucapnya.

"Hasna ndak mau dicuekin, Pak." Lirih nya dengan suara yang serak karena menangis.

"Hasna minta maaf." Ucap Nya lagi didepan Hasban yang tertidur memunggungi nya.

"Pak Hasban." Tidak ada sahutan dari Hasban, padahal Hasna tau lelaki itu tidak lagi tertidur, tapi lelaki itu tetap mengabaikannya.

Guruku ImamkuWhere stories live. Discover now