berboncengan dan sakit perut

4.8K 213 1
                                    

Pagi ini Hasna sudah siap dengan seragam lengkap nya begitupun dengan Hasban yang kini telah menggunakan seragam putih guru yang digunakan hari Senin-Selasa.

Tentang semalam, Hasna mencoba ikhlas, menerima Hasban sepenuh hati. Ia yakin jika lelaki itu benar-benar mampu membimbing dan membahagiakan nya. Ia hanya berfikiran satu, bisakah ia melanjutkan studinya? Hasna hanya bingung bagaimana kedepannya. Tapi biar lah ia fikir lagi nantinya.

Pagi ini Hasna hendak berangkat sebelum Hasban tadinya, tapi mengingat ia belum fasih menggunakan motor juga bingung tidak ada yang mengantar ia memilih bertanya pada Hasban. Gadis itu berjalan cepat menuju teras rumah, menyusul Hasban yang sudah keluar sedari tadi.

"Pak Hasban!" Panggil Hasna.

"Bapak! Pak, tunggu dong." Lanjutnya sembari meraih ujung pakaian yang dipakai oleh Hasban.

"Saya bukan Bapak kamu!" Ucap Hasban menatap tajam Hasna.

"Iya tau," Balas Hasna.

"Hasna ke sekolah naik apa?" Tanya Hasna menatap Hasban dengan wajah memelasnya.

"Motor." Jawab Hasban.

"Tapi Pak, Hasna belum bisa bawa motor." Ucap Hasna jujur.

"Belum bisa?" Tanya Hasban tidak percaya, Hasban menatap gadis itu dari atas hingga bawah.

"Anak SD aja bisa." Lanjutnya.

"Kok Bapak malah ngejek sih?!" Kesal Hasna dengan wajah ditekuk.

"Saya tidak bermaksud." Jawab Hasban sembari menggaruk pelipisnya.

"Hasna mau pakai ojek, tapi disini ngga ada, Hasna mau pesan online tapi engga bisa gunain aplikasi nya, Hasna mau naik Bus tapi Hasna ngga tau rute nya, Hasna harus gimana?" Ucap nya lesu.

Hasban menghela nafasnya panjang, ia bergerak menggeser tubuh Hasna dan mengunci pintu terlebih dahulu. Hasna hanya menatap heran kearah suaminya itu.

"Hasna gimana, Pak?" Tanya Hasna lagi.

"Sama saya." Balas lelaki tersebut sembari berjalan menuju motornya yang sudah terparkir didepan teras.

"Jangan lah! Nanti orang-orang pada nanya hubungan Hasna sama Bapak!" Tolak Hasna.

"Terus mau gimana?" Tanya Hasban.

"Dari pada pusing-pusing mending sama saya saja." Lanjutnya.

"Nanti kalau ada siswa yang lihat, terus tanya ke Hasna gimana? Hasna harus jawab apa?" Tanya Hasna menatap khawatir kearah Hasban.

"Jawab saja suami kamu." Ucap Hasban kelewat enteng.

"Bapak ini udah ngga waras yah, apa kata dunia pak? Hasna ngga mau ah!" Ucap Gadis itu menatap jengkel kearah suaminya.

"Hasna mau izin aja," lanjutnya nya.

"Jangan ke seringan tidak masuk Hasna, kamu sudah kelas dua belas." Ucap Hasban.

"Yah terus gimana atuh ih, Hasna udah chat mas Apip suruh jemput tapi katanya ngga dibolehin sama Ummi, katanya Hasna suruh sama Pak Hasban." Ucap Hasna.

"Ya makanya, saya bilang juga apa tadi? Berangkat sama saya." Ucap Hasban.

"Tapi, ish! Kalian ini ngga ngertiin Hasna, Hasna itu ngga mau ditanya-tanya nanti nya kalau ada siswa yang lihat."

"Mau ngaku saudara juga ngga bisa Pak, semua juga tau kalau Pak Hasban anak tunggal." Ujar Hasna kesal, kini dirinya memilih mendudukan dirinya dikursi.

"Ayo, mikirnya sambil dijalan. Kalau begini kita ngga akan sampai kesekolah." Ajak Hasban sembari menaiki motor nya.

Hasna hanya menurut, gadis itu mengambil Helm yang berada diatas meja lalu berjalan menghampiri Hasban, menaiki motor tersebut dengan muka kesal.

Guruku ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang