kucing

2.9K 163 4
                                    

Sore hari sekolah semakin sepi, banyak dari siswa siswi Masaka telah membubarkan dirinya dari sekolah,  siswa yang belum dijemput dan siswa yang berkepentingan lainnya.

Langit semakin gelap karena awan hitam yang sudah menurunkan air hujan, semilir angin menerpa kulit yang semakin terasa dingin. Gadis dengan tas oren nya itu duduk dikursi sembari menatap gerbang sekolah dengan sendu.

Sudah jam sekian tapi jemputannya belum juga datang. Hasna, yang tengah menunggu jemputannya itu terlihat beberapa kali menghela nafasnya panjang.

"Mau pulang." Lirih gadis itu menatap satu persatu siswa yang sudah pergi meninggalkan area sekolah.

Niat nya ingin pulang bersama dengan Hasban, tapi saat melewati parkiran para guru, ia tidak melihat motor Hasban terparkir disana. Gadis itu sebelumnya sudah mengirim pesan pada Hasban agar menjemput nua, tapi sampai saat ini lelaki itu belum juga menampakkan dirinya.

"Ummi...jemput Hasna." Batin Hasna.

Beberapa kali gadis itu mengusap kedua matanya yang terasa panas. Gadis itu tengah menahan sesak didadanya. Gadis itu menundukkan kepalanya kala air matanya dengan lancang turun membasahi kedua pipinya.

"Hiks....Ummi."

Tin tinnnn!

Hasna menarik ingusnya kedalam, mengusap air matanya agar tidak ada yang tau jika ia baru saja menangis.

Tin tin tinnnnn!

Hasna berdecak sebal, menoleh kearag mobil yang berhenti tepat didepan gerbang sekolah, gadis itu menggerutu kesal lantaran suara klakson mobil yang terus dibunyikan.

"Apasih tantin-tantin mulu!" Ucap Hasna kesal.

Gadis itu kembali menyenderkan punggungnya disandaran kursi.

"Hei, mau pulang ndak?" Tanya lelaki berperawakan tinggi berdiri disamping mobil sembari mengenakan payung.

Hasna mendongak menatap sang pemilik suara. Hatinya langsung nyes kala mendapati Hasban yang berdiri beberapa meter darinya. Hasna semakin tidak bisa menahan tangisnya kala melihatnya.

Hasna berlari menghampiri Hasban, memeluk tubuh tegap lelaki itu dengan erat serta menumpahkan tangisnya disana. Hasban yang terkejut mendapat perlakuan dari Hasna, hanya terdiam kaku. apa gadis itu lupa jika mereka masih diarea sekolah.

"Hasna, ini masih disekolah." Ucap Hasban tapi tak dipedulikan oleh Hasna.

Hasban memutar tubuhnya hingga tubuh Hasna tertutup oleh tubuh Hasban. Ia yakin, didalam sekolah masih ada beberapa guru dan siswa yang berkepentingan seperti anak PMR dan Dewan Ambalan yang tengah berlatih untuk acara kemah beberapa minggu lagi.

"Kenapa Hasna ditinggal?"

"Hasna ngga suka...hiks, Hujan Mas, Hasna maunya pulang." Ujar gadis itu.

"Sttt, udah ya. Sekarang masuk dulu." Ucap Hasban mengurai pelukannya, mengusap kedua pipi Hasna yang basah karena air mata.

"Hasna mau pulang."

"Iya, sayang. Masuk dulu ya." Ucap Hasban seraya membuka pintu mobilnya, mempersilahkan gadis cengeng itu masuk kedalam mobil.

Hasna menurut, kini ia telah duduk dikursi dengan tenang. Air matanya juga sudah tidak sederas tadi. Beberapa kali gadis itu menghela nafasnya guna mengatur nafas yang tersengal-sengal karena menangis.

"Kenapa nangis?" Tanya Hasban sembari fokus menyetir.

"Jemputannya lama." Lirih nya.

Hasban menghela nafasnya panjang, ia memang tidak ada disekolah saat jam pelajaran ke sembilan dimulai. Ia dan beberapa guru harus mendatangi undangan kedinas untuk mewakili sekolahnya. Setelah selesai dari dinas, Hasban izin untuk pulang lebih awal, tapi ia lupa jika harus menjemput Hasna terlebih dahulu dan berakhirlah seperti ini.

Guruku ImamkuOù les histoires vivent. Découvrez maintenant