sendiri

2.7K 149 2
                                    

Sudah tiga Hari Hasna tinggal dirumah orang tuanya, tiga hari ini pula Hasban tidak pernah fokus dengan pekerjaan nya, pikiran nya selalu tertuju pada istri kecilnya yang sampai saat ini belum mau bertemu dengannya. Saat ini juga telah dilaksanakan nya ujian kelulusan kelas dua belas. Kebetulan, ia dan juga Pak Sofyan yang menjadi pengawas diruang 3 tepatnya ruangan yang digunakan sebagian dari kelas dua belas IPS dua.

Tentu saja lelaki itu tampak bersemangat, bagaimana tidak? Sudah berhari-hari ia tidak bertemu dengan gadisnya, dan saat ini adalah kesempatan dirinya dapat menatap Hasna dengan jangka waktu yang tidak terlalu lama, karena ujian jam pertama hanya berlangsung selama dua jam.

Hasban masuk kedalam ruangan tersebut bersama dengan Pak Sofyan. Setelah dipimpin berdoa oleh salah satu siswa kini kedua pengawas itu mendudukan dirinya dikursi yang sudah disediakan.

Hasban memandangi Hasna dari jarak yang tidak terlalu jauh, ia rindu. Benar-benar rindu dengan istri kecil nya yang menggemaskan. Tiga hari tidak saling menyapa, rasanya seperti beberapa tahun tidak menatap Hasna seperti ini.

Hasna hanya melirik sinis kearah Hasban yang terlihat terus menatap nya. Gadis itu kembali fokus pada soal yang diberikan oleh Pak Sofyan dan mencoba tidak perduli dengan Hasban.

"Jangan mencontek ya." Ucap Pak Sofyan.

"Sudah ada beberapa pengawas yang melaporkan kalau kelas dua belas IPS dua ada yang berbuat curang."

"Kalau masih ada di antara kita yang belum mau jujur, jangan harap seterusnya apa yang kita lakukan itu bermanfaat bagi kita. bisa jadi jalan hidup kita akan sengasara karena kecerobohan dan ketidakjujuran kalian." Ujar Pak Sofyan.

"Maka dari itu, silahkan dikerjakan semaksimal mungkin dan jangan ada yang mencontek." Ujar Pak Sofyan menatap semua siswa yang berada di ruangan tersebut.

"Sape yang ketauan?" Bisik Denis.

"Kaga tau gue, kayak nya kelas sebelah tuh." Ujar Annisa.

"Si Nay-nay ketauan." Ucap Gibran.

"Seriuss?!" Tanya Annisa.

"Yeee, kaga percayaan amat lo sama gue. Nayla ketauan bawa hp." Ucap Gibran.

"Buset dah, nekat bener Nayla." Gumam Farhan.

"Padahal ini ujian kelulusan, boro-boro nyontek cuy, gue noleh aja takut dipenggal sama pengawas." Ujar Anin ikut menimbrung.

"Betoll!" Sambung Pina.

"Lahh! Aku hari ini bawa contekan." Ucap Hasna dengan wajah pias. Ia nekat membawa karena melihat beberapa temannya yang juga membawa contekan. Tadinya Hasna sudah berniat untuk mengerjakan ujian dengan jujur, tapi melihat teman nya berbuat curang, ia ikut-ikutan.

"Hasna, Ya Allah." Ucap Anin menahan tawanya.

"Siap-siap lo, Na. Kata gue mah manding lo izin kekamar mandi terus buang kertas lo biar aman. Kali aja nanti ada razia ya kan?" Bisik Annisa.

"Iya, cari aman nya aja gue mah." Ucap Anin sembari bersandar pada sandaran kursi.

"Heh! Itu kok malah ngobrol?!"

Sontak saja siswa-siswa yang tengah membahas Nayla itu kembali fokus dan membenarkan posisi duduknya menghadap kedepan dan menatap soal yang berada diatas meja.

Begitu juga dengan Hasna yang semakin meremas kertas yang berada didalam kolong meja, meremasnya hingga tak berbentuk dan menyimpannya didalam kantung seragamnya, berniat hendak membuang nya nanti.

💐💐💐

Sepulang sekolah, Hasna hanya berdiam diri dikamar. Menonton kartun kesukaannya ditemani dengan susu hangat dan beberapa jajanan yang sempat ia beli didepan sekolah.

Guruku ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang