perkara surat panggilan

3.2K 167 2
                                    

Sepulang sekolah, Hasna disambut dengan tatapan datar Hasban. Hasna sendiri tidak tau mengapa suami nya itu menatap seperti itu, padahal jika dipikir-pikir, Hasna tidak melakukan kesalahan. Pagi tadi, ia sudah bangun pagi, sudah memasak bahkan setelah sholat subuh ia langsung mencuci pakaiannya.

"Kenapa?" Tanya Hasna hati-hati.

"Mana surat nya?" Ucap Hasban.

"S-surat apa ya?" Tanya Hasna menatap Hasban takut, pasalnya lelaki itu sudah menatap nya dengan tatapan tajam dan menyiratkan kemarahan.

"Kamu pikir saya tidak tau? Bolos pelajaran Fikih, pergi kekantin lalu menyembunyikan sendal milik Pak Slamet?!" Ucap Hasban tegas.

"E-itu, Hasna bisa jelasin kok." Ucap Hasna cengengesan.

"Jelasin apa? Jelasin kalau yang saya sebutkan tadi memang benar adanya? Kamu juga dapat surat panggilan dari sekolah!" Ucap Hasban.

"Kok tau sih, padahal suami Hasna engga masuk sekolah tadi." Gerutu Hasna didalam hati. Benar, Hasban memang tidak bisa hadir mengajar kesekolah karena ada tugas dilain tempat.

"Engga gitu Pak, kalau soal bolos pelajaran sama kekantin itu memang benar, tapi yang nyembunyiin sendal Pak Slamet itu bukan Hasna." Jelas gadis itu.

"Itu teman Hasna yang nyembunyiin, Hasna cuma liat aja kok. Tapi Bu Lidia tau nya Hasna ikut-ikutan."

"Kenapa bolos? Kamu ini sudah diperingati berkali-kali masih aja ngga kapok-kapok, ya! Mau nya apa sih?!" Ucap Hasban lelah dengan tingkah Hasna.

"Ya maaf," Ucap Hasna sembari menundukkan kepalanya.

"Yang butuh nilai kamu, Hasna. Kalau kamu suka bolos kayak gini, yang rugi siapa?" Tegas Hasban.

"Kamu! Kalau nilai kamu kosong dan tidak naik kelas bagaimana?"

"Ya, ngulang lagi atuh." Celetuk Hasna.

"Oh, gitu? Mau ngulang lagi? Kenapa ngga sekalian keluar saja dari sekolah, nambah-nambahin pengeluaran saja!" Ucap Hasban.

"Kok gitu sih?!"

"Hasna sekolah juga bukan pakai uang nya Pak Hasban kan? Kenapa Bapak yang repot? Kalau sekira nya Hasna nyusahin, bilang Pak!" Ucap Hasna, memang benar bukan? Orang tua Hasna telah melunasi administrasi sekolah, jadi Hasban tidak lagi membayar uang spp kesekolah, mungkin hanya akan membayar beberapa saja jika sekolah mengadakan suatu kegiatan yang mengharuskan siswa siswi membayar seperti study tour dan sebagainya.

"Maka dari itu Hasna! Kasihan orang tua kamu yang sudah membiayai sekolah kamu! Tapi apa balasan kamu? Bukannya belajar yang bener malah bolos tidak jelas!" Ucap Hasban.

"Yaudah sih, Maaf!" Ucap Hasna menatap Hasban tak suka lalu berjalan menaiki tangga, gadis itu memilih pergi dari hadapan Hasban.

"Hasna!"

"Saya belum selesai bicara!" Seru Hasban namun tak didengarkan oleh Hasna.

"Ya Allah..." Hasban mendudukkan dirinya disofa, jemarinya bergerak memijat pangkal hidung nya. Kini Hasban merasa lelah mendidik Hasna yang makin ngelunjak.

Jd

Hasban dan Hasna berpapasan ditangga, keduanya saling tatap sejenak hingga Hasna mengalihkan pandangannya kesamping dengan kesal. tak lupa, tangannya ia lipat didepan dada. Ia masih marah soal yang sore tadi yah.

Hal tersebut tak luput dari penglihatan Hasban, Hasban hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja, berbicara dengan gadisnya hanya akan memancing emosi saja.

"Awas ya, ngga Hasna masakin tau rasa!" Gerutu gadis itu sembari berjalan menuju dapur.

"Hah?" Beo Hasna kala menatap meja makan yang sudah tersaji masakan buatan Hasban. Hasna memukul keningnya pelan, ia lupa jika suaminya itu juga pandai memasak.

Guruku ImamkuWhere stories live. Discover now