melepas rindu

3K 153 9
                                    

Hasna terdiam kala Hasban memeluk tubuhnya, entah kenapa ia begitu berat membalas pelukan Hasbam. gadis itu hanya berdiam hingga merasakan pelukan Hasban yang semakin mengerat.

Hasna sendiri bingung dengan dirinya, antara kasihan dan rindu dengan pelukan Hasban. Sebenarnya gadis itu percaya kalau Hasban telah menolak permintaan gurunya, tapi tetap saja rasa kesal dan sakit hati itu masih membekas dihatinya.

Air mata Hasna mengalir seketika tanpa bisa dicegah, dalam hati kecilnya ia memang merindukan Hasban, rindu pelukan lelaki itu juga rindu bergurau dan menjahili lelaki itu.

"Hiks...Hasna ngga tau." Ucap gadis itu.

"Rasanya sakit, tapi Mas Hasban kasihan."

"Tapi ngga tau, aghhhh! Hasna bingung jelasin nya." Ucap Hasna menangis meraung, memeluk tubuh Hasban dengan erat menumpahkan tangisnya disana.

Hasban terkekeh pelan, ia kembali mengeratkan pelukannya pada Hasna ia tau Hasna sulit mendeskripsikan perasaannya, tapi Hasban paham akan perasaan Hasna.

"Mas benar-benar minta maaf sama kamu, dek. Mas salah." Ucap Hasban.

"Maafin Hasna juga." Ucap Hasna mendongak menatap Hasban dengan berderai air mata.

"Hasna egois, harusnya kita selesaikan masalahnya sama-sama, tapi Hasna malah milih pergi kerumah Ummi." Ucap Hasna.

"Ngga apa, adek kan butuh waktu." Ucap Hasban seraya merapikan rambut Hasna yang berantakan.

"Hasna sayang Mas Hasban." Ucap gadis itu semakin membenamkan wajahnya di dada bidang sang suami.

"Hasna engga jadi minta cerai, hiks." Ujar Hasna.

Hasban terkekeh kecil mendengar nya, mengecup puncak kepala Hasna beberapa kali lalu kembali mengusap-usap punggung Hasna yang bergetar karena menangis.

"Mas juga ngga mau, sayang. Mas ngga bisa tanpa kamu." Ucap Hasban.

"Kamu belahan jiwa mas, sehari saja tanpa kamu rasanya hampa. Bagaimana kalau kamu pergi dari hidup mas?"

"Mas ngga bisa bayangin sekacau apa mas tanpa kamu." Ucap Hasban menangkup kedua pipi Hasna yang terlihat tidak setembam kemarin.

Lelaki itu tersenyum teduh menatap Hasna, kedua mata itu beradu cukup lama hingga Hasban mendekatkan wajahnya dengan wajah Hasna, mengecup kening serta kedua kelopak mata Hasna sembari mengusap bekas air mata Hasna.

"Terimakasih ya." Ucap Hasban.

"Untuk?"

"Sudah memaafkan mas yang banyak salah ini." Ucap Hasban.

"Ngga apa-apa santuy, Hasna emang pemaaf orangnya." Ucap Hasna kumat. baru saja baikan, gadis itu sudah mulai tengil. Untung saja Hasban sabar dan sudah hafal dengan tingkah random istrinya. Coba saja Hasna mengatakan itu pada Pina, mungkin saat ini Hasna sudah menjadi daging cincang.

Lelaki itu kembali terkekeh mendengar nya, ia senang karena Hasna sudah kembali kesetelan pabrik, tidak lagi bersedih seperti beberapa hari ini. Jujur, ia benar-benar rindu dengan tingkah konyol Hasna. Rasanya ingin cepat-cepat ia kurung Hasna didalam kamar dan menghabiskan waktu seharian berdua.

"Nanti pulang ya?" Ajak Hasban.

"Hm? Ngga dengar." Ucap Hasna sembari mengusap kedua telinganya.

"Ngga usah pura-pura gitu dek, kalau di Aamiin-kan malaikat bagaimana?" Ucap Hasban menakut-nakuti.

"Mas Hasban!!"

💐💐💐

Malam ini, kedua pasutri yang baru saja berbaikan telah kembali kerumah mereka. Hasna yang sedari tadi mengoceh, menceritakan berbagai cerita disekolah maupun dirumah Ummi Fatimah selama ia tidak bersama Hasban. Dan Hasban yang dengan baik hati menjadi pendengar setia istri kecilnya itu.

Guruku ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang