flashback

3.7K 210 1
                                    

"Aziz, Abah mau lihat kamu menikahkan Hasna." Ucap Kakek Lugman.

"Abah, Hasna masih sekolah." Ucap Ummi Fatimah.

"Iya Bah, Hasna masih kecil, Lulus sekolah saja belum." Ucap Hasan, adik Aziz. Abah Lugman menggeleng pelan, ia sudah berjanji pada almarhum sahabat nya, ia harus menikah kan cucunya dengan cucu sahabatnya.

"Nikahkan putrimu itu dengan cucu sahabat ku, Nak." Ucap nya lirih sembari menatap Aziz dalam.

"Kami sudah berjanji akan menjodohkan cucu kami, biarkan Abah jadi saksi pernikahan mereka." Ucap Kakek Lugman.

"Bi," Panggil Ummi Fatimah.

"Biar Abi yang urus, Mi. Ummi disini saja." Ucap Aziz lalu pamit keluar.

Tentu saja dirinya tau, sebelum nya Abah Lugman sudah bercerita tentang perjodohan Hasna dengan cucu sahabat nya. mereka sudah berjanji jika umur mereka tidaklah panjang maka salah satu dari mereka harus menjadi saksi diacara pernikahan kedua cucunya.

Dan kini, Lugman merasa umur nya tidak lah panjang lagi, ia hanya ingin menyanggupi permintaan sahabat nya yang sudah dulu pulang kepangkuan yang maha kuasa.

Tak mau berlama-lama lagi, Aziz segera berangkat menuju rumah sahabat Abah Lugman yang letak nya tidak terlalu jauh dari rumah sakit ini.

"Kedatangan saya kesini ingin menyampaikan wasiat kedua orang tua saya dan orang tua Pak Ali, sebelumnya orang tua saya dengan orang tua pak Ali telah merencanakan perjodohan antara putri saya dengan putra bapak, saat ini Abah saya tengah sakit dirumah sakit dan meminta saya untuk menikahkan putri saya dengan putra bapak. Jika berkenan, Kita bisa langsungkan acara pernikahan nya dirumah sakit, didepan Abah saya."

"Hasban." Panggil Ali.

"Iya Abi?" Tanya Hasban.

"Bagaimana nak? Semua keputusan ada ditangan kamu." Ucap Ali sembari menepuk bahu anak nya.

Hasban menatap kedua lelaki itu bergantian, tentu saja ia tahu siapa lelaki didepan nya ini. Aziz, wali siswa dari Hasna, murid kelas yang pernah ia walikan saat Hasna kelas sepuluh.

Bukan masalah itu, ia hanya takut belum bisa menjadi imam dan kepala keluarga yang baik nantinya, tapi mengingat ini wasiat almarhum kakeknya dan ia rasa, ia harus menyanggupi permintaan kakeknya itu.

Dengan ikhlas, Hasban mencoba menerima satu siswanya itu untuk menjadi teman hidupnya.

"Bismillahirrahmanirrahim,"

"Saya bersedia menikahi putri Bapak." Jawab Hasban setelah beberapa menit terdiam.

"Alhamdulilah, terimakasih nak Hasban."

"Sebelumnya mohon maaf, apa Nak Hasban mau menunggu Hasna hingga lulus sekolah?"

"Maksudnya bagaimana ya Pak?" Tanya Hasban tidak terlalu mengerti dengan ucapan calon mertuanya itu.

"Begini Nak, Hasna masih sekolah dan usia nya pun masih terbilang muda untuk menikah. Karena itu, saya akan memberikan putri saya tinggal dengan Nak Hasban saat Hasna lulus sekolah." Ujar Aziz.

Hasban sempat menolak, bagaimana juga seorang suami istri tidak boleh pisah rumah, tapi saat mendengar kan beberapa penjelasan dari Aziz Hasban pun menurut saja. Ini semua demi kebaikan Hasban dan Hasna.

"Kalau begitu, kita langsung urus saja Pak supaya Pak Lugman juga dapat menyaksikan pernikahan ini." Ujar Ali lalu memanggil istrinya untuk menyiapkan beberapa berkas yang akan mereka bawa ke KUA.

Guruku ImamkuWhere stories live. Discover now