sayangnya Hasban.

2.6K 132 12
                                    

Malam ini setelah sholat isya. Hasban dan Hasna hanya berdiam didalam kamar. Lebih tepatnya hanya Hasna saja karena Hasban masih sibuk nderes Al-Qur'an. Lelaki itu duduk disamping Hasna sembari mengusap perut Hasna yang tertutupi selimut.

Hasna yang tengah membaca novel itu sesekali mendongak menatap Hasban yang sibuk dengan kitab nya. Lelaki itu tampak terlihat tampan saat memakai baju koko.

Kalau dipikir-pikir lucu sekali ya takdir mereka. Tadinya Hasna yang sedikit menyimpan dendam karena Hasban yang sempat menjadi waki kelas nya dulu selalu memarahinya, kini malah jadi suaminya sendiri. Dari Hasna yang menolak fakta kalau dirinya sudah menjadi istri Hasban, dan berakhir ikhlas menerima nya Hingga kini ia benar-benar jatuh cinta pada sosok Hasban.

Hasna bersyukur mendapatkan suami yang lebih dewasa dibanding dirinya. Hasban yang dengan sabar membimbing Hasna. Walaupun diawal-awal Hasban memang kerap memarahi istrinya itu, tapi nyatanya Hasban mencintai Hasna dengan tulus. Setelah menikah pun dirinya siap menerima segala kekurangan dan kelebihan sang istri.

"Ganteng nya." Celetuk Hasna sembari menatap Hasban kagum.

Hasban yang mendengar celetukan istrinya itu melirik sekilas. Dirinya menyunggingkan senyumnya masih dengan membaca Al-Qur'an. Tak berselang lama, Hasban menyudahi kegiatannya. Menyimpan kembali kitab itu lalu melepas baju kokonya, menyisakan kaos oblong.

"Cium dulu." Ujar Hasban mendekati Hasna seraya Menunjuk sebelah pipinya.

Hasna dengan senang hati memberikan kecupan pada kedua pipi Hasban juga kening Hasban. Lelaki itu tersenyum sumringah kala mendapat asupan bergizi dari sang istri.

Cup

Hasban mencuri satu kecupan dibibir mungil Hasna. Lalu beranjak naik kekasur, ikut bergabung dengan selimut Hasna. Hasna melempar asal buku novel yang ia bawa dan bergerak masuk kedalam dekapan Hasban.

"Sayang mas Hasban banyak-banyak." Seru Hasna sembari menyentuh sebelah pipi Hasban dengan tangan mungilnya.

Hasban terkekeh mendengarnya. Lelaki itu mempersilahkan Hasna yang sedari tadi memainkan jemarinya diwajah Hasban. Entah itu menyentuh bulu mata Hasban, alis, hidung bahkan bibir Hasban.

Hasna yang merasa gemas itu mencubit mulut Hasban membuat sang empu mengaduh. "Dek." Seru Hasban.

"Gemassssss!" Ucap Hasna dengan raut wajah gemas.

"Ini kan yang suka nyosor." Lanjutnya sembari menyentuh bibir Hasban.

"Tangan nya, minggirin dek. Udah malem, tidur!" Ucap Hasban menangkap jemari Hasna yang tidak bisa terdiam.

Lelaki itu membawa Hasna kedalam pelukannya. Memejamkan matanya sembari mengusap-usap punggung Hasna agar cepat tertidur.

"Hasna belum ngantuk." Adu nya.

"Belum ngantuk tapi udah ndusel-ndusel gini." Celetuk Hasban.

"Mang ngga bolehhh?!" Sentak Hasna menjauhkan wajahnya.

"Boleh dong, siapa yang larang?" Balas Hasban sembari terkekeh pelan.

"Sini sayang, mas peluk lagi." Ucap Hasban hendak merengkuh tubuh Hasna.

"Ngga usah! Emang bapak mu begitu Lunn, suka jahat sama Umma." Ucap Hasna seraya mengusap perut nya.

Hasban mengernyit kan dahinya. Lun? Apa Hasna memberi nama Luna pada calon bayinya? Aneh-aneh saja, padahal tau jenis kelaminnya juga belum. Pikir Hasban.

"Kok Lun, dek?" Tanya Hasban kembali merapatkan dirinya pada Hasna.

"Hasna-Hasna suka, lah!" Balas Hasna kelewat kesal.

Guruku Imamkuحيث تعيش القصص. اكتشف الآن